Minggu, 24 Januari 2010

“… Maka, pergilah kamu bersama Rabbmu…!!”

bagian 1
Pengantar Penulis

مثلهم كمثل سكة حديد في مقدمتها قطار الحكام ويليه قطار قيادات الصف الثاني ومن قرب منهم، وكلا القطارين متوقفين منذ عقود في طريق تحرير فلسطين، فلا سبيل إلى الأقصى إلا بإزاحة كلا القطارين عن الطريق وتجاوزهما، ويصعب أن يتم ذلك قبل أن يستيقظ كثير من المسلمين، فيتركوا التعصب المذموم للأوطان والرجال، حكاماً أو علماءً أو قيادات للجماعات الإسلامية ، ويتركوا معارضة نصحهم وإقامة الحق عليهم، فإن لم يفعلوا فلسان حالهم يقول، إنهم يسيرون على الطريق الذي أهلك الأمم قبلنا، ولذلك فالأمة في تيه الظلمات منذ عقود، ويبدو أنهم لم يفقهوا قول رسول الله صلى الله عليه وسلم (وأيم الله لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطعت يدها) متفق عليه.
Mereka itu ibarat rel kereta api, paling depan adalah kereta para penguasa dan belakangnya kereta para qiyadah shoff kedua dan orang-orang dekatnya. Kedua kereta itu mogok sejak puluhan tahun yang lalu pada jalan pembebasan Palestina. Maka tidak ada cara lain untuk membebaskan Al Aqsha selain dengan menyingkirkan kedua kereta tersebut dan menyalipnya. Namun hal itu sangat sulit dilakukan sebelum banyak kaum muslimin yang sadar, kemudian mereka melepaskan ta’ashub yang tercela terhadap negeri dan tokoh, baik penguasa, ulama’ maupun para Qiyadah Jamaah Islamiyah, lalu mereka tidak menolak nasehat yang selanjutnya ditegakkan hukum yang benar atas diri mereka. Jika mereka tidak lakukan hal ini maka seolah mereka mengatakan : Sesungguhnya mereka itu berjalan di atas jalan yang telah ditempuh orang-orang sebelum kita. Oleh karena itu umat Islam terjebak dalam gelapnya padang ketidakjelasan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan nampaknya mereka tidak memahami sabda Rasulullah SAW :
“Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri pasti kupotong tangannya”. (Muttafaq ‘Alaih)
(Usamah bin Ladin, maret 2009)


إن الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له،

وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له في ربوبيته وألوهيته وأسمائه وصفاته ليس كمثله شيء وهو السميع البصير، وأشهد أن نبينا محمدًا عبده ورسوله إلى الثقلين الإنس والجن بشيرًا ونذيرًا وداعيًا إلى الله بإذنه وسراجًا منيرًا، اللهم صل على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان
إلى يوم الدين وسلم تسليمًا كثيرًا.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqowy Rahimahulah, Amir tandzim Al-Qoidah fi biladirrofidain, Iraq. Beliau mengatakan : “Sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah… manusia dan pemerannya boleh berubah, peralatan-peralatan boleh berkembang pesat; akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebenaran melawan kebatilan, Islam memerangi kekafiran, kejahiliyahan, dan kemunafikan yang terselubung. Adapun orang-orang lemah dan bernyali rendah, mereka memegang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan bergabung dengan umatnya, tapi disisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir; dengan maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal fihak yang menang, sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini”.
Dan beliau berkata : “Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang robbaniyyuun, yang mengangkat bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekad mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Allah, Dzat Yang Maha melihat lagi Maha mendengar, meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad --–shallallahu alaihi wa sallam--, mereka orang-orang asing yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan, kaki mereka yang tanpa alas kaki, meneteskan darah di sahara yang berkobar oleh api permusuhan, tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka, langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati, tersirat kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur, karena mereka marah demi agamanya, walaupun seluruh dunia bersatu-padu membidiknya”.
Ikhwany... ketahuilah bahwa dien yang benar adalah dien yang diamalkan oleh setiap pemeluknya -–bukan hanya dipelajari dan untuk mendapatkan gelar--, dan jalan yang lurus adalah jalan yang menghantarkan kepada kemuliaan akherat, meski dunia tidak didapatkannya.

Bagian dari keyakinan kita bahwa setiap sesuatu akan mendapatkan jatah kapan berakhirnya (ajalnya atau kerusakannya) terjadi, dan rizki telah dibagi-bagi dengan adil kepada setiap hamba, tanpa terkecuali, sebagaimana Allah telah membagi amal-amal bagi setiap hamba yang diiringi dengan usaha hamba yang keras untuk mendapatkannya. Setiap jiwa akan mendapatkan mati… bahwa jannah (syurga) itu –didapat—di bawah kelebatan pedang (peperangan)… Barangsiapa yang berdebu kakinya di jalan Allah, maka diharamkan baginya neraka… barangsiapa yang berinfak satu dinar saja (menjadi : 4,25 gr emas di Indonesia), akan ditulis baginya 10 kali sampai 700 kali lipat pahalanya, dalam riwayat lain akan di balasi sampai 70.000 kali lipat pahalanya… Orang yang enggan berinfak fi sabilillah, sungguh ia celaka dengan kecelakaan yang besar… Karena itu, berinfaklah fi sabilillah dan jangan ceburkan dirimu dalam kebinasaan –-celaka sebelum datangnya kiamat--… Sungguh para syuhada itu hidup di sisi Allah Ta’ala dan senantiasa mendapatkan rizki-Nya… arwah mereka berada di dalam tembolok-tembolok burung hijau di syurga… dipersiapkan bagi syuhada itu berbagai kenikmatan di syurga… Bagi seorang syahid akan diampuni seluruh dosa-dosanya dan kesalahannya… Dia di beri hak member syafaat 70 orang keluarganya dan orang-orang yang ia cintai… Dia terbebas dari huru-hara kiamat di akherat, tiada kesusahan baginya menghadapi maut dan dahsyatnya padang makhsyar… Ia tidak merasakan mati ketika syahid, kecuali seperti dicubit (atau digigit semut), makan dan tidur di medan jihad (di jabhah qitaliyyah) lebih mulia dari puasa dan sholat di tempat lain, barangsiapa yang berjaga-jaga di area ribath, maka matanya tidak akan disentuh api neraka… Bagi orang yang ribath (lalu syahid), maka amalnya tetap mengalir sampai kiamat datang… Ribath (berjaga-jaga) dari serangan musuh satu hari saja, nilainya lebih baik dari dunia dan seisinya, seorang syahid akan aman dari siksa kubur dan adzabnya, dan ia akan menjadi orang yang sangat mulia di akherat dengan kedudukan yang setara dengan para anbiya, sholihin, shiddiqin.

Ikhwany... Ketahuilah bahwa tanah (Daulah Islam) itu didapat dengan darah dan tulang belulang, kemuliaan itu di dapat dengan jihad fi sabilillah, jihad itu bukan I’dad, tetapi perang, ightiyalat, irhab, membunuh, dll... I’dad itu persiapan iman dan askary (militer) sebelum dilakukannya jihad, setiap mukmin dibebani melakukan I’dad apapun profesinya –tanpa terkecuali--, tidak ada dalilnya I’dad itu ditunda & nanti-nanti !!! Tidak ada dalilnya jihad (perang/amaliyat) itu nanti-nanti !!! ketika jihad telah menjadi fardhu ain, barangsiapa menunda-nunda I’dad, ia akan celaka... Barangsiapa menunda-nunda jihad (amaliyat—membunuh), ia akan dibunuh musuh, barangsiapa yang berjihad ia akan dapati rizki yang banyak dan tempat hijrah yang luas, barangsiapa yang berjihad berarti ia menolong din Allah, maka ia berarti akan mendapatkan jatah diteguhkan Allah kedudukannya dan di tolong Allah dalam setiap gerak langkahnya.

Diantara musuh jihad adalah sebuah tandzim atau jama’ah –apapun namanya-- yang meniadakan (ta’thilul) amaliyat jihad… musuh jihad adalah gandrung dan tamaknya seorang –calon—mujahid kepada kemewahan dan kesenangan dunia yang sedikit… musuh jihad adalah tanazu’ (berbantah-bantah & berselisih) yang tak berujung pangkal… musuh jihad adalah orang kaya yang menahan hartanya dari mujahidin yang sangat memerlukannya untuk melakukan berbagai amaliyat… musuh jihad adalah rutinitas kerja yang menipu dan melenakan dari jihad… musuh jihad adalah takut mati dan rakusnya seseorang terhadap dunia.

Ikhwany… orang yang menghindar dari amaliyat jihad, ia akan celaka… yang meninggalkan jihad akan celaka… status mukminnya tergadai… yang jauh dari medan-medan pertempuran ia akan celaka… yang tidak mau mendekat dengan area pertempuran dan area amaliyat, dan tidak bergabung dengan mujahidin yang beramal nyata, maka ia akan menjadi penakut dan bertambah-tambah takutnya… lalu ia... lalu ia… masya Allah, menjadi manusia yang adanya seperti tidak adanya... naudzubillah!!!! Lahaula wala quwwata ilabillah!

Ikhwany… apa yang kami tulis dalam buku ini adalah gambaran jujur... jujur, kami bertutur... Apa adanya... Pahit!!! Pahit!!! Pahit rasanya jika anda membaca apa yang kami tulis. Tetapi itulah sifat obat pahit, tetapi manfaat mengobati. Tidak ada yang kami tutup-tutupi, sebagai tadzkiroh para qoodah, qiyadah, dan para kibar jama’ah jihad apapun namanya. Karena barangsiapa yang mau merenungkan butit-butir apa yang kami tulis, mudah-mudahan ia mendapat manfaat untuk jihadnya dan tandzimnya. Kami tidak membatasi untuk tandzim tertentu, tetapi semua tandzim, yang merasa tersentuh –syaratnya salamatus shadr/hati yang bening--- dengan apa yang kami paparkan ini… sekali lagi mudah-mudahan bermanfaat, terutama kepada para amir dan komandannya & para mas’ul dan anggotanya.

Ikhwany... Hari ini kita hidup seperti di zaman Fir’aun saja rasanya, atau kita hidup seperti pada zaman bani Israil rasanya... Dimana sebagian besar --orang yang mengaku-- kaum muslimin malah memusuhi mujahid yang beramal, melakukan irhab, ightiyalat, isytisyhadiyah, atau peperangan… Bahkan yang lebih menyakitkan banyak kalau tidak disebut mayoritas “mujahidin” yang sangat anti dengan berbagai amaliyat, peledakan, pengeboman, pembunuhan terhadap pihak musuh, dll. yang sejatinya adalah sunnah nabi yang kita sanjung setiap saat, nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan sangat bermanfaat bagi umat (jika mereka sampai pada ilmu dan hikmahnya).

Buku ini hadir di hadapan anda untuk memberi inspirasi terhadap kemandegan, kebekuan, keterpasungan, keterbelengguan, keterpurukan, keterkungkungan dan keterasingan beramal jihad di hadapan mujahidin internasional, atau jihad global.

Aneh memang…!!! jika para ikhwan yang akan berjihad ---di Indonesia ini--- seperti terputus “sanad” dengan para masayikh mujahidin yang telah terbukti jihadnya, semisal Syaikh Usamah bin Ladin, Mullah Muhammad Umar, Syaikh Abu Umar Al-Baghdady, Syaikh Aiman, Syaikh Abu Muas’ab rahimahullah, Syaikh Yusuf Al-Uyairi rahimahullah, Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah, dll. Aneh sekali... Jika kita seperti berbeda dengan mereka!!! ini seharusnya tidak terjadi!!! Karena panutan kita sama Al-Qur’an & Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam …tetapi mengapa berbeda... mesti ada yang nggak pass ini!!! & tentu ada fikroh yang nggak beres!!!

Sepertinya para ikhwan ini banyak yang terbius jihad lokal…!!! Jika anda tidak setuju, tetapi faktanya, ya begitu… Mau bilang apa kita. Sehingga yang terjadi thoriqoh sebuah jama’ah di sini tidak sejalan, dan beda jalur dengan jihad global pimpinan Al-Qaida... Ini mesti ada yang salah!!! Ada yang ganjil!!! Ada yang missunderstanding!!! Atau kalau tidak mau disebut sebagai kejumudan atau kita bisa katakan (baca: nggak mau bercermin) pada mujahid yang lebih berpengalaman menghadapi thogut internasional dan turunan-turunannya yang ada di setiap negara termasuk di Indonesia... Ini kejujuran kami, bukan kami ingin berlaku dan berkata kasar pada para pemimpin dan para qiyadah jihad di Indonesia, tetapi fakta atau amal kita yang akan bicara... Bukankah seseorang itu di lihat dari amalnya, bukan banyaknya ilmu, atau lulusan mana ia… lulusan Afghanistan, Libya, Iraq atau Moro …bukan, bukan!!! Maka renungkanlah wahai ikhwan, kami hanya sekadar mengajak merenung atas capaian jihad kita, kalau masih salah, ya segera belajar dan berubah... Belum terlambat… belum terlambat.

Kami yakin –wallahu a’lam— berdasarkan ilmu kami yang sedikit, tajribaat di medan jihad, tajribaat di sijn, tajribaat menjadi mathlubiin (DPO) dan hidup di tengah-tengah ikhwan, bahwa jika kita mau berjalan beriringan dengan thoriqoh jihad global, dan menekuninya, meski konsekwensinya leher-leher kita jadi taruhannya, darah-darah kita tertumpah, keluarga kita kocar-kacir, dan kita hidup bagai dipenjara, tetapi insya Allah perjalanan jihad kita justru benar, karena begitulah tabiat jihad.

Walhasil, yang penting kami tekankan diantaranya adalah hendaknya sebuah jama’ah jihad tidak statis siasatnya (kepaten, jw. khud’ah) dalam menghadapi kekuatan kafir, thogut dan antek-anteknya, karena siasat (khud’ah) ini mendasari jalan mana (kebijakan/taktik dan strategi) yang hendak ditempuh oleh sebuah tandzim atau jama’ah. Jangan sekali-kali memaksakan sebuah thoriqoh atas dasar pemikiran belaka, tanpa melihat siasat apa yang paling cocok menghadapi keganasan thogut dan antek-anteknya. Kesalahan thoriqoh ini akan fatal akibatnya.

Kemudian… sikap-sikap sangat berani, tegas, dan cepat mengirimkan regu-regu, atau squad, atau bahkan satu atau dua orang untuk memukul keganasan musuh hendaknya dimiliki oleh seorang amir... Jika tidak ---afwan--- kami sarankan untuk mundur, itu lebih ringan di hadapan Allah. Amir safar yang anggotanya hanya dua orang saja, semua kepemimpinannya akan dihisab dan dipertanggung jawabkan, bagaimana kalau anggotanya ratusan, atau ribuan mujahidin... Sementara kata-kata yang keluar dari mulut seorang amir sebuah tanzdim : “kita tidak punya orang!!! kita lemah!!! kita belum waktunya melakukan amaliyat!!! kita belum punya uang dan biaya amaliyat!!! pedoman perjuangan kita belum mengijinkan amaliyat!!!... kita belum tahapannya kearah sana (amaliyat) ...dll”. Afwan!, kami katakan Ini adalah sebuah kebodohan & dhon!!!… ini kebodohan & dusta!!!… ini kebodohan & karena kurangnyan khibroh qitaliyyah!!!… Laa haula wala quwwata illabillah.

Imam Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa “Penundaan jihad akan menyebabkan maslahat jihad pada saat itu akan hilang ---tidak ada kesempatan/waktu terulang dua kali-”. (lihat Al Mughni, imam ibnu Qudamah). Lalu jika kesempatan jihad hari ini dalam bentuk amal nyata (ightiyalat, isytisyhadiyah, dll.) membela mereka yang tertindas, memberikan balasan terhadap musuh yang menyiksa dan membunuh sebagian mujahidin, jika kesempatan ini tidak ditekuni, tidak diamalkan dan bahkan diabaikan, lalu kita akan menunggu apa?????? Apakah ada dalil yang dapat anda gunakan, syubhat apa yang melingkar di kepala anda? Ingat tidak ada kesempatan berulang… ambillah pelajaran wahai ikhwan!!!

Merenung dan berfikirlah ikhwan dari apa-apa yang kami sampaikan... Jika kita telah ber’azam, maka bertawakallah kepada Allah. Ingat!!!! Beramal-lah!!! Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat amal-amal kita.

Tidak ada tulisan atau karya manusia yang sempurna, apa yang kami tulis hanyalah sekadar tadzkiroh, kami harapkan bermanfaat bagi tandzim atau jama’ah apapun namanya, jika ada kata-kata yang tidak berkenan atau terlalu lugas menghukumi, atau menyinggung, memang kemampuan kita memaparkan sesuatu berbeda-beda, maka harap maklum. Tidak ada penunjuk jalan yang berniat mencelakakan keluarganya, tidak ada yang namanya saudara itu ingin mejerumuskan saudaranya... Yang ada hanyalah ishlah, perbaikan, pengokohan, ingin menjadi perekat… bukan sekat!!!

Aqulu qouli hadza... nas-alullah al-afiah!! asta’fu minkum….!!!

Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam--, keluarganya, sahabatnya ajmain.

Al-faqir ilallah, Agustus 2009
Abdul Barr Al-Harby



01. Jama’ah Jihad yang akan ditinggal anggotanya.

ولئن كانت الأمة اليوم أتيت من عدم قيامها بما يجب عليها من عمل لمواجهة وكلاء الصليبين و التخلص من خطرهم فكثير من أبناء الأمة الصادقين , لما علموا بتبعية حكام البلاد لأمريكا أبغضوهم ونفروا منهم وانضموا إلى جماعات إسلامية تدعوا إلى تحكيم الإسلام وإعادة الخلافة وإسترجاع فلسطين .
والحقيقة أن قادة تلك الجماعات وجدوا أن الأمر ثقيل جدا كما لم يمهلهم الحكام في السعي لما أرادوه من خير فشددوا الضغوط عليهم وخيروهم بين أن يتخلوا عن السبيل الشرعي الذي يمكنهم من إقامة دولة الإسلام وهو الجهاد في سبيل الله أو التعذيب والقتل فركنوا إلى الخيار الأول وتركوا الجهاد في سبيل الله وسموا قتال المجاهدين للطواغيت عنفا وذموه والمجاهدين معا ولا حول ولاقوة إلا بالله .
“Meski umat Islam hari ini terpuruk karena tidak melaksanakan kewajibannya, yakni berkonfrontasi melawan para agen salibis dan melepaskan diri dari ancaman mereka, namun masih banyak anak-anak Islam yang masih jujur. Tatkala mereka telah memahami bahwa para penguasa telah mengekor kepada Amerika, mereka membenci dan meninggalkan para penguasa tersebut, lalu bergabung dengan Jamaah-Jamaah Islamiyah yang menyerukan pelaksanaan hukum Islam, menegakkan kembali Khilafah serta merebut kembali Palestina.
Namun sebenarnya para Qiyadah Jamaah tersebut melihat bahwa amanah ini sangatlah berat. Selain itu para penguasa tidak akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperjuangkan kebaikan yang mereka inginkan. Lalu para penguasa itu akan membuat tekanan hebat kepada mereka dan memberikan pilihan antara meninggalkan jalan perjuangan yang syar’i yang akan menghantarkan mereka kepada penegakan Daulah Islam, yakni jihad fi sabilillah, atau pilihan yang kedua adalah penyiksaan dan pembunuhan. Lalu para Qiyadah Jamaah-Jamaah Islamiyah tersebut lebih memilih pilihan pertama dan meninggalkan jihad fi sabilillah, lalu mereka melabeli serangan yang dilancarkan mujahidin terhadap para thoghut sebagai tindakan kekerasan, mereka cela tindakan tersebut dan mereka cela pula mujahidin. La haula walaaquwwata illa billah”.
(Usamah bin Ladin, 19 april 2008)

Bagian dari sunatullah adalah sedikitnya mujahid yang jujur dan ikhlas berjihad di jalan Allah Ta’ala. Sebagian besar dari mereka tertipu dengan berbagai aktivitas yang tidak mengarah kepada amal jihad yang nyata.

Ada sebagian jama’ah jihad yang menyatakan diri akan berjihad di jalan Allah, namun faktanya mereka sibuk membincangkan dakwah dan tarbiyah saja, sibuk merekrut personal saja, sibuk mengadakan tamhis (penyaringan) saja, sibuk mengadakan I’dad saja, sibuk menggalang dana saja, dan kesibukan-kesibukan lainnya, wallahu a’lam bis showab.

Angggota-anggota jama’ah itu terasa terbuai & nyaman dengan berbagai aktifitas tersebut. Para anggotanya merasa kasihan melihat orang-orang yang tidak tergabung dalam jama’ah tersebut, dan bahkan mereka merasa lebih baik daripada orang-orang yang pernah tertawan dan pernah terjun di jabhah-jabhah, mereka merasa paling paham “manhaj jama’ah” dalam berjihad di jalan Allah, mereka merasa nyaman punya jabatan struktural, puas dan enjoy dengan menjadi mas’ul ini dan itu, mereka terbuai mimpi-mimpi dan mereka merasa telah berjihad di jalan Allah.

Padahal yang terjadi sebenarnya mereka hanya jalan di tempat, bahkan berjalan mundur, bak orang yang sakit berat tetapi mengaku sehat wal afiat. Memang mereka berdakwah, merekrut dan melakukan I’dad, kemudian I’dad, kemudian I’dad, tapi kenyataannya kemudian mereka diam, lalu diam dan lalu diam. Tidak ada progres (kemajuan) yang dicapai setelah I’dad, tidak ada amaliyat yang direncanakan dan ditekuni, tidak ada musuh yang diancam, tidak ada musuh (aimmatul kufr) yang di ightiyal (dibunuh secara mendadak) dan tidak ada musuh yang diperangi meski dengan bayonet.

Yang terjadi hanya menunggu, menunggu, dan menunggu, ahsan istiqomah dengan “manhaj jama’ah”, jangan lakukan apa-apa kita tunggu perintah qiyadah, jangan lakukan amaliyat karena itu menyusahkan yang lain, nggak usah neko-neko yang lain belum siap, kita masih lemah, kita tunggu jumlah anggota jama’ah menjadi besar, yang penting sekarang kita I’dad dulu, kita jangan lakukan ini dan itu.

Walaupun waktu tetap berjalan, umur jama’ah telah mendekati 20 tahunan, semakin banyak anggota yang beruban, banyak anggota yang telah tiarap dan ditelan zaman (hubbud dunya), banyak ustadz –illa man rahimahullah-- dan anggotanya yang sibuk meninggikan bangunan, banyak ikhwan pengusaha yang gonta-ganti kendaraan mewah dan banyak sudah qiyadah yang telah udzur di perjalanan. Lahaula wala quwwata illabillah!!

Aduhai!!! fenomena apa yang tengah terjadi ? Sebenarnya dimana jati diri jama’ah itu ? Bilakah berakhir kondisi jama’ah itu menjadi jama’ah yang benar-benar ditakuti, lantaran irhab, ightiyal dan serangan-serangan mereka terhadap musuh-musuh mereka dari kalangan murtadin dan kafirin. Akankah hal ini masih sebuah mimpi dan angan-angan, jika ya!! Kenapa jama’ah ini tidak segera memperbaiki diri, berbaris satu shaff dan belajar dengan mujahidin internasional yang mengirhab (menteror), meng-ightiyal dan memerangi sampai ke jantung kota musuh-musuh mereka.

Kenapa jama’ah ini tidak segera mengirim anggotanya masuk ke kancah-kancah peperangan secara kontinyu, tidak segera melakukan balasan atas perbuatan para murtaddin dan kafirin yang telah membunuh sebagian anggotanya, tidak segera meng-ightiyal aimmatul kufr dari kalangan munafiqin dan kafirin, tidak segera mengirim satu atau dua orang atau satu squad mujahidin untuk memberi pelajaran atas kesadisan mereka terhadap para mujahidin, kenapa tidak segera ?

Adakah dalil untuk menunda-nunda ketika darah mujahidin telah tertumpah, kehormatan dihinakan dan harta benda dirampas ? Masihkah akan dimusyawarahkan, didiskusikan, diteliti, dianalisis dan selalu diperdebatkan ketika tanah-tanah kaum muslimin dirampas dengan brutal ? Masihkan hukum jihad fardhu ain diperselisihkan dan di bantah, ketika darah, kehormatan dan harta kaum muslimin terampas ?

Jihad akan eksis hingga hari kiamat datang, dan penundaan jihad menyebabkan kemaslahatan jihad akan terlewat (lihat Al-Mugny, Imam Ibnu Qudamah, 10/374). Karena itu setiap mukmin seharusnya berjihad memerangi musuh-musuh Allah, sekalipun yang tersisa hanyalah dia sendiri, ya meski hanya sendirian tetap dibenarkan syariat. Bahkan Syaikh Mujahid Marwan Hadid (yang syahid di penjara thogut Saudi) mengatakan : “…Bersiap-siaplah kalian memerangi musuh-musuh Allah, baik secara individu maupun berkelompok (berjama’ah)”.

Sesungguhnya tanah itu didapat dengan darah, kehormatan dan harga diri ditukar dengan tulang belulang dan jiwa. Afghonistan mendapatkan kemenangannya setelah tumpahnya darah 1,5 juta syuhada. Daulah Islam Iraq berdiri di atas tulang belulang dan darah ribuah syuhada di daerah dua aliran sungai. Tidak ada tanah kecuali ditukar dengan darah, tidak ada kemuliaan kecuali dengan irhab, ightiyal dan perang, ini semua telah jelas dan berdasarkan dalil yang tsawabit dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya.

Masihkah kita mengatakan : “nanti saja jihadnya, jika ikhwan sudah banyak”. “Nanti saja jika qiyadah sudah solid”, “Nanti saja jihadnya, jika sudah terkumpul uang sekian juta atau sekian milyar”, “nanti saja jika semua orang telah paham manhaj jama’ah kita”. Duhai!!, dimana kiranya kitab-kitab yang membahas fiqh jihad, duhai!! dimana kiranya orang yang mau mengambil ilmu dan tajribat dari para ahlu tsugur!! Duhai!! Apa yang terjadi, jika para ahlu tsugur dianggap tidak paham manhaj jama’ah dan tidak memahami jihad ? Duhai!!, apakah ahlu tsugur posisinya tidak lebih dari seekor keledai!! Atau para (calon) mujahidin yang merasa menjadi aktivis jama’ah sudah keras hatinya laksana batu pualam yang bangga dengan kebodohannya, kedunguannya, keter-kungkungannya dan lebih memilih “jerat” struktural jama’ah dari syariat yang benar!!

Kalau jama’ah itu tidak mau menyesuaikan dengan gerak langkah mujahidin internasional (baca Al-Qoidah) dalam manhaj, taktik dan strategi jihadnya, maka mereka akan ketinggalan, mereka akan ditelan zaman, mereka akan ditinggalkan oleh anggota-anggotanya yang jujur dan benar jihadnya, mereka akan ditinggal orang-orang yang berpotensi dan kader-kadernya yang brillian, mereka akan dirundung masalah internal yang tak berkesudahan, mereka akan menjadi jama’ah yang terkungkung dengan toriqohnya sendiri dan mereka akan menjadi jama’ah bak orang berpenyakit yang tinggal menunggu kematiannya.

Mengapa Al-Qoidah ? Karena mereka adalah tandzim yang mashur dan telah teruji menyibukkan dunia, mengancam, menggentarkan dan menakutkan negara pembuat onar dunia, Amerika dan sekutu-sekutunya baik di timur maupun di barat. Perintisnya adalah sang pemicu irhab (terror) dan perang, syaikh Abu Abdillah Usamah bin Ladin hafidzahullah di negeri Afghanistan. Kemudian organisasi ini berkembang dan meluas di seluruh dunia. Hampir di setiap negara ataupun wilayah terdapat pengikut organisasi ini, meski mereka tidak “mendaftarkan diri”. Boleh jadi cabang dari pohon yang sangat kuat ini adalah tandzim Al-Qoidah di Jazirah Arab, di negeri dua aliran sungai (Iraq), dan di Al-Magrib Al-Islami. (Al-Jazair). (lihat Nurul Yaqin, Syarah Aqidah tandzim Al-Qaidah fi Biladir Rafidain)


02. Mujahid, sejatinya sedikit.

ظهر ومعه ثلة من المؤمنين، كانوا سبعة عشر رجلاً، وليسوا سبعة عشر جيشاً، فتواثقوا وتعاهدوا، وعاهدوا الله تعالى أن ينصروا دينه، أو يهلكوا دونه، رِجالٌ و الرِجالُ قليلُ.
“Abu Mush’ab Az Zarqawi muncul bersama sekelompok kecil orang beriman. Dahulu jumlah mereka hanyalah 17 orang, bukan 17 pasukan. Lalu mereka saling bersumpah dan berjanji. Mereka berjanji kepada Allah Ta’ala untuk membela agama-Nya sampai mati karenanya. Mereka adalah lelaki sejati, dan lelaki sejati itu sedikit jumlahnya”.
(Usamah bin Ladin, 13 juni 2006)

Sudah menjadi ketetapan dari Allah bahwa mujahid itu sejatinya sedikit sekali. Bahkan akan terjadi mujahid yang melaksanakan irhab, ightiyal dan amaliyat akan di cela oleh ikhwannya sendiri dan bahkan dimusuhi. Mereka akan dikatakan tidak prosedural, isti’jal, tidak taat dan menyelisihi kesepakatan. Mereka akan dikucilkan, dibahas aib-aibnya di majelis-majelis, dikatakan mereka mujahid tapi salah langkah, mereka dikatakan tidak paham manhaj jam’ah dll... Hingga, lahaula wala quwwata ilabillah, ketika mereka sudah syahid (sudah mati pun) dan Allah tampakakan karomah-karomah-Nya pun masih dibahas kesalahan-kesalahan mereka –sebagai mujahid yang salah langkah--.

Padahal merekalah sesungguhnya mujahid yang gagah berani, merekalah cahaya dan inisiator (pemicu) sifat saja’ah yang kian sirna dari para mujahidin yang kian tenggelam dengan racun (baca : upas ulo) dunia dan materi, mereka ibarat obor di tengah kegelapan kancah jihad yang kian meredup ditelan “manhaj jama’ah nanti kita akan berjihad!!! nanti kita akan begini!!! dan nanti kita akan begitu!!!”.

Dan sesungguhnya mereka membuat kita terkesima betapa kecil, ciut dan penakutnya kita di depan musuh-musuh kaum muslimin. Dan sungguh, mereka membongkar aib kita sebenarnya kita ini baru sebagai penonton dan pengamat yang cuma berkomentar dan berceloteh tentang aib-aib para singa mujahidin, padahal borok, penakut dan aib kita sebesar gunung Himalaya.

Wahai saudaraku, takutlah kalian kepada Allah Ta’ala jangan-jangan kita tidak termasuk mereka mujahid yang sedikit itu, takutlah jangan-jangan kita tidak termasuk thoifah manshuroh yang ciri utamanya selalu berperang melawan musuh-musuhnya, –bukan I’dad-I’dad saja kemudian selesai, dan menyangka sudah berjihad, habis perkara!!--, takutlah kepada Allah jangan-jangan kita ini seperti bani Israil yang berputar-putar di “kegelapan padang tiih”, lantaran tidak mau berperang bersama Nabi Musa, dan jangan-jangan kita ini baru calon-calon mujahid, karena belum ada tanda-tanda mujahid sejati pada diri kita, seperti melakukan irhab, ightiyal dan berperang.

Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman mengenai sedikitnya pasukan Thalut yang ikut berperang melawan pasukan Jalut :
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Qs. Al-Baqarah : 249)

Dalam tafsir At-Thobary disebutkan bahwa pasukan Thalut berjumlah 80.000 mujahid. Kemudian tholut menerangkan kepada pasukannya bahwa Allah akan menguji mereka dengan sebuah sungai yang akan mereka lewati, mereka tidak boleh meminumnya kecuali seteguk dua teguk. Namun pada akhirnya ketika mereka benar-benar menemui sungai itu, sebagian besar mereka lupa dan meminum airnya dengan puas. Hingga mereka tidak bisa mengikuti Thalut berperang melawan pasukan jalut. Dan jumlah pasukan yang taat kepada Thalut hanya sekitar 4.000 mujahid, dalam riwayat yang lain sejumlah 300 mujahid lebih belasan, dari jumlah 80.000 pasukan thalut.

Namun yang paling kuat adalah riwayat yang menyatakan bahwa pasukan yang mengikuti Thalut sama dengan jumlah pasukan badar, yaitu 300 lebih belasan. Sebagaimana dalam riwayat Barro’ bin ‘Azib, dia telah berkata :

أن عِدَّةُ أَصْحَابُ بَدْرٍ عَلىَ عِدَّةِ أَصْحَابُ طَالُوْت الذين جَاوَزُوا النَهَرَ مَعَهُ، وَلمَ يُجَاوَزُ مَعَه إِلاّ مُؤْمِن: ثَلَثُمِئَة وَبِضَعَة عَشَرَ رَجُلاً.

“Bahwasannya jumlah ashabu (pasukan) badar atas (sama dengan) jumlah pasukan tholut, yaitu sejumlah orang-orang yang melewati sungai bersamanya, dan tidaklah mereka melewati sungai itu, kecuali mereka termasuk orang mukmin ; yaitu 300 lebih belasan pasukan (mujahid)”. (diriwayatkan oleh Thobary dengan 6 jalan/sanad, seluruhnya dari Barro bin Aziff, lihat tafsir Thobary; dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, Imam Bukhory, Imam Ibnu Katsir, & Imam Baihaqy)

Jadi kalau pasukan Tholut jumlahnya 80.000 mujahid dan yang ikut berperang bersama tholut hanya 300 lebih belasan mujahid, maka sisanya sejumlah 79.680-an sekian mujahid terjebak dengan ujian sungai (baca : dunia –upas ulo--), kemudian terlena dan mereka tidak termasuk orang-orang mukmin. Lahaula wala quwwata illabillah!! Berapa persen jumlah pasukan 300 lebih sedikit di hadapan 79.680 pasukan!! Kurang dari 1 %-nya, Allahhu akbar!!!
Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahullah ketika mengomentari firman Allah :
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah : 249)
Beliau berkata : “Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Allah, kaidah ini menyatakan bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan yang pasti menang; yaitu kekuatan Allah yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat Yang Maha pemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan orang-orang bengis, menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan orang-orang yang sombong”.
Jadi, sedikit sekali orang yang benar-benar berjihad (maknanya disini berperang, buka I’dad lalu selesai). Mujahid yang melakukan irhab, ightiyal dan berperang itu sedikit sekali. Namun meski sedikit Allah berkenan menolong mereka atas musuh-musuh mereka, maka yakin lalu bersabarlah!!!


03. Meninggalkan jihad (amaliyat & perang) dapat menghilangkan status mukmin

Dalam riwayat Imam Bukhory sebagaimana riwayat yang lain, di sebutkan (dalam menafsirkan ayat 249 Surat Al-Baqarah) :
وَلمَ يُجَاوَزُ مَعَه إِلاّ مُؤْمِن
“Dan tidaklah melewati (sungai) itu bersama (Thalut), kecuali (statusnya) sebagai mukmin”, (Riwayat Bukhary, Bab Al-Maghozy, 7/290. lihat Tafsir Baghowy, 1/302. Maktabah Syamilah, dan beberapa riwayat lain yang shahih)

Disini jelas sekali para mujahidin yang telah bertekad berjihad di jalan Allah bersama pemimpin mereka yaitu Thalut, namun kemudian terlena, lupa dan tenggelam dengan ujian (kenikmatan) sungai. Maka Rasulullah menghukumi mereka sebagai orang yang bukan mukmin. Perhatikanlah hal ini wahai saudaraku!! saya sudah sampaikan!!!

Tidak ada musibah bagi mujahid yang lebih besar melebihi hilangnya status mukmin dalam dirinya, ini hal yang sangat serius, bukan hal remeh temeh. Ingatlah wahai saudaraku, hal ini berkaitan dengan ketaatan pada syari’at Allah, bahwa Allah mewajibkan kaum mukminin berjihad di jalan-Nya. Baik ringan atau berat, baik kaya maupun miskin, baik sibuk ataupun lapang, lebih-lebih pada saat jihad menjadi fardhu ain bagi setiap mukmin. Bahkan Allah Ta’ala akan memasukkan orang-orang yang enggan berhijrah dan berjihad ke dalam neraka jahannam. Lahaula wala quwwata ilabillah!!!

Mereka memilih hidup yang tenang, hidup mewah dan segala kesenangan dunia. Mereka tidak peduli dan tidak mau menyambut seruan hijrah dan jihad setelah iman, maka tidaklah bermanfaat iman mereka. Bahkan Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka jahannam dan tidak bermanfaat (hilang) iman mereka yang selama ini mereka bangun. Allahu akbar !!! Tidak ada musibah yang lebih besar melebihi hilangnya status iman seseorang, status mukmin seseorang.

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. An-Nisa’ : 97)

Apakah kita termasuk orang yang meninggalkan hijrah dan jihad!!!??? Kemudian kita selalu mengutamakan “kebijakan jama’ah”, “Qaul Qiyadah”, “Manhaj Jama’ah”, “belum ada instruksi”, “belum ada perintah” dan lain sebagainya diatas perintah syar’iy??? Di atas dalil yang qoth’i??? diatas jihad yang hukumya fardhu ain??? Berhati-hatilah wahai saudaraku, iman kita, status mukminnya kita, maqom kita tergadai dengan hijrah dan jihad, Wallahu a’lam bis showab.


04. Meski Sedikit, dijamin Allah Ta’ala

Syaratnya adalah yakin… yakin dengan faridhoh jihad, yakin dengan apa yang di janjikan Allah, yakin dengan kemenangan setelah beratnya ujian, pengorbanan maksimal baik jiwa maupun harta, yakin dengan pertolongan dan karomah Allah Ta’ala. Dan yakin bahwa Allah akan menolong mujahid yang benar-benar berjihad di jalan-Nya, yaitu mereka yang senantiasa melakukan irhab, ightiyalat dan berperang melawan orang-orang murtad dan kafir (Yahudi dan Nasrani).

Sebagaimana diterangkan oleh Imam Baghowy dalam tafsirnya, bahwa Allah Ta’ala berfirman :

"قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ "

“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah”. (QS. Al-Baqarah : 249)

Beliau berkata bahwa : “Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah adalah orang-orang yang berilmu, dan meyakini bahwa mereka akan benar-benar bertemu Allah”.

Masih paparan Imam Baghowy bahwa “kam min fiatin” disini maknanya adalah banyak, --sering kali & acapkali--, (lihat tafsir Imam Baghowy). Jumlah yang sedikit mengalahkan jumlah yang banyak menjadi sebuah kepastian dengan qodho dan izin Allah Ta’ala.

Jadi ikhwan sekalian… Antum yang jumlahnya sedikit…!! Antum yang sedikit dan senantiasa melakukan irhab, ightiyalat dan berperang !! Yakinlah dan gigihlah…!! Antum akan menang melawan musuh-musuh Allah dan musuh orang-orang mukmin. Meski antum sedikit, meski antum tujuh orang, lima orang, tiga orang atau bahkan bersendirian!! Bahkan hendaknya setiap mukmin berjihad memerangi musuh-musuh Allah sekalipun yang tersisa hanyalah dia sendiri.

Ingatkah kalian dengan beberapa amaliyat irhabiyyah berikut yang menakutkan musuh-musuh Allah dan musuh kaum mukminin. Yang insya Allah sebagian irhab ini menghentikan kecongkakan, penindasan dan penjajahan atas negeri-negeri muslim.

Hancurnya Kedutaan besar Amerika di Nairoby, dengan korban yang banyak …
Lumpuhnya dan hancurnya Kapal Perang USS Cole di teluk Aden …
Meledak dan Terbakarnya Super Verry 14, berpenumpang 900 orang di Philipina, yang menewaskan ratusan orang kafir…
Robohnya gedung kembar WTC yang menelan korban ribuan orang kafir …
Robeknya pusat kendali pertahanan USA, Pentagon …
Tragedi Mumbay, India yang membunuh 200 orang kafir…
Dan masih banyak lagi yang lainnya …

Saksikanlah!! Saksikanlah wahai ikhwan!! Sesungguhnya pelakunya dari kalangan mujahidin muda yang gagah berani yang jumlahnya sangat sedikit, satu orang hingga belasan orang.

Kenapa Allah berkenan meridhoi irhab mereka!!!??? Kenapa Allah menolong dan memberi karomah-karomah kepada mereka?? Kuncinya hanya satu mereka yakin dengan janji Allah Ta’ala. Meski mereka miskin, meski mereka (dianggap) bodoh, meski mereka dianggap tidak memiliki apa-apa. Meski mereka para pemuda yang dianggap belum mumpuni ilmunya. Tetapi karena mereka yakin dengan dien mereka, dengan jihad mereka, Allah menolong mereka dengan sempurna.

Jadi jangan (selalu) berangan-angan, “kita akan berjihad jika jumlah kita banyak!!!”, jika kita sudah memiliki mahjar!!!, jika kita sudah memiliki uang yang banyak!!!, jika kita sudah memiliki da’i yang banyak!! Jika kita telah memiliki qiyadah yang solid!!! dll”. Jangan bermimpi ikhwan !! Kalau pada akhirnya mereka melakukan ta’thilul jihad (hakekatnya meniadakan jihad –meski tidak sadar--), kita berlindung kepada Allah dari keburukan amal-amal kita dalam perjalanan jihad ini.


05. Keluar dari keterpasungan

أبشركم بفضل الله أن الأمة اليوم عندها من الطاقات الهائلة ما يكفي لإنقاذ فلسطين، وإنقاذ باقي بلاد المسلمين، ولكن هذه الطاقات مقيدة فيجب العمل على إطلاقها
“Saya sampaikan kabar gembira kepada kalian. Atas karunia Allah umat Islam hari ini memiliki kekuatan sangat besar yang cukup untuk menyelamatkan Palestina dan menyelamatkan Negara-negara kaum muslimin lainnya. Akan tetapi kekuatan ini terpasung sehingga kita wajib berusaha membuka keterpasungan tersebut”.
(Usamah bin Ladin, 16 februari 2003)

Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita termasuk orang yang seperti pasukan Thalut atau seperti pasukan yang tertinggal dengan kekenyangan air –baca kekenyangan bondo, jw.--, hingga tak kuasa berjalan lebih-lebih melawan pasukan Jalut masa kini –murtadin di dekat kita, Amerika dan kroninya--?

Wahai jiwa yang lemah, rapuh, cinta dunia dan takut mati!! Dimanakah posisi kita gerangan ? Dimanakan antara ilmu dan amal itu bertemu ? Dimanakah jiwa-jiwa perwira itu gerangan bercokol ?

Jangan karena alasan iqomatuddin kalian tertinggal dari pasukan “Thalut”. Jangan karena taat membabi buta kepada jabatan struktural jama’ah kalian tertinggal melakukan irhab… Jangan karena kalian terbius dengan teori-teori lokal kalian tertinggal sunnah ightiyalat… Jangan karena virus-virus viguritas kalian tertinggal gerbong-gerbong peperangan… Jangan karena tarbiyah dan dakwah kalian mencari-cari udzur diri dan lari dari medan-medan jihad… Jangan kalian terpasung dengan seribu mimpi dan teori… Jangan kalian lapuk dengan sekat-sekat yang diciptakan tanpa dalil… Jangan kalian meminum air jihad, kecuali dari sumber-sumber yang murni… Jangan ya akhy…!!!

Jangan sampai kita terpedaya… Jadilah kalian pasukan Thalut yang gagah berani… Meninggalkan kemewahan, kesenangan, permata dunia dan pernak-perniknya, kemudian berangkat menyerang pasukan Jalut dan keturunannya di manapun ada kesempatan dan biaya. Hingga Allah memenangkan kalian atau memberi rizki syuhada kepada kalian. Itu lebih utama bagi kalian, insya Allah!!!!


06. Sejatinya, sedikit sekali yang mau berperang (berjihad)
وقسم بدا له أنه لن يستطيع أن يستمر في الدعوة والتدريس ويؤمن معهده أو جمعيته أو جماعته، ويؤمن نفسه وجاهه وماله إن لم يمدح الطاغوت ويداهنه، فتأوَّل تأؤُّلاً فاسداً فضلَّ ضلالاً مبيناً وأضل خلقاً كثيراً.
“Sebagian orang berpandangan bahwa ia tak mungkin lagi dapat melanjutkan dakwah dan mengajar, mengamankan pondoknya atau yayasannya atau jamaahnya, juga mengamankan dirinya, kedudukannya dan hartanya, jika ia tidak mau memuji atau berkompromi dengan thaghut. Maka iapun membuat takwilan-takwilan sesat sehingga ia menjadi sesat dengan kesesatan yang nyata dan menyesatkan banyak orang”.
(Usamah bin Ladin, 17 februari 2003)

Bagi sesiapa yang condong kepada kedudukan (struktural --jama’ah--, atau jabatan dunia), yang rakus terhadap harta benda, yang tamak terhadap kemasyhuran, berbangga dengan banyaknya istri dan anak, yang suka dengan kedamaian dan ketentraman, yang suka terhadap segala perhiasan yang fana. Maka ingat!!! Orang tersebut akan sangat sulit melepaskan diri dari keterikatan dengan itu semua, yang ujungnya enggan –menolak-- berperang bahkan takut berperang karena takut mati!!! Takut melepas segala kesenangan yang sangat fana dan hina. Cenderung mempertahankan status quo, meski harus menggadaikan dien dan jihadnya.

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (QS. At-Taubah : 38)

Sayyid Quthb menjelaskan dalam Fi Dzilalil Qur’an, bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah memobilisasi umum para sahabat untuk ikut perang tabuk. Dan beliau menjelaskan bahwa merasa berat disini maknanya adalah berat karena condong kepada dunia, berat karena rakus terhadapnya, orientasinya melulu dunia, berat karena takut terhadap (beban) hidup, berat karena harta, berat karena khawatir (hilangnya) kelezatan dunia dan menikmatinya, berat karena (terbiasa) istirahat & santai”. (Fi Dzilalil Qur’an, Sayyid Quthb. 4/30)

Dunia dan pernak-perniknya, kami ibaratkan upas ulo (jw.), dimana yang cenderung dan tamak mengambilnya maka ia akan tersengat racun bisa yang sangat berbahaya dan mematikan –mati sama sekali semangatnya untuk jihad--. Pada akhirnya ia meninggalkan jihad, ia takut perang sama sekali. Jadilah ia hubbuddunya (cinta dunia) dan takut mati, sebagaimana Sabda Rasulullah : “Hubbud dunya wa karohiyatul maut”.

Dalam Surat Al-Baqarah ayat ke 246, Allah Berfirman :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang dzalim”.


07. Berangkatlah ikhwan… tidak ada keringanan bagi antum

Allah Ta’ala berfirman :

انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. At-Taubah :41)

Inilah panggilan Rabb semesta alam, kepada siapakah ayat ini ditujukan ? Tentunya kepada manusia yang beriman kepada Nya.

Al-Qurtuby Rahimahullah mengutip sepuluh pendapat yang berbeda tentang penafsiran kata ”Berat” dan “Ringan”.
1. Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu : “Berat” adalah muda dan “Ringan” adalah tua.
2. Menurut Ibnu Abbas dan Qotadah Radhiyallahu ‘anhuma : “Ringan” memiliki hasrat serta keinginan yang kuat serta “Berat” adalah malas dan enggan.
3. Menurut Mujahid Radhiyallahu ‘anhu : “Berat” adalah miskin dan “Ringan” adalah kaya.
4. Menurut Hasan Al Bashri : “Berat” adalah tua dan “Ringan” adalah muda.
5. Menurut Zaid bin Ali dan Al Hakan bin Utaibah : “Berat” adalah sibuk dan “Ringan” adalah santai.
6. Menurut Zaid bin Aslam : “Berat” adalah yang sudah berkeluarga dan “Ringan” adalah bagi yang masih bujang.
7. Menurut Ibnu Zaid : “Berat” adalah orang yang sudah bekerja dan “Ringan” adalah orang yang menganggur.
8. Menurut al Auza’i : “Berat” adalah berkendaraan dan “Ringan” adalah dengan berjalan kaki.
9. “Ringan” adalah mereka yang bersegera menuju medan perang dan berada di barisan depan.
10. Menurut An-Naqqosh : “Berat” bagi penakut dan “Ringan” bagi pemberani.

Penafsiran yang tepat, Wallahu ‘alam adalah bahwa manusia diperintah maju untuk berperang secara keseluruhan yaitu “majulah, apakah aktifitas itu ringan dan mudah bagimu atau berat dan sukar”.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa hukum jihad saat ini adalah fardhu ‘ain, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : “Jika musuh merampas tanah kaum muslimin dan merusak din serta dunia, maka kewajiban pertama sesudah beriman adalah memerangi dan mengusir mereka”. (lihat Fatawa Al-Kubra 4/520)

Salah seorang sahabat Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- Abu Thalhah Radhiyallahu ‘anhu ketika itu beliau sudah berumur 80 tahun, ketika menanggapi ayat tersebut beliau mengatakan : “Tua atau muda, sungguh Allah Ta’ala tidak memberikan keringanan bagi siapapun, wahai anakku persiapkan bekal untukku karena aku akan maju berperang”, maka anaknya berkata : “Semoga Allah Ta’ala memaafkan engkau wahai ayah, engkau telah berperang bersama Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai beliau wafat, engkau telah berperang bersama Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu sampai ia wafat, demikian pula engkau telah berperang bersama Umar Radhiyallahu ‘anhu hingga iapun wafat, maka biarlah kami sekarang yang akan menggantikan (mewakili) engkau berperang”. Namun Abu Thalhah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sungguh sekali-kali tidak”. Maka berangkatlah beliau maju ke medan laga dan menemui kesyahidan di laut. Kaum muslimin tidak menemukan pulau untuk menguburkan jasad beliau kecuali setelah lewat tujuh hari dan Allah Ta’ala pun menjaga jasad beliau dari kerusakan (jasadnya utuh, tidak membusuk). (lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/97. Al Ishobah Ibnu Hajar, 1/567)

Demikianlah wahai saudaraku, seorang sahabat yang sebetulnya sudah mendapat udzur untuk tidak berjihad, namun ia tetap melaksanakan perintah jihad ini walaupun beliau sudah tua, lalu bagaimanakah kita sekarang ? Bagaimana dengan kita yang kenyataannya duduk-duduk sekian lama, bahkan bertahun-tahun??? Usia kita belumlah setua beliau, badan kita segar bugar, kitapun mampu menjalankan perintah ini jika kita mau, namun kita selalu mencari alasan untuk menghindar dari kewajiban jihad ini. Apakah kita tidak membaca firman Allah Ta’ala :

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ

“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam-, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata : “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini”. Katakanlah: “Api naar Jahannam itu lebih sangat panas(nya)”, jikalau mereka mengetahui”. (QS. At-Taubah : 81)

Dan Allah Ta’ala juga berfirman :

وَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ أَنْ آَمِنُوا بِاللَّهِ وَجَاهِدُوا مَعَ رَسُولِهِ اسْتَأْذَنَكَ أُولُو الطَّوْلِ مِنْهُمْ وَقَالُوا ذَرْنَا نَكُنْ مَعَ الْقَاعِدِينَ

“Dan apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang-orang munafik itu): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta ijin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk". (QS. At-Taubah : 86)

Wahai saudaraku… semoga Allah Ta’ala tidak memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang munafik. Yang enggan berjihad… enggan susah… enggan meninggalkan kesenangan rumah dan anak istri… enggan meninggalkan kemas’ulan yang memasung diri… enggan menempuh jalan-jalan yang menyampaikan kita pada makom mujahidin sejati.


08. Bala’ (ujian), Sebuah keharusan!!!

Allah Ta’ala berfirman :

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (QS. Ali-‘Imran : 186)

Ayat ini menunjukkan bahwa bala’ (ujian) apapun bentuknya merupakan kepastian bagi siapa saja yang berjuang di jalan Allah… Jadi bala’ mesti akan mendatangi kita dan akrab dengan kehidupan para mujahidin, harus ada --secara sunatullah-- bala’ yang menimpa harta dan jiwa kita… Karena itu harus ada keteguhan hati, kesabaran tinggi dan ‘azam (tekad) yang kuat menghadapi berbagai bala’… inilah jalan kita… jalan para mujahidin yang imannya benar dan jujur dengan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Jadi bagaimana mungkin sang calon mujahid ingin hidup nyaman, tenang, tentram, beranak-pinak tanpa beban, jauh dari marabahaya dalam kehidupan dan jihadnya... ganjil, aneh bin ajaib kalau ada calon mujahid ingin hidup seperti itu.
Jadi, aneh sekali jika bala’ datang berupa ancaman musuh, dikejar, ditangkap, dipenjara dan dibunuh, dikatakan sebagai akibat dari kesalahan orang-orang yang salah dalam jihadnya... Hasil dari perbuatan mujahid yang isti’jal… akibat mujahid yang salah langkah… hasil ijtihad yang sembrono… Ingat!! Ingat !! wahai sekalian ikhwan! Bala’ berupa apapun yang di alami mujahid adalah keniscayaan, keharusan, kepastian… Karena Allah Ta’ala dalam ayat tersebut telah menetapkan berbagai bala’ menimpa para mujahidin dan keluarganya. Jadi jangan diingkari, dikeluhkan, menyalahkan kanan-kiri, menunjuk ‘hidung’ fulan bin fulan trouble maker-nya… ini karena tidak taat, ini karena kecerobohan fulan dalam jihad.

Ingatlah firman Allah Ta’ala :

وأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”. (QS. Ali-‘Imran : 146)

Sungguh!!! Inilah jalan kita, jalan/tariqoh para mujahidin… jalan ini dipenuhi sesuatu yang tidak sedap, tidak enak, susah, penat, sulit, menggetarkan hati, menyesakkan dada, hampir-hampir hilang keimanan para mujahidin rasanya karena dahsyatnya penyiksaan di penjara-penjara thogut…. Ya memang demikian, jannahnya Allah memang di kelilingi sesuatu yang tidak disukai jiwa manusia. Sementara nerakanya Allah dikelilingi sesuatu yang menyenangkan syahwat manusia, sesuatu yang disukai para munafiqin, murtadin, dan kafirin dari kalangan yahudi dan nasrani.

Bala’ ini merupakan tarbiyah yang mesti dijalani para mujahidin, sebelum Allah memberikan kemenangan, sebelum Allah memberikan kemuliaan, yang tidak diberikan kecuali kepada orang-orang mulia yang Allah pilih, karena telah teruji, dan jujur dalam jihadnya.

Syaikh Al-Mujahid Abu Mush’ab Az-Zarqowy berkata tentang keniscayaannya ibtila’ dalam jihad fi sabilillah :

“Kepada semua umat Islam, sadarilah… bala ujian adalah sejarah dan kisah panjang yang terus terjadi sejak diturunkannya kalimat La ilaha illallah ke muka bumi. Para nabi dan orang-orang yang jujur imannya silih berganti menerima bala ujian. Demikian juga dengan para pemimpin yang memegang panji-panji tauhid.
Oleh karena itu, siapa saja yang mengkonsentrasikan dirinya secara tulus untuk memikul kalimat Lâ ilâha illallah dan membela serta ingin menegakkannya di muka bumi, ia harus mau menebus status mulia ini dengan menanggung beban-beban berat, yaitu kesusah-payahan, keletihan, dan bala’.
Lihat, di manakah posisi Anda pada jalan ini ? Jalan ini adalah jalan yang Nabi Adam ‘alahissalam harus menanggung kelelahan dalam menempuhnya. Karena jalan ini pula, Nabi Nuh ‘alahissalam mengisi hidupnya penuh derai air mata. Disebabkan jalan ini, Al-Kholîl (sang kekasih Allah), Ibrohim ‘alahissalam dilemparkan ke dalam api. Nabi Ismail ‘alahissalam harus rela diterlentangkan untuk disembelih. Nabi Yusuf ‘alahissalam rela dijual sebagai budak dengan harga murah, dan mendekam di penjara bertahun-tahun. Nabi Zakariya ‘alahissalam digergaji tubuhnya. Nabi Yahya ‘alahissalam disembelih. Nabi Ayyub ‘alahissalam bergelut melawan penyakit. Nabi Dawud ‘alahissalam menangis melebihi kebiasaan manusia biasa. Nabi Isa ‘alahissalam dipaksa hidup dalam keterasingan. Dan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sendiri harus hidup akrab dengan kemiskinan, penindasan dan berbagai intimidasi. Sementara, apakah engkau akan bersenang-senang dalam kelalaian dan senda gurau!!
Sesungguhnya Allah Ta’ala menguji sebagian makhluk dengan makhluk yang lain, menguji orang beriman dengan orang kafir, sebagaimana menguji orang kafir dengan orang beriman. Ujian bala seperti ini adalah bagian yang menjadi jatah bersama bagi semua manusia.
Allah Ta’ala telah berfirman :
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk : 1- 2)
Imam Muslim meriwayatkan dari Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wasallam-, dalam hadits qudsi yang beliau riwayatkan dari robbnya ‘Azza wa Jalla, Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku mengutusmu, wahai Muhammad, untuk menguji dirimu dan menguji manusia denganmu”.
Yang kita ketahui dari Al-Qur’an dan Sunnah, diantara para nabi itu ada yang dibunuh dan dicincang tubuhnya oleh musuh, seperti Nabi Yahya. Ada juga yang hampir dibunuh oleh musuhnya lalu pergi menyelamatkan diri seperti Nabi Ibrahim, beliau kemudian berhijrah ke negeri Syam. Demikian juga Nabi Isa, karena akan dibunuh maka beliau diangkat oleh Allah ke langit.
Orang-orang beriman terdahulupun, kita saksikan ada yang disiksa dengan siksaan yang keji. Ada yang dilemparkan ke parit-parit api. Ada yang menemui kesyahidan. Ada yang hidup di bawah kesusahan, kekerasan, dan penindasan.
Jika kita hanya melihat sisi ini saja, seolah-olah di manakah janji Allah bahwa Dia akan memenangkan mereka di dunia, padahal mereka ada yang diusir, dibunuh, dan disiksa?!!

09. Tamak menjadi mas’ul

ولقد كان لأحد المجاهدين رأيٌ سديد جداً في هذه القيادات وكان من كبار السن والقدر وهو صاحب تجربة طويلة في الحياة مع الناس ، وكنا وقتها ننفر من شدة قوله فيهم ، وسأحاول أن أوصل بعض قوله إليكم وخلاصته : " أن هؤلاء القادة تُجار تهمهم زعامتهم , ومصالحهم الشخصية مقدمة على القضية " ، وكنا لا نصدق كلامه فيهم مما أخَّر إدراكنا للتصور الصحيح للأشخاص والأحداث ، و لا يخفى ما يترتب على ذلك من مضار عظام ,
“Dahulu ada seorang mujahid yang memiliki pendapat keras sekali terhadap para Qiyadah tersebut (Robbani, Sayyaf, Hikmatiyar dan Ahmad Syah Mas’ud). Mujahid tersebut termasuk orang tua dan terpandang. Ia memiliki pengalaman yang panjang dalam berinteraksi dengan orang. Waktu itu kami menjauhinya karena ucapannya yang sangat keras terhadap para Qiyadah tersebut. Di sini saya ingin sampaikan kepada kalian sebagian dari perkataannya, yang intinya sebagai berikut : “Sesungguhnya para Qodah itu adalah bisnisman yang sangat bekepentingan dengan kedudukannya sebagai mas’ul, kepentingan pribadi mereka lebih mereka utamakan daripada urusan perjuangan”. Waktu itu kami tidak mempercayai ucapannya itu, sehingga mengakibatkan kami terlambat memahami pribadi orang dan kasus secara benar. Dan tidak samar lagi akan munculnya dampak-dampak berbahaya karenanya”.
(Usamah bin Ladin, 29 desember 2007)

Diantara yang mengelincirkan seseorang di medan dakwah dan jihad untuk ikhlas dan benar adalah keinginannya yang kuat untuk menduduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah jama’ah atau sebuah tanzim jihad. Sebenarnya –secara manusiawi- sepintas menjadi sebuah kewajaran keinginan-keinginan tersebut, namun sebenarnya hal tersebut sebuah kesalahan yang fatal. Karena itu hendaknya setiap mukmin menyadari untuk memberikan posisi kepemimpinan atau ketokohan dalam sebuah jama’ah kepada yang benar-benar berhak. Baik kapabilitas, tajribah maupun tegarnya ia dalam berbagai medan ibtila’.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (QS. Al-Anfaal : 45)

Ayat ini konteksnya dalam peperangan, namun ketika ikhwan yang sedang menghadapi penangkapan, penyiksaan, dipenjara dan diancam dibunuh termasuk juga dalam ayat ini. Perintah untuk berteguh hati atau tegar menghadapi beratnya berhadapan dengan thogut adalah kewajiban, dan ingat ini merupakan bentuk ‘seleksi alam’. Dan hasilnyapun akan nampak, bahwa sebagian akan tegar dan sebagian akan surrender (menyerah) –qodaralahu maasaa faala--.

Surender (menyerah) bentuknya sangat banyak, diantaranya : ketakutan membabibuta di hadapan musuh, menerima pemberian thogut dengan suka cita, tidak membenci mereka, tidak memusuhi mereka, tentram ‘disamping mereka’, selalu ingin berhubungan dengan mereka, sangat tergantung dengan mereka, mengantungkan rizki kepada mereka, melupakan dzikir dan tilawah Al-Qur’an ketika bergaul dengan mereka, melalaikan sholat karena asyik ngobrol dengan thogut, dll.

Lalu perintah kedua ketika berhadapan dengan thogut maupun musuh adalah banyak berdzikir kepada Allah. Dzikir disini banyak bentuknya, bisa tilawah Al-Qur’an & wirid harian yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah.

Al-Mujahid Ust. Fatrhurahman Al-Ghozy rahimahullah beberapa hari sebelum kesyahidannya memberikan nasehat yang berharga kepada para mujahidin. Beliau mengatakan yang maksudnya bahwa, “jika mujahidin sedang berhadapan dengan musuh atau dalam kondisi tertawan, maka banyak berdzikirlah kepada Allah. Karena itulah salah satu sarana untuk berteguh hati melawan keganasan & kejahatan mereka”.

Jadi orang-orang yang telah cukup “kenyang” menghadapi panasnya api ibtila’ adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menjadi mas’ul, kepemimpinan dan ketokohan dalam jihad, meski sebagian besar mereka tidak menginginkannya kecuali beramal, beramal, beramal dan beramal…

Karena itu janganlah seseorang memaksakan dirinya menjadi mas’ul, komandan atau pemimpin, jika belum pernah mengalami pahit getirnya merintis jihad dan dahsyatnya bala’ (ujian). Tipe orang seperti ini sebenarnya tidak berhak menjadi mas’ul atau pemimpin dan komandan jihad. Apalagi selama ini hidupnya terasa nyaman, sepi tanpa ujian apa-apa, adem-ayem tanpa beban, curigailah jangan-jangan justru banyaknya maksiat yang telah kita lakukan. Sehingga Allah tidak mengujinya sama sekali!!! Atau malah istidroj!! Naudzubillah!!

Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawy rahimahullah (Pemimpin Al-Qoidah di negeri dua aliran sungai, Iraq), berkata : “Dan barangsiapa yang tidak memiliki pengalaman dalam mengalami pahit getirnya merintis jihad dan tertimpa bala’ dalam membela agama ini, maka ia tidak berhak menempatkan diri pada posisi-posisi kepemimpinan dan ketokohan (dalam jihad), walau sebanyak apapun ilmu yang ia miliki dan sepandai apapun ia beretorika. Kalau ia tetap mencalonkan dirinya (menjadi pemimpin/mas’ul), berarti ia termasuk orang yang merasa besar dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, tak ubahnya ia seperti pemakai dua baju palsu”. (Li Tastabiina Sabiilal Mujrimiin, Syaikh Al-Mujahid Abu Mush’ab Az-Zarqowy)

Naudzubilahi mi sururi anfusina, wa min syayyiati a’malina... Subhanallah, ikhlaskanah niat-niat kami dalam I’dad dan jihad Ya Rahman...Ya ‘Alim Ya Aziz Ya Mujibu Da’waat.



10. Tanda benarnya perjalanan

وكذلك اليوم يقول المجاهدون للعلماء والدعاة الذين يحبون الحق ولا يداهنون الباطل؛ فأنتم قد رفعتم راية دين الإسلام، وتعلمون أنه دين رسول الله حقا،ً وإن حملكم له بحق يعني مفارقة حكومات العرب والعجم في الأرض كافة وقتل خياركم، وأن تعضكم السيوف، فإما أنتم تصبرون على ذلك فحافظوا على الراية وأجركم على الله، وإما أنتم تخافون من أنفسكم خيفة فذروا راية المدافعة والمقاتلة ولا تحولوا بين شباب الأمة والجهاد في سبيل الله، فهو أعذر لكم عند الله.
“Pada hari ini, mujahidin mengatakan kapada para ulama’ dan da’i yang masih mencintai kebenaran dan tidak mau berkompromi dengan kebatilan; Kalian telah mengangkat bendera Islam dan kalian tahu bahwa apa yang kalian angkat itu adalah benar-benar ajaran Rasulullah. Ketahuilah sesungguhnya jika kalian mengemban ajaran itu dengan benar, artinya kalian memisahkan diri dari semua pemerintahan baik Arab maupun non Arab di seluruh muka bumi ini, orang-orang terbaik kalian akan dibunuh dan kalian akan dihimpit oleh pedang. Maka jika kalian dapat bersabar menghadapi hal itu maka jagalah panji itu niscaya Allah akan memberikan pahala kepada kalian. Dan jika kalian takut maka biarkanlah panji perlawanan dan peperangan itu berlangsung, jangan halang-halangi pemuda Islam untuk berjihad fii sabiilillaah, hal itu lebih ringan bagi kalian di sisi Allah”. (Usamah bin Ladin, 16 februari 2003)

Ikhwan sekalian perhatikanlah!!!
Tidak keliru!! Fir’aun dan bala tentaranya memusuhi Nabi Musa…
Tidak keliru!! Abu jahal dan Abu Lahab, memusuhi Rasulullah…
Tidak keliru!! kafir Quraiys memusuhi para sahabat Nabi…
Tidak keliru!! Amerika & kroninya memusuhi Syaikh Usamah bin Ladin…
Tidak keliru!! orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani, murtadin, dan munafiqin memusuhi para mujahidin diseluruh dunia…

Jika para mujahidin diancam, dikejar, ditangkap, dipenjara, dibunuh, dan diusir dari negerinya… berbahagialah, ini menujukkan benarnya perjuangan dalam menegakkan kalimat Allah di bumi… Benarnya para mujahidin mengemban misi kenabian, untuk menghambakan setiap manusia kepada Rabb yang satu dan melenyapkan penghambaan sesama manusia. Ini menggambarkan kedekatan keadaan yang dialami mujahidin dengan keadaan para anbiya yang dimusuhi, dicaci maki, dianggap gila, diancam, dikejar-kejar, akan dibunuh, bahkan dibunuh.

Melakukan irhab, ightiyalat, terjun di kancah-kancah jihad yang karenanya menyebabkan berbagai malapetaka yang menimpa para mujahidin dan keluarganya, itu semua merupakan pahala yang sangat besar, dan merupakan pilihan yang hanya diambil oleh jiwa-jiwa yang yakin akan janji-janji Allah, yakin kemenangan akan dinampakkan... Hidup mulia atau mati syahid.

Jadi demikianlah tabiat jalan ini…. Jadi pahami permasalahan ini, agar para mujahidin tidak menyalahkan makhluq Allah, tidak selalu menyalahkan syaikh fulan bin fulan yang telah diekskusi oleh tentara-tentara Fir’aun… Inilah jalanya para perwira, jalannya para kesatria, jalanya para peggenggam bara, jalanya para perindu syurga, dan jalannya para pejuang di medan laga.

Jika ada seorang ‘calon’ mujahid yang ingin berjihad namun akrab dengan kemewahan, kesenangan, larut dengan perhiasan dunia, senang dengan membangun rumah dan membeli kendaraan mewah, kemudian menjauhi kesukaran, kesulitan dalam jihad, menjauhi I’dad, irhab, amaliyat dan sulitnya pergi ke medan-medan peperangan… dan mereka lari dari berbagai bala’ dan malapetaka dalam jihad, maka, saksikanlah sesungguhnya ia adalah pendusta… dia berdusta jika dia mengatakan : “saya akan berjihad!!”, “kelak saya akan pergi ke medan jihad”, “saya ini pendukung jihad” dll... jauh panggang dari api… jauh panggang dari api… Meski ia termasuk kibar jama’ah… meski ia ustadz Senior… meski ia telah berpuluh tahun berbai’at dengan sebuah jama’ah jihad, meski ia ustadz yang bergelar Lc, MA. Atau Doktor tafsir, syariah, atau hadits.

Ingatlah!!! Wahai ikhwan, thoifah manshuroh itu tanda utamanya hanya ada dua, yaitu mereka berilmu dan mereka berjihad dengan sungguh-sungguh, untuk menegakkan kalimah Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau menyatakan kelompok yang paling berhak mendapat sebutan thaifah manshurah adalah kelompok yang berjihad. Ketika berbicara tentang umat Islam di Syam dan Mesir yang berjihad melawan tentara Tartar yang beragam Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq (hukum positif rancangan Jengish Khan), beliau berkata : “Adapun kelompok umat Islam di Syam, Mesir dan wilayah lain yang saat ini berperang demi membela Islam, mereka adalah manusia yang paling berhak masuk dalam golongan thaifah manshurah yang disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits-hadits shahih yang sangat terkenal”. (Majmu’ Fatawa 28/531)

Maka tak diragukan lagi, para ulama yang berjihad adalah kelompok muslim yang paling berhak disebut sebagai thaifah manshurah. Bahkan Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah menyatakan, kelompok umat Islam ---sekalipun mereka adalah para ulama besar--- yang tidak berjihad ketika jihad telah menjadi fardhu ‘ain adalah kelompok penggembos (thaifah mukhadzilah), bukan thaifah manshurah. Pada tahun 699 H tentara Tartar yang beragama Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq, bergerak akan menyerang kota Halb (Syiria), pasukan Islam dari Mesir mundur sehingga hanya tersisa pasukan Islam Syam yang akan berjihad melawan Tartar.

Saat itu beliau (imam Ibnu Taimiyah) menulis surat kepada kaum muslimin dan menyatakan bahwa umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok ;
“Dalam menghadapi fitnah ini, manusia terpecah menjadi tiga kelompok :
1. Thaifah Manshurah (kelompok yang selamat) ; yaitu kaum mukmin yang berjihad melawan kaum yang merusak (tartar ketika itu).
2. Thaifah mukhalifah (kelompok yang memihak musuh) ; yaitu kaum perusak (tartar) dan “sampah-sampah” kaum muslimin yang bergabung (memihak) kepada mereka.
3. Thaifah mukhadzilah (kelompok penggembos) : yaitu umat Islam yang tidak berjihad melawan mereka (musuh), --Tetapi ucapan-ucapanya menghalangi (melemahkan) manusia untuk berjihad memerangi musuh--.

Maka hendaklah setiap orang melihat, termasuk kelompok manakah dirinya ; Thaifah Manshurah, Thaifah mukhadzilah ataukah Thaifah mukhalifah, karena tidak ada kelompok keempat !!!?”. (Majmu’ Fatawa, 26/416-417)

Ya demikianlah!!! Thaifah manshurah adalah kelompok umat Islam yang tidak malu bila dituduh menegakkan Islam lewat jalan kekerasan senjata, dianggap terroris, fundamentalis, dan sebutan-sebutan serem lainnya, karena yang penting dinilai adalah ‘musamma-nya, bukan isim-nya’ –-jadi, jangan tertipu dengan isim--. Karena itu Islam hanya bisa tegak dengan kokoh ketika Al-Qur’an ditopang dengan pedang, kekuatan pasukan, dan tanah-tanah yang didapat dengan tertumpah-tercecernya darah dan remuknya tulang belulang para syuhada. Bukan dengan ongkang-ongkang, kumpul-kumpul bertahun-tahun, duduk di halaqoh-halaqoh puluhan tahun, senang tinggal di ruang-ruang AC, hidup bergelimang kemewahan… kemudian mengharapkan daulah islam jatuh dari langit… tinggal menikmati saja… pemahaman dari mana ini ? Pemahaman ganjil...!!! Pemahaman katak dalam tempurung…!!!

Sebagaimana firman Allah Ta’ala [QS. Al Hadid : 25] dan sabda Rasulullah :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا ( بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ تَعَالَى وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلُّ وَ الصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ).

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda : “Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat, supaya hanya Allah semata saja yang diibadahi tanpa disekutukan dengan sesuatu apapun selain-Nya, dan dijadikan rizkiku berada di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan rendah dan hina orang yang menyelisihi urusanku. Dan barang siapa meniru-niru sebuah kaum maka ia termasuk kaum tersebut”. (HR. Ahmad dan Al-Thabrani. Dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 2831 dan Irwaul Ghalil Takhriju Manari Sabil no. 1269)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar