Sabtu, 31 Oktober 2009

KETIKA ISLAM TERANIAYA DIMANAKAH PERAN KITA?






Sesungguhnya kekuatan musuh-musuh Islam hari ini --– baik skala nasional, regional maupun internasional--- telah secara maksimal menghadapi kaum muslimien,mereka telah membekali dirinya dengan berbagai sebab kekuatan ; organisasi yang rapi dan terprogram, persiapan militer yang tangguh, persiapan politik, ekonomi, media massa dan segala persiapan lain yang mendukung kemenangan mereka dalam memerangi mujahidin.
Mereka bahu membahu dalam menyatukan langkah memerangi mujahidin dengan sandi operasi “perang melawan terorisme”. Menurut ketua CTC PBB, Duta Besar Inggris untuk PBB, Jeremy Greenstock, pasca serangan jihad 11 September di New York dan Washington, PBB telah melakukan berbagai upaya untuk memformat komitmen internasional untuk memerangi terorisme. Dalam waktu 90 hari, 95 % negara anggota PBB telah menyatakan dirinya siap dalam aksi penumpasan terhadap terorisme internasional ini.
Siapapun tentu bisa dengan jelas membaca ; perang yang mereka lancarkan ini sebenarnya adalah perang melawan kekuatan Islam (mujahidin), terbukti dengan praktek nyata yang membidik kekuatan mujidihin di seluruh dunia. Undang-undang anti terorisme, perjanjian ekstradisi internasional, agresi militer ke Afghanistan, pemburuan mujahidin di seluruh dunia dan bukti-bukti konkrit lainnya dengan jelas menunjukkan kerja sama dan konspirasi kekuatan kafir global ; yahudi, nasrani, musyrikin dan komunis untuk menghancurkan kekuatan mujahidin. Untuk lebih meyakinkan bahwa perang melawan teroris berarti perang terhadap Islam yang berarti pula perang SALIB dibawah ini, Beberapa pernyataan para pejabat tinggi AS dan sekutunya menunjukkan, sejatinya peperangan ini adalah perang salib modern melawan Islam. Di antaranya adalah :
[1] Presiden George W. Bush sendiri secara terang-terangan, dalam jumpa pers lima hari pasca serangan 11 September, tepatnya Ahad, 16/11/2001 M (28/6/1422 H) menegaskan," This Crusade, this war on terrorism, is going to take a long time." (Perang salib ini, perang melawan terorisme ini, akan memakan waktu yang lama), (BBC 16/9/2001 M). Begitu jelas dan tegas, namun justru sebagian kaum muslimin yang polos atau munafikun sibuk mencari-cari alasan untuk memalingkan penegasan Bush. Mereka mengatakan," Itu diucapkan karena marah…ia keseleo lidah…" dan alasan-alasan lainnya. Padahal, Bush hanyalah mengungkapkan ideologi yang diyakininya Mereka berusaha meralat apa yang dikatakan George W. Bush .Tetapi apa mungkin,Sedang Allah Ta'ala berfirman :
[2] Para jurnalis AS dan Barat juga menyebutkan bahwa perang ini adalah perang melawan Islam. Di antaranya, wartawan David Silburn menulis dengan judul " Perang ini bukan melawan Terorisme, melainkan melawan Islam." Majalah National Report menulis judul " Inilah Perang, Mari Menyerbu Mereka di negerinya". Dalam artikel tersebut, ditulis :"Bangsa kita telah diserang oleh sekelompok ekstrimis kriminil, kita harus menyerbu mereka di negeri mereka, membunuh pemimpin-pemimpin mereka dan memaksa mereka memeluk agama Masehi."

Harian New York Times edisi 7/10/2001 M memuat headline sepanjang enam halaman, dengan tajuk " Ini adalah perang agama." Judul cover harian tersebut adalah " Siapa mengatakan ini bukan perang agama?". Penulis artikel ini, Andrew Sulivan, menulis dalam artikelnya bahwa perang kali ini adalah perang agama. Artikel-artikel serupa begitu bertebaran di berbagai media massa Barat.
Sangat disayangkan bila kaum muslimien justru menghadapi persekutuan musuh yang sangat kuat ini dengan sebab-sebab yang lemah dan kalah; gerakan yang cenderung sendiri-sendiri bahkan mengikuti cara-cara mereka dengan berdemokrasi ria, tanpa organisasi dan perencanaan matang, atau mental sufistis yang salah dalam tawakkal !!! Kekuatan hanya bisa dihadapi oleh kekuatan, tandzim hanya bisa dihadapi oleh tandzim dan besi hanya dikalahkan oleh besi.” Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [QS. Al Hadid : 25]
Karena itu, tandzim jihad merupakan sebuah kewajiban demi menghadapi musuh yang tertata rapi dan tangguh, dan kaedah ushuliyah menyatakan :

مَالاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

“ Kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sarana, maka sarana tersebut hukumnya juga wajib.”


Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ

“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. JIka kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” [QS. Al Anfaal : 73].

وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

“ Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berpecah belah), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” [QS. Al Anfaal :46].

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَان

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” [QS. Al Maidah ;2].
Kekuatan musuh-musuh Islam yang tergabung dalam sekutu yang dikomandani AS saat ini adalah seperti pengulangan sejarah pasukan Tartar pada masa Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah,maka dalam mensikapi pun kita merujuk apa yang telah difatwakan Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah.Sesungguhnya ketika Islam dalam gempuran musuh-musuhnya umat Islam akan terbagi menjadi beberapa kelompok.
Pada tahun 699 H tentara Tartar yang beragama Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq, bergerak akan menyerang kota Halb (Syiria), pasukan Islam dari Mesir mundur sehingga hanya tersisa pasukan Islam Syam yang akan berjihad melawan Tartar. Saat itu Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah menulis surat kepada kaum muslimin dan menyatakan bahwa umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok.
Dalam menghadapi fitnah ini, manusia telah terpecah menjadi tiga kelompok :
 Thaifah Manshurah ; yaitu kaum mukmin yang berjihad melawan kaum yang merusak (tartar).
 Thaifah mukhalifah (kelompok musuh) ; yaitu kaum perusak (tartar) dan “sampah-sampah” kaum muslimin yang bergabung (memihak) kepada mereka.
 Thaifah mukhadzilah : yaitu umat Islam yang tidak berjihad melawan mereka, sekalipun keislaman mereka benar.

Sesungguhnya keadaan sekarang adalah seperti masa dimana Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah menulis surat pada kaum muslimin,Maka hendaklah setiap orang melihat, termasuk kelompok manakah dirinya ; Thaifah Manshurah, Thaifah mukhadzilah ataukah Thaifah mukhalifah, karena tidak ada kelompok keempat !?”
Rosululloh telah bersabda tentang kelompok yang berjuang menegakkan agamanya pada beberapa hadist,Sebab disabdakannya hadits tentang thaifah manshurah adalah untuk menunjukkan tetap berlangsungnya jihad sampai hari kiamat dan bahwa Islam akan menang melalui jihad ;
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُفَيْلٍ الكِنْدِي، قَالَ: كُنْتُ جَالِساً عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَذَالَ النَّاسُ الْخَيْلَ، وَوَضَعُوا السِّلاَحَ، وَقَالُوا: لاَ جِهَادَ، قَدْ وَضَعَتِ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ‍‍! فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللهِ  بِوَجْهِهِ وَقَالَ : كَذَبُوا! اَلْآنَ، اَلْآنَ جَاءَ اْلقِتَالُ، وَلاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ، وَيُزِيْغُ اللهُ لَهُمْ قُلُوْبَ أَقْوَامٍ وَيَرْزُقُهُمْ مِنْهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ، وَحَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ الهِ ، وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Salamah bin Nufail Al Kindi ia berkata, "Saya duduk di sisi Nabi, maka seorang laki-laki berkata,” Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh senjata. Mereka mengatakan,” Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka Rasulullah menghadapkan wajahnya dan bersabda,” Mereka berdusta !!! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah). Begitulah sampai tegaknya kiyamat, dan sampai datangya janji Allah. Kebaikan senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat.”

لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّيْنُ قَائِماً يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ

“Dien(agama) ini akan senantiasa tegak, sekelompok umat Islam berperang di atas dien ini sampai tegaknya hari kiamat.”

Thaifah manshurah adalah kelompok ilmu dan jihad : kelompok yang berada di atas manhaj salafu sholih, berdasar ilmu yang shahih dan menegakkan Islam dengan jalan jihad fi sabilillah. Oleh karena itu, setelah menyebutkan pendapat imam Bukhari dan Ahmad yang menyatakan bahwa thaifah manshurah adalah ashabu hadits, imam An Nawawi berkata :
وَيَحْتَمِلُ أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ مُفَرَّقَةً بَيْنَ أَنْوَاعِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُمْ شُجْعَانٌ مُقَاتِلُونَ وَمِنْهُمْ فُقَهَاءُ وَمِنْهُمْ مُحَدِّثُونَ وَمِنْهُمْ زُهَّادٌ وَآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَناَهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَمِنْهُمْ أََهْلُ أَنْوَاعٍ أُخْرَى مِنَ الْخَيْرِ وَلاَ يَلْزَمُ أَنْ يَكُونُوا مُجْتَمِعِيْنَ، بَلْ قَدْ يَكُونُونَ مُتَفَرَّقِيْنَ فِي أَقْطَارِ اْلأَرْضِ

“Boleh jadi thaifah manshurah ini tersebar di antara banyak golongan kaum muskmin ; di antara mereka ada para pemberani yang berperang, para fuqaha’, para ahli hadits, orang-orang yang zuhud, orang-orang yang beramar makruf nahi mungkar, dan juga para pelaku kebaikan lainnya dari kalangan kaum mukmin. Mereka tidak harus berkumpul di satu daerah, namun bisa saja mereka berpencar di penjuru dunia.”
Demikian juga imam Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah, beliau menyatakan kelompok yang paling berhak mendapat sebutan thaifah manshurah adalah kelompok yang berjihad. Ketika berbicara tentang umat Islam di Syam dan Mesir yang berjihad melawan tentara Tartar yang beragam Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq (hukum positif rancangan Jengish Khan), beliau berkata :
أَمَّا الطَّائِفَةُ باِلشَّامِ وَمِصْرَ وَنَحْوُهُمُا، فَهُمْ فِي هَذَا الْوَقْتِ الْمُقَاتِلُونَ عَنْ دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ، وَهُمْ مِنْ أَحَقِّ النَّاسِ دُخُولاً فِي الطَّائِفَةِ الْمَنْصُوْرَةِ الَّتِي ذَكَرَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَوْلِهِ فِي اْلأَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ الْمُسْتَفِيْضَةِ عَنْهُ:«لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى اْلَحَقِّ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ وَلاَ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ» وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: «لاَ يَزَالُ أَهْلُ اْلَغْرِبِ»
“ Adapun kelompok umat Islam di Syam, Mesir dan wilayah lain yang saat ini berperang demi membela Islam, mereka adalah manusia yang paling berhak masuk dalam golongan thaifah manshurah yang disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits-hadits shahih yang sangat terkenal…”
Maka tak diragukan lagi, para ulama yang berjihad adalah kelompok muslim yang paling berhak disebut sebagai thaifah manshurah. Bahkan syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah menyatakan, kelompok umat Islam ---sekalipun mereka adalah para ulama besar--- yang tidak berjihad ketika jihad telah menjadi fardhu ‘ain adalah kelompok penggembos (thaifah mukhadzilah), bukan thaifah manshurah
Ya. Thaifah manshurah adalah kelompok umat Islam yang tidak malu bila dituduh menegakkan Islam lewat jalan kekerasan senjata, karena Islam hanya bisa tegak dengan kokoh ketika Al Qur’an ditopang oleh pedang, sebagaimana firman Allah Ta’ala : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [QS. Al Hadid : 25]




Dan sabda Rasulullah SAW;

عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا ( بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ تَعَالَى وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلُّ وَ الصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ).
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda, ” Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat, supaya hanya Allah semata saja yang diibadahi tanpa disekutukan dengan sesuatu apapun selain-Nya, dan dijadikan rizkiku berada di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan rendah dan hina orang yang menyelisihi urusanku. Dan barang siapa meniru-niru sebuah kaum maka ia termasuk kaum tersebut.”

Inilah yang dipahami dengan baik oleh salaful ummah. Bahwa untuk menegakkan Islam, dibutuhkan kekuatan, besi dan jihad. Tanpa jihad, Islam tak lebih dari sekedar teori-teori yang dihafal dan diujikan untuk mendapat gelar, atau sekedar syiar-syiar yang hanya dinikmati oleh individu-individu semata. Tanpa adanya jihad, kehinaan dan kerendahan akan senantiasa menyertai umat Islam. Tanpa jihad, Islam tak akan pernah tegak, tak akan pernah menjadi rahmatan lil ‘almien.
Syaikhul Islam menyatakan :

( فَالدِّيْنُ الْحَقُّ لاَ بُدَّ فِيْهِ مِنَ الْكِتَابِ الْهَادِي وَالسَّيْفِ النَّاصِرِ. كما قال تعالى لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعَ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ الحديد } فَالْكِتَابُ يُبَيِّنُ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَمَا نَهَى عَنْهُ وَ السَّيْفُ يَنْصُرُ ذَلِكَ وَيُؤَيُِّدُه. وَ أَبُو بَكْرٍ ثَبَتَ بِالْكِتَابِ وَ السُّنَةِ أَنَّ اللهَ أَمَرَ بِمُبَايَعَتِهِ وَ الَّذِيْنَ بَايَعُوْهُ كَانُوا أَهْلَ السَّيْفِ الْمُطِيْعِيْنَ لِلَّهِ فِي ذَلِكَ فَانْعَقَدَتْ خِلاَفَةُ النُّبُوَّةِ فِي حَقِّهِ بِالْكِتَابِ وَ اْلحَدِيْدِ).

“ Dien yang haq harus ada di dalamnya kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong. Sebagaimana firman Allah [QS. Al Hadid :25]. Al Kitab menerangkan perintah dan larangan Allah, sedang pedang menolong Al Kitab dan mendukungnya. Telah tegas berdasar Al Kitab dan As Sunah perintah untuk membaiat Abu Bakar. Orang-orang yang membaiat Abu Bakar adalah para ahli pedang (mujahidin) yang taat kepada Allah. Maka khilafah nubuwah disematkan kepada Abu Bakar dengan Al Kitab dan besi.”
Tanpa jihad, sudah tentu Islam akan rontok pada masa khilafah Abu Bakar, di saat seluruh bangsa arab murtad kecuali penduduk tiga kota : Makah, Madinah dan Bahrain. Tanpa jihad, dakwah Islam tak akan pernah sampai kepada bangsa Persia dan Romawi. Tanpa jihad, dakwah Islam tak akan sampai ke Eropa dan Afrika.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sekali lagi menegaskan hal ini :

( وَلَنْ يَقُوْمَ الدِّيْنُ إِلاَّ بِالْكِتَابِ وَ الْمِيْزَانِ وَ اْلَحَدِيْدِ, كِتَابٌ يَهْدِي بِهِ وَحَدِيْدٌ يَنْصُرُهُ كما قال تعالى (لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ...) فَالْكِتَابُ بِهِ يَقُوْمُ الْعِلْمُ وَ الدِّيْنُ. وَ الْمِيْزَانُ بِهِ تَقُومُ الْحُقُوقُ فِي الْعُقُودِ الْمَالِيَةِ وَ الْقُبُوضِ. وَالْحَدِيْدُ بِهِ تَقُوْمُ الْحُدُوْدُ).

“Dien (agama) sekali-kali tidak mungkin tegak kecuali dengan Al Kitab, Al mizan dan Al hadid. Kitab yang memberi petunjuk dan besi yang menolongnya, sebagaimana firman Allah [QS. Al Hadid :25]. Dengan Al Kitab, tegaklah ilmu dan dien. Dengan al mizan, hak-hak harta akan tegak. Dan dengan hadid, hudud (hukuman pidana Islam) bisa tegak.“8

( وَسُيُوْفُ الْمُسْلِمِيْنَ تَنْصُرُ هَذَا الشَّرْعَ وَ هُوَ الْكِتَابُ وَ السُّنَةُ كَمَا قَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ ( أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه و سلم أَنْ نَضْرِبَ بِهَذَا – السَّيْفِ- مَنْ خَرَجَ عَنْ هَذَا – الْمُصْحَفِ)

“Pedang-pedang kaum muslimin menolong syariah ini, yaitu Al Kitab dan As Sunah,sebagaimana dikatakan shahabat Jabir Ra,” Rasulullah memerintahkan kami untuk menebas dengan ini(pedang)orang yang keluar (menyeleweng) dari ini(mushaf).“9

( فَإِنَّ قِوَامَ الدِّيْنِ بِالْكِتَابِ اْلهَادِي وَ السَّيْفِ النَّاصِرِ كَمَا ذَكَرَهُ اللهُ تعالى).

“ Tegaknya dien (agama) adalah dengan Al Kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong, sebagaimana firman Allah .(QS.Al Hadid :25)” 10

Wallohu’alam Bi Showab

BERPERANLAH SESUAI KEMAMPUAN !





Seluruh dunia kini menyaksikan episode perang salib modern yang menyatukan kekuatan seluruh bangsa-bangsa kafir (Nasrani, Yahudi, paganis dan komunis dan murtad internasional). Seluruh kekuatan kafir, murtad dan zalim telah bersatu padu, membidik Islam dan kaum muslimin dari satu busur panah.

عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ((يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا)) قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ ((أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ. يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ)) قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ ((حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))
Tsauban Maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,“ Hampir-hampir bangsa-bangsa dari segala arah akan memperebutkan kalian sebagaimana orang-orang makan memperebutkan makanan di atas piring.” Kami bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah itu disebabkan karena jumlah kami saat itu sedikit ?” Beliau menjawab,” Tidak. Justru jumlah kalian saat itu banyak, hanya saja kalian saat itu adalah buih seperti buih banjir. Allah mencabut rasa takut kepada kalian dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah Ta’ala campakkan penyakit wahn (lemah) dalam hati kalian." Kami bertanya, " Apa penyakit wahn itu ?" Beliau menjawab," Cinta dunia dan takut mati.”
Dalam bukunya yang berjudul "1999 menang tanpa peperangan", mantan presiden AS Richard Nixon menulis," Di dunia Islam, sejak Maroko sampai Indonesia, kaum fundamentalis Islam menggantikan peran komunisme sebagai alat pokok perubahan radikal."
Mantan Sekjen NATO, Jeifer Solanes dalam pertemuan NATO tahun 1991 M setelah runtuhnya Soviet mengatakan," Setelah perang dingin selesai dan musuh beruang merah runtuh, seluruh negara NATO dan Eropa harus melupakan perselisihan di antara mereka, dan mulai mengalihkan perhatiannya ke depan untuk melihat musuh yang sedang mengintainya. Negara NATO dan Eropa harus bersatu untuk menghadapinya. Itulah kaum fundamentalis Islam."
Presiden Rusia dari kalangan Kristen Orodoks, Vladimir Putin, dalam pertemuan terakhirnya dengan negara-negara persemakmuran (Commonwealth) tahun 2000 M mengatakan," Sesungguhnya kaum fundamentalis Islam adalah satu-satunya bahaya yang hari ini mengancam negara-negara dunia maju. Inilah satu-satunya bahaya yang mengancam tatanan keamanan dan perdamaian dunia. Kaum fundamentalis mempunyai pengaruh. Mereka berusaha untuk mendirikan sebuah negara Islam yang membentang sejak Filipina sampai Kosovo. Mereka bergerak dari Afghanistan, sebagai pangkalan pergerakan mereka. Jika dunia tidak bangkit menghadapinya, ia bisa saja merealisasikan targetnya. Oleh karena itu, Rusia membutuhkan dukungan internasional untuk membasmi fundamentalis Islam di Kaukasus Utara."
Telah jelas permusuhan mereka terhadap Islam maka tiada pilihan lagi bagi umat Islam, selain menghadapi kekuatan kafir internasional ini dengan kekuatan dan jihad. Kekuatan hanya bisa dilawan dengan kekuatan. Diplomasi dan perdamaian, telah terbukti gagal membela dan mengembalikan hak-hak kaum muslimin.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ((إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ))
Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma berkata, saya telah mendnegar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:" Jika kalian telah berjual beli dengan ‘ienah (salah satu jual beli terlarang, simbol riba), mengekor kepada sapi, puas dengan pertanian dan meninggalkan jihad, Allah Ta’ala akan menguasakan kehinaan kepada kalian. Kehinaan itu tidak akan dicabut dari kalian, sampai kalian kembali kepada dien kalian."
Ya, koalisi kekuatan salibis-zionis-paganis-komunis-murtadin internasional ini hanya bisa ditahan dan dihadang oleh kaum muslimin yang telah kembali kepada agama Islam yang benar. Agama Islam yang tegak diatas pelaksanaan tauhid dan memerangi kesyirikan, memberikan wala' (loyalitas) kepada kaum beriman dan bara' (anti loyalitas) kepada kaum kafir, murtad, munafik dan zalim.
Sebagaimana dikatakan oleh syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah (1206 H) dalam Al-Durar Al-Sanniyah fil Ajwibah Al-Najdiyah 8/113 :

إِنَ ْالإِنْسَانَ لاَ يَسْتَقِيْمُ لَهُ دِيْنٌ وَلاَ إِسْلاَمٌ ، وَلَوْ وَحَّدَ اللهَ وَتَرَكَ الشِّرْكَ ، إِلاَّ بِعَدَاوَةِ اْلمُشْرِكِيْنَ ، وَالتَّصْرِيْحِ لَهُمْ بِاْلعَدَاوَةِ وَالْبَغْضَاءِ ، كَمَا قَالَ تَعَالَى )لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ …الآية) (المجادلة: من الآية22).
Agama dan keislaman seorang hamba tidak akan benar dan lurus, meskipun ia telah mentauhidkan Allah dan meninggalkan kesyirikan, kecuali dengan memusuhi kaum musyrik. Allah berfirman ((Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya = QS. Al-Mujadilah :22)).





Melawan Pasukan Salib Internasional : Ibadah Paling Mulia, Inti Keimanan dan Tauhid

Iman, Islam dan tauhid menuntut kaum muslimin untuk membenci, memusuhi dan memerangi kaum kafir ---apabila di saat mempunyai kemampuan---, terlebih bila kaum kafir memulai peperangan terhadap kaum muslimin.
Inilah amalan taqarub yang paling mulia dan utama di alam kondisi berkecamuknya perang salib modern ini.
Inilah tauhid yang sesungguhnya. Inilah kembali kepada Islam yang benar.
Iman, Islam, tauhid, dan pembinaan akidah tidak akan tercapai dengan sekedar mempelajari teori-teori akidah dan tauhid yang dimuat dalam buku-buku aqidah dan tauhid.
Ia membutuhkan amal nyata yang menterjemahkan teori-teori tersebut ke dalam sebuah tindakan yang mencerminkan Islam, iman, tauhid dan akidah yang sesungguhnya.
Kepada umat Islam yang membulatkan tekadnya untuk kembali kepada iman, tauhid dan Islam yang sesungguhnya.
Kepada umat Islam yang senantiasa bersemangat mengejar amalan yang paling utama, prioritas dan sesuai dengan tuntutan kondisi.
Inilah agama, kiblat, tanah air dan saudara-saudara anda dijadikan bulan-bulanan oleh koalisi salibis-zionis-paganis-komunis dan murtadin internasional.
Persiapkan niat dan mental anda…Singsingkan lengan baju anda…curahkan tenaga, waktu, ilmu, harta dan nyawa anda….demi tegaknya Islam dan tauhid, membela kehormatan agama, tanah air dan saudara-saudara seakidah.
Allah berfirman :

(وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ)
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka bertaqwalah kepada-Ku". (QS. Al-Mukminun :52)

)إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ )
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara." (QS. Al-Hujurat :10).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda :
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى *
Nu'man bin Basyir radiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, " Perumpamaan kaum muslimin dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan membantu yang lemah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam."
عَنِ عَبْدِاللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Seorang muslim adalah saudara bagi seorang muslim lainnya. Ia tidak akan menzaliminya atau menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa mengurus keperluan saudaranya, Allah akan mengurus keperluannya. Barang siapa menghilangkan kesulitan seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di hari kiamat."

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda," Janganlah kalian saling iri ! Janganlah kalian saling jual beli menipu ! Janganlah kalian saling membenci ! Janganlah kalian saling membelakangi ! Janganlah kalian menawar barang yang sedang ditawar orang lain ! Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara ! Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak akan menzaliminya, mentelantarkannya ataupun merendahkannya."
Imam An Nawawi berkata :

" وَأَمَّا لاَ يَخْذُلُهُ : فَقَالَ اْلعُلَمَاءُ : اَلْخَذْلُ تَرْكُ اْلإِعَانَةِ وَالنَّصْرِ ، وَمَعْنَاهُ : إِذَا اسْتَعَانَ بِهِ فِي دَفْعِ السُّوءِ وَنَحْوِهِ لَزِمَهُ إِعَانَتُهُ إِذَا أَمْكَنَهُ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عُذْرٌ شَرْعِيٌّ"
" Laa yakhdzuluhu" para ulama berkata, al-khadzlu adalah tidak membantu dan tidak menolong, Maknanya, jika seorang muslim meminta bantuannya untuk menolak keburukan dan hal yang serupa dengannya, ia wajib memberi bantuan selama memungkinkan dan tidak mempunyai udzur syar'i."
Syaikh Abdu-Lathif bin Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh, cicit syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhab rahimahullah, (1293 H) dalam Al-Durar Al-Sanniyah 9/24 menulis :

وَأَفْضَلُ اْلقُرَبِ إِلَى اللهِ : مَقْتُ أَعْدَائِهِ اْلمُشْرِكِيْنَ ، وَبُغْضُهُمْ وَعَدَاوَتُهُمْ وَجِهَادُهُمْ ، وَبِهَذَا يَنْجُو اْلعَبْدُ مِنْ تَوَلِّيهِمْ مِنْ دُوْنِ اْلمُؤْمِنِيْنَ ، وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَهُ مِنْ وِلاَيَتِهِمْ بِحَسْبِ مَا أَخَلَّ بِهِ وَتَرَكَهُ مِنْ ذَلِكَ . فَالْحَذَرَ اْلحَذَرَ مِمَّا يَهْدِمُ اْلإِسْلاَمَ وَيَقْلَعُ أَسَاسَهُ ، قَالَ تَعَالَى )يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُواً وَلَعِباً مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) (المائدة:57) وَاْنتِفَاءُ الشَّرْطِ يَدُلُّ عَلَى انْتِفَاءِ ْالإِيْمَانِ بِحُصُولِ ْالمُوَالاَةِ ، وَنَظَائِرُ هَذَا فِي ْالقُرْآنِ كَثِيْرٌ.
" Bentuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah yang paling utama adalah membenci, memusuhi dan berjihad melawan kaum musyrik. Dengan amalan inilah, seorang hamba akan selamat dari sikap berwala' kepada kaum musyrikain dan mengesampingkan kaum mukminin. Jika ia tidak melakukan amalan ini, ia telah memberikan wala' kepada kaum musyrikin sebatas amalan yang ia tinggalkan ini. Maka waspadalah ! Waspadalah ! Jauhilah tindakan yang menghancurkan bangunan Islam dan meruntuhkan pondasinya!
Allah berfirman ((Hai orang-orang yang beriman, janganlah kemu mengambil menjadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertawakkallah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman. (QS. 5:57))).
Tiadanya persyaratan (jika kamu betul-betul orang yang beriman, pent) menunjukkan tiadanya iman, dengan adanya sikap muwalah (kepada kaum kafir). Ayat-ayat yang serupa dengan ayat ini banyak sekali dalam Al-Qur'an."
Dalam Al-Durar Al-Sanniyah 8/396, beliau menulis :
وَاْلمَرْءُ قَدْ يَكْرَهُ الشِّرْكَ ، وَيُحِبُّ التَّوْحِيْدَ ، لَكِنْ يَأْتِيهِ اْلخَلَلُ مِنْ جِهَةِ عَدَمِ اْلبَرَاءَةِ مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ ، وَتَرْكِ مُوَالاَةِ أَهْلِ التَّوْحِيْدِ وَنُصْرَتِهِمْ ، فَيَكُوْنُ مُتَّبِعاً لِهَوَاهُ ، دَاخِلاً مِنَ الشِّرْكِ فِي شُعَبٍ تَهْدِمُ دِيْنَهُ وَمَا بَنَاهُ ، تَارِكاً مِنَ التَّوْحِيْدِ أُصُوْلاً وَشُعَباً ، لاَ يَسْتَقِيْمُ مَعَهَا إِيْمَانُهُ الَّذِي ارْتَضَاهُ ، فَلاَ يُحِبُّ وَيُبْغِضُ ِللهِ ، وَلاَ يُعَادِي وَلاَ يُوَالِي لِجَلاَلِ مَنْ أَنْشَأَهُ وَسَوَّاهُ ، وَكُلُّ هَذَا يُؤْخَذُ مِنْ شَهَادَةِ : أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
" Terkadang seorang hamba membenci kesyirikan dan mencintai tauhid, namun (keimanan dan tauhidnya) terkena celah kerusakan karena tidak berlepas diri dari kaum musyrik, dan tidak memberikan wala' serta pertoongan kepada pengikut tauhid.
Dengan sikap ini, ia telah mengikuti hawa nafsu, masuk dalam cabang-cabang kesyirikan yang menghancurkan agama dan (keimanan) yang telah ia bangun, serta meninggalkan pokok-pokok dan cabang tauhid yang menyebabkan iman yang ia ridhai tersebut tidak lagi lurus.
Akibatnya, ia mencintai dan membenci tidak karena Allah lagi. Ia tidak memberikan wala' (loyalitas) dan permusuhan karena keagungan Allah yang telah menciptakan dan menyempurnakan penciptaannya.
Semua ini disimpulkan dari syahadat Laa Ilaaha Illa- Allahu."

Perang Ahzab dan Suri Tauladan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, adalah manusia dan nabi yang paling mulia di hadapan Allah Ta'ala. Seluruh peri kehidupan beliau adalah cerminan dari wahyu. Akhlak beliau, kata ummul mukminin 'Aisyah radiyallahu 'anha, adalah Al-Qur'an. Allah Ta'ala mengutus beliau sebagai rahmat bagi semesta alam. Karenanya, Allah Ta'ala berfirman ;

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33, Al-Ahzab:21).
Beliau mendapat gelar "uswah hasanah", suri tauladan yang baik, bukan di saat tengah berada di tengah istri-istri beliau, membantu dan mengurusi urusan keluarga. Pun, bukan di saat beliau berada di atas mimbar dakwah, memberi ceramah dan membina umat. Beliau mendapat gelar ini di tengah berkecamuknya perang Ahzab, perang yang menyatukan koalisi kaum kafir bangsa Arab untuk menghabisi Islam dan kaum muslimin di sarangnya. Perang yang diabadikan kisahnya dalam Al-Qur'an (QS. Al-Ahzab :9-27).
Perang yang begitu mencekam dan tidak seimbang, membuat kaum muslimin sulit bergerak walau sekedar menghela nafas :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا {9} إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا {10} هُنَالِكَ ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan". (QS. 33:9)
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam persangkaan. (QS. Al Ahzab (33),:10)
Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. (QS.Al Ahzab( 33):11)

Perang dahsyat ---meski tak terjadi adu senjata massal--- yang membuat para sahabat enggan melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa salam untuk memata-matai perkemahan pasukan Ahzab, sehingga terpaksa beliau menunjuk Hudzaifah Ibnul Yaman. Perang yang memaksa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sempat berfikiran akan menawarkan 1/3 hasil pertanian Madinah kepada kaum Ghathafan dengan syarat mereka keluar dari koalisi Ahzab, meski akhirnya ditentang oleh pimpinan kaum Anshar, Sa'ad bin Muadz dan Sa'ad bin Ubadah.
Perang yang menyingkap tabir kaum munafikin ; kaum yang meragukan janji Allah Ta'ala untuk memenangkan Islam, memilih mundur dari menghadapi musuh, menjadi penonton (atau manager ?) dan melayangkan sejumlah kritikan keras atas "ketidak becusan" para pemain di lapangan :

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ مَّاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا {12} وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا {13} وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ إِلاَّ يَسِيرًا {14} وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُولاً {15} قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً {16} قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَنَصِيرًا {17}* قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَالْقَآئِلِينَ لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً {18} أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا {19} يَحْسَبُونَ اْلأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِي اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا إِلاَّ قَلِيلاً {20}
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya".
Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata:"Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu".Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata:"Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)".Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari.
Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat.
Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah:"Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)".Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.
Katakanlah:"Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja".
Katakanlah:"Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:"Marilah kepada kami".Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.
Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. (QS. Al-Ahzab :12-20)

Setelah menyingkap tabir kaum munafik dalam sembilan ayat berturut-turut (12-20), Allah Ta'ala meneguhkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sebagai "Uswah Hasanah" bagi orang-orang yang benar-benar hanya berjuang demi mengharapkan ridha Allah, kebahagiaan di akhirat dan banyak berdzikir dalam perjuangan.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33, Al-Ahzab :21).
Ya, dalam diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ada uswah hasanah dalam kesabaran, keyakinan dan keteguhan berperang melawan koalisi pasukan kafir bangsa Arab.
Imam Jalaludin Al-Mahaly dalam tafsir "Al-Jalalain" menulis," ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada contoh (yang baik) dalam peperangan dan keteguhan di medan-medan peperangan."
Imam Al-Baghawi dalam tafsir "Ma'alimu Tanzil" menulis," ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada contoh yang baik jika kalian menolong agama Allah, membela (mendukung) Rasul Shallallahu 'alaihi wa salam, tidak ketinggalan dari (jihad) beliau, dan bersabar atas musibah yang menimpa kalian, sebagaimana beliau telah melakukan hal itu.
Gigi seri beliau patah, wajah beliau terluka, paman beliau terbunuh dan beliau mengalami berbagai macam gangguan. Meski demikian, beliau tetap menyantuni (menghibur) kalian dengan jiwa beliau langsung. Maka lakukanlah hal yang sama dengan apa yang beliau lakukan, dan ikutilah jejak sunah beliau ((..banyak menyebut nama Allah)) dalam seluruh medan pertempuran, baik senang maupun susah."
Imam Al-Syaukani dalam tafsir "Fathul Qadir" menulis," ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Ayat ini merupakan celaan bagi orang-orang yang tidak turut berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Maksudnya, sungguh telah ada bagi kalian teladan pada diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam, di mana beliau mencurahkan jiwa untuk berperang dan keluar menuju Khandaq demi membela agama Allah."
Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya “Anwaru Tanzil” menulis," ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada sebuah sifat yang baik untuk diteladani, seperti keteguhan dalam peperangan dan menghadapi ujian-ujian keras. Atau maknanya, diri beliau sendiri memang sebuah tauladan yang baik untuk dicontoh."
Imam Al-Qurthubi dalam "Al-Jami' Fi Ahkamil Qur'an" menulis,"Dalam ayat ini ada dua permasalahan.
1- Ayat ini merupakan celaan keras bagi orang-orang yang tidak tutut berperang. Maknanya, kalian mempunyai suri tauldan yang baik dalam diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, dimana beliau mencurahkan jiwa demi membela agama Allah, dengan keluar berperang menuju Khandaq.
2- Uswah adalah qudwah (contoh teladan). Uswah adalah apa yang ditiru dan diikuti. Maksudnya, beliau diikuti dan ditiru dalam seluruh perbuatan dan kondisi beliau. Muka beliau telah terluka, gigi seri beliau telah patah, pamannya yang bernama Hamzah telah terbunuh, dan perut beliau telah lapar. Meski demikian, beliau tetap bersabar, mengharapkan pahala, bersyukur dan ridha."
Imam Ibnu Katsir dalam "tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim" menulis," Ayat yang mulia ini merupakan dasar yang agung dalam mengambil contoh yang baik dari Rasulullah, baik dalam perkataan, perbuatan maupun kondisi beliau. Oleh karenanya, Allah ta'ala memerintahkan manusia untuk mencontoh beliau dalam perang Ahzab, dalam hal ; kesabaran, menjaga kesabaran, ribath, jihad, dan menunggu jalan keluar dari sisi Rabbnya, semoga salawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau sampai hari kiamat.
Oleh karenanya, Allah berfirman kepada orang-orang yang kebingungan, bosan, goncang, dan bergetar ketakutan dalam perang Ahzab ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, kenapa kalian tidak mengambil suri tauladan dari tindak-tanduk beliau shallallahu 'alaihi wa salam."
Allah Ta'ala kemudian menyebutkan respon kaum mukimin terhadap janji Allah dan Rasul-Nya atas kepastian adanya ujian keimanan :

وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا {22}
Dan tatkala orang-orang mu'min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita".Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. 33, Al-Ahzab :22)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip perkataan Ibnu Abbas dan Qatadah," ((Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita".Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya)) Maksud para sahabat, adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ;

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:"Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. 2, Al-Baqarah :214).
Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya ; cobaan dan ujian yang akan diiringi dengan kemenangan yang dekat."
Ya, satu kepastian yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah ujian keimanan. Siapa yang menghadapinya dengan sabar dan istiqamah, layak mendapat surga dan ridha Allah karena terbukti sebagai mukmin sejati. Sebaliknya, siapa berbalik saat mendapat ujian, maka itulah kaum munafik yang tidak layak mendapat ridha dan surga.

مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَاعَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَابَدَّلُوا تَبْدِيلاً {23} لِّيَجْزِيَ اللهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا {24}
Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur.Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya).
Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33, Al-Ahzab:24)
Kini, peristiwa sejarah terulang kembali. Tentara "Ahzab" kembali menggempur kaum muslimin, dengan tingkat kwalitas dan kwantitas yang lebih besar dari tentara ahzab musyrikin Arab. Penghinatan para penguasa murtad dan kaum sekuler, kini juga memerankan pengkhianatan yang dahulu dilakukan kaum munafik dan Yahudi Bani Quraizhah.
Segalanya telah teruang. Tinggal pilihan umat ini untuk bersikap,; akankah mengikuti suri tauladan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam ? Ataukah justru ikut mundur bersama kaum munafik generasi awal ?







Berperan Aktif Sesuai Kemampuan

Dalam suasana perang salib modern ini, jihad fi sabilillah telah menjadi sebuah kewajiban yang hukumnya fardhu 'ain. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk menbela agama, tanah air dan saudara-saudara seagama dengan menyumbangkan segala kemampuan yang bisa ia berikan. Setiap orang, dituntut untuk memainkan peran maksimal yang bisa ia lakukan.
Memang benar, tidak mungkin semua umat Islam harus memanggul senjata ---apalagi tidak ada senjata --- untuk mengusir musuh, karena sebenarnya musuh bisa dihadapi oleh kurang dari 1 % kaum muslimin. Jumlah umat Islam hari ini tak kurang dari 1,5 milyar jiwa, berarti 1 %nya adalah 15 juta jiwa. Koalisi pasukan salibis internasional inysa Allah bisa dihadapi oleh mujahidin yang jumlahnya tidak mencapai 15 juta, 10 juta atau 5 juta sekalipun. Bahkan, boleh jadi koalisi pasukan salib bisa dihadapi oleh 0,1 % umat Islam (1,5 juta jiwa).
Dari sini perlu dipahami, ketika para ulama salaf, khalaf, mutaakhirin dan mu'ashirin menyerukan fatwa jihad hari ini fardhu 'ain, bukan berarti 1,5 milyar umat Islam harus memanggul senjata semua sehingga seluruh aspek kehidupan lainnya terbengkalai. Fatwa mereka mengajak umat Islam untuk serius mempersiapkan kekuatan militer, selain tentunya mempersiapkan aspek mental (tauhid dan iman). Fatwa mereka mengajak seluruh kaum muslimin untuk ikut aktif terlibat dalam jihad fi sabilillah sesuai peran dan kemampuan yang disanggupi.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
Dari Anas bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, " Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian."

عَنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الشِّعْرِ مَا أَنْزَلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا قَدْ عَلِمْتَ وَكَيْفَ تَرَى فِيهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ
Ketika Allah menurunkan ayat tentang syair ((Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. QS. Al-Syu'ara' 26 :224), Ka'ab bin Malik (penyair dari kalangan sahabat) bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa salam," Allah telah menurunkan ayat tentang syari. Maka, bagaimana pendapat anda tentang syair ?" Beliau bersabda, "Seorang mukmin berjihad dengan pedang dan lisannya."

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ
Dari Aisyah, bahwasanya Rasululullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda," Seranglah (ejeklah) kaum Quraisy dengan syair-syairmu, karena hal itu lebih menyakitkan mereka dari tusukan anak panah." Beliau lantas mengirimkan pesan itu berturut-turut kepada Abdullah bin Rawahah, Ka'ab bin Malik dan Hasan bin Tsabit.

أُهْجُ الْمُشْرِكِيْنَ فَإِنَّ رُوْحَ اْلقُدُسِ مَعَكَ.
" Ejeklah orang-orang musyrik, karena sesungguhnya Jibril bersamamu."

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَّفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فِي أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا.
" Barang siapa mempersiapkan perbekalan orang yang berperang, berarti telah ikut berperang. Barangsiapa membiayai hidup keluarga orang yang berperang, berarti telah ikut berperang."
" Barang siapa belum pernah berperang, atau membiayai perbekalan orang yang berangkat berperang, atau menanggung biaya hidup keluarga orang yang berperang, Allah akan menimpakkan bencana kepadanya sebelum hari kiamat nanti."
Di antara peran dan tuntutan kewajiban yang bisa dilaksanakan oleh umat Islam dalam menghadapi perang salib modern ini adalah :
1- Berjihad dengan jiwa, bagi setiap muslim laki-laki yang telah baligh,sehat fisik dan mampu berjihad. Bila tidak mempunyai kemampuan, mereka harus mempersiapkan kekuatan.
2- Berjihad dengan harta, dengan menyalurkan infak dan zakat untuk setiap kebutuhan yang diperlukan oleh mujahidin.
3- Membiayai dan menyiapkan perbekalan (senjata, amunisi, dana) orang-orang yang akan berjihad.
4- Menanggung biaya hidup keluarga orang-orang yang berangkat berjihad.
5- Membantu atau menanggung biaya hidup keluarga mujahidin yang terluka dan cacat, atau mati syahid dan yang tertawan.
6- Membayarkan zakat kepada mujahidin.
7- Membantu mengobati atau pembiayaan perawatan dan pengobatan mujahidin yang terluka atau cacat.
8- Menyebutkan kebaikan mujahidin dan menghasung masyarakat untuk mengikuti jejak mereka.
9- Memberi dukungan kepada mujahidin agar tetap istiqamah meneruskan perjuangan.
10- Membela mujahidin dari musuh-musuh Islam yang membuat opini buruk dan mendiskreditkan mujahidin.
11- Membongkar kedok kaum munafik yang memusuhi jihad dan mujahidin.
12- Menghasung masyarakat untuk berjihad.
13- Menjaga rahasia mujahidin dan tidak menyebarkannya kepada musuh-musuh Islam.
14- Membaca Qunut Nazilah untuk kebaikan,keistiqamahan dan kemenangan mujahidin
15- Menyebarluaskan berita-berita jihad, buku-buku, artikel, buletin dan semua terbitan mujahidin yang mendukung ibadah jihad dan dakwah.
16- Mengeluarkan fatwa-fatwa dukungan kepada mujahidin.
17- Menjalin komunikasi dengan para ulama dan da'i, memberitahukan kepada mereka berita-berita tentang jihad yang dilakukan mujahidin.
18- Melakukan persiapan kemiliteran.
19- Mempelajari fiqih jihad.
20- Melindungi,memberi tempat tinggal dan memperlakukan mujahidin dengan baik.
21- Membenci dan memusuhi kaum kafir.
22- Membiayai dan menebus muslim yang ditawan.
23- Jihad elektronik (cyber).
24- Mendidik putra dan putri untuk mencintai jihad dan mujahidin.
25- Boikot ekonomi terhadap produk-produk kaum kafir.
26- Tidak menjadi bekerja sama dengan musuh Islam dan jihad.


Sudahkah kita mengambil peran di dalamnya?

Thaifah Manshurah ; siapakah mereka ?


Mayoritas ulama salaf, seperti imam Ali bin Madini, Al Bukhari dan Ahmad, menyatakan bahwa thaifah manshurah adalah ashabul hadits. Namun ada sebuah kebingungan dan kesulitan dalam pemahaman ketika mendapatkan hadits-hadits tentang thaifah manshurah menyebutkan salah satu sifat utama thaifah manshurah adalah jihad fi sabilillah, sebagaimana diriwayatkan oleh shahabat Jabir bin Abdullah, Imran bin Hushain, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Uqbah bin Amir rhadiyallahu anhum. Bahkan sebab disabdakannya hadits tentang thaifah manshurah adalah untuk menunjukkan tetap berlangsungnya jihad sampai hari kiamat dan bahwa Islam akan menang melalui jihad ;

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُفَيْلٍ الكِنْدِي، قَالَ: كُنْتُ جَالِساً عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَذَالَ النَّاسُ الْخَيْلَ، وَوَضَعُوا السِّلاَحَ، وَقَالُوا: لاَ جِهَادَ، قَدْ وَضَعَتِ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ‍‍! فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللهِ  بِوَجْهِهِ وَقَالَ : كَذَبُوا! اَلْآنَ، اَلْآنَ جَاءَ اْلقِتَالُ، وَلاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ، وَيُزِيْغُ اللهُ لَهُمْ قُلُوْبَ أَقْوَامٍ وَيَرْزُقُهُمْ مِنْهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ، وَحَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ الهِت، وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Salamah bin Nufail Al Kindi ia berkata,’ Saya duduk di sisi Nabi, maka seorang laki-laki berkata,” Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh senjata. Mereka mengatakan,” Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka Rasulullah menghadapkan wajahnya dan besabda,” Mereka berdusta !!! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah). Begitulah sampai tegaknya kiyamat, dan sampai datangya janji Allah. Kebaikan senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat.”
لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّيْنُ قَائِماً يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ
“ Dien ini akan senantiasa tegak, sekelompok umat Islam berperang di atas dien ini sampai tegaknya hari kiamat.”
Maka, thaifah manshurah adalah kelompok ilmu dan jihad : kelompok yang berada di atas manhaj salafu sholih, berdasar ilmu yang shahih dan menegakkan Islam dengan jalan jihad fi sabilillah. Oleh karena itu, setelah menyebutkan pendapat imam Bukhari dan Ahmad yang menyatakan bahwa thaifah manshurah adalah ashabu hadits, imam An Nawawi berkata :
وَيَحْتَمِلُ أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ مُفَرَّقَةً بَيْنَ أَنْوَاعِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُمْ شُجْعَانٌ مُقَاتِلُونَ وَمِنْهُمْ فُقَهَاءُ وَمِنْهُمْ مُحَدِّثُونَ وَمِنْهُمْ زُهَّادٌ وَآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَناَهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَمِنْهُمْ أََهْلُ أَنْوَاعٍ أُخْرَى مِنَ الْخَيْرِ وَلاَ يَلْزَمُ أَنْ يَكُونُوا مُجْتَمِعِيْنَ، بَلْ قَدْ يَكُونُونَ مُتَفَرَّقِيْنَ فِي أَقْطَارِ اْلأَرْضِ
“ Boleh jadi thaifah manshurah ini tersebar di antara banyak golongan kaum muskmin ; di antara mereka ada para pemberani yang berperang, para fuqaha’, para ahli hadits, orang-orang yang zuhud, orang-orang yang beramar makruf nahi mungkar, dan juga para pelaku kebaikan lainnya dari kalangan kaum mukin. Mereka tidak harus berkumpul di satu daerah, namun bisa saja mereka berpencar di penjuru dunia.”
Demikian juga imam Syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah, beliau menyatakan kelompok yang paling berhak mendapat sebutan thaifah manshurah adalah kelompok yang berjihad. Ketika berbicara tentang umat Islam di Syam dan Mesir yang berjihad melawan tentara Tartar yang beragam Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq (hukum positif rancangan Jengish Khan), beliau berkata :
أَمَّا الطَّائِفَةُ باِلشَّامِ وَمِصْرَ وَنَحْوُهُمُا، فَهُمْ فِي هَذَا الْوَقْتِ الْمُقَاتِلُونَ عَنْ دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ، وَهُمْ مِنْ أَحَقِّ النَّاسِ دُخُولاً فِي الطَّائِفَةِ الْمَنْصُوْرَةِ الَّتِي ذَكَرَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَوْلِهِ فِي اْلأَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ الْمُسْتَفِيْضَةِ عَنْهُ:«لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى اْلَحَقِّ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ وَلاَ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ» وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: «لاَ يَزَالُ أَهْلُ اْلَغْرِبِ»
“ Adapun kelompok umat Islam di Syam, Mesir dan wilayah lain yang saat ini berperang demi membela Islam, mereka adalah manusia yang paling berhak masuk dalam golongan thaifah manshurah yang disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits-hadits shahih yang sangat terkenal…”
Maka tak diragukan lagi, para ulama yang berjihad adalah kelompok muslim yang paling berhak disebut sebagai thaifah manshurah. Bahkan syaikhul Islam imam Ibnu Taimiyah menyatakan, kelompok umat Islam ---sekalipun mereka adalah para ulama besar--- yang tidak berjihad ketika jihad telah menjadi fardhu ‘ain adalah kelompok penggembos (thaifah mukhadzilah), bukan thaifah manshurah. Pada tahun 699 H tentara Tartar yang beragama Islam namun berhukum dengan hukum Ilyasiq, bergerak akan menyerang kota Halb (Syiria), pasukan Islam dari Mesir mundur sehingga hanya tersisa pasukan Islam Syam yang akan berjihad melawan Tartar. Saat itu beliau menulis surat kepada kaum muslimin dan menyatakan bahwa umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok ;
فَهِذِهِ الْفِتْنَةُ قَدْ تَفَرَّقَ النَّاسُ فِيْهَا ثَلاَثَ فِرَقٍ :
اَلطَّائِفَةُ الْمَنْصُوْرَةُ وَهُمُ الْمُجَاهِدُوْنَ لِهَؤُلاَءِ اْلقَوْمِ الْمُفْسِدِيْنَ.
وَ الطَّائِفَةُ الْمُخَالِفَةُ وَهُمْ هَؤُلاَءِ الْقَوْمُ وَمَنْ تَحَيَّزَ إِلَيْهِمْ مِنْ خَبَالَةِ الْمُنْتَسِبِيْنَ إِلَى اْلإِسْلاَمِ
وَ الطَّائِفَةُ الْمُخَذِّلَةُ وَهُمُ الْقَاعِدُوْنَ عَنْ جِهَادِهِمْ وَ إِنْ كَانُوا صَحِيْحِي اْلإِسْلاَمِ.
فَلْيَنْظُرِ الرَّجُلُ أَيَكُونُ مِنَ الطَّائِفَةِ الْمَنْصُورَةِ أَمْ مِنَ الْخَاذِلَةِ أَمْ مِنَ الْمُخَالِفَةِ, فَمَا بَقِيَ قِسْمٌ رَابِعٌ.

“ Dalam menghadapi fitnah ini, manusia telah terpecah menjadi tiga kelompok :
Thaifah Manshurah ; yaitu kaum mukmin yang berjihad melawan kaum yang merusak (tartar).
Thaifah mukhalifah (kelompok musuh) ; yaitu kaum perusak (tartar) dan “sampah-sampah” kaum muslimin yang bergabung (memihak) kepada mereka.
Thaifah mukhadzilah : yaitu umat Islam yang tidak berjihad melawan mereka,s sekalipun keislaman mereka benar.
Maka hendaklah setiap orang melihat, termasuk kelompok manakah dirinya ; Thaifah Manshurah, Thaifah mukhadzilah ataukah Thaifah mukhalifah, karena tidak ada kelompok keempat !!!?”
Ya. Thaifah manshurah adalah kelompok umat Islam yang tidak malu bila dituduh menegakkan Islam lewat jalan kekerasan senjata, karena Islam hanya bisa tegak dengan kokoh ketika Al Qur’an ditopang oleh pedang, sebagaimana firman Allah Ta’ala [QS. Al Hadid : 25] dan sabda Rasulullah ;
عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا ( بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ تَعَالَى وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلُّ وَ الصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ).
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda,” Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat, supaya hanya Allah semata saja yang diibadahi tanpa disekutukan dengan sesuatu apapun selain-Nya, dan dijadikan rizkiku berada di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan rendah dan hina orang yang menyelisihi urusanku. Dan barang siapa meniru-niru sebuah kaum maka ia termasuk kaum tersebut.”
Inilah yang dipahami dengan baik oleh salaful ummah. Bahwa untuk menegakkan Islam, dibutuhkan kekuatan, besi dan jihad. Tanpa jihad, Islam tak lebih dari sekedar teori-teori yang dihafal dan diujikan untuk mendapat gelar, atau sekedar syiar-syiar yang hanya dinikmati oleh individu-individu semata. Tanpa adanya jihad, kehinaan dan kerendahan akan senantiasa menyertai umat Islam. Tanpa jihad, Islam tak akan pernah tegak, tak akan pernah menjadi rahmatan lil ‘almien.
Syaikhul Islam menyatakan :
( فَالدِّيْنُ الْحَقُّ لاَ بُدَّ فِيْهِ مِنَ الْكِتَابِ الْهَادِي وَالسَّيْفِ النَّاصِرِ. كما قال تعالى لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعَ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ الحديد } فَالْكِتَابُ يُبَيِّنُ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَمَا نَهَى عَنْهُ وَ السَّيْفُ يَنْصُرُ ذَلِكَ وَيُؤَيُِّدُه. وَ أَبُو بَكْرٍ ثَبَتَ بِالْكِتَابِ وَ السُّنَةِ أَنَّ اللهَ أَمَرَ بِمُبَايَعَتِهِ وَ الَّذِيْنَ بَايَعُوْهُ كَانُوا أَهْلَ السَّيْفِ الْمُطِيْعِيْنَ لِلَّهِ فِي ذَلِكَ فَانْعَقَدَتْ خِلاَفَةُ النُّبُوَّةِ فِي حَقِّهِ بِالْكِتَابِ وَ اْلحَدِيْدِ).
“ Dien yang haq harus ada di dalamnya kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong. Sebagaimana firman Allah [QS. Al Hadid :25]. Al Kitab menerangkan perintah dan larangan Allah, sedang pedang menolong Al Kitab dan mendukungnya. Telah tegas berdasar Al Kitab dan As Sunah perintah untuk membaiat Abu Bakar. Orang-orang yang membaiat Abu Bakar adalah para ahli pedang (mujahidin) yang taat kepada Allah. Maka khilafah nubuwah disematkan kepada Abu Bakar dengan Al Kitab dan besi.”
Tanpa jihad, sudah tentu Islam akan rontok pada masa khilafah Abu Bakar, di saat seluruh bangsa arab murtad kecuali penduduk tiga kota : Makah, Madinah dan Bahrain. Tanpa jihad, dakwah Islam tak akan pernah sampai kepada bangsa Persia dan Romawi. Tanpa jihad, dakwah Islam tak akan sampai ke Eropa dan Afrika.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sekali lagi menegaskan hal ini :
( وَلَنْ يَقُوْمَ الدِّيْنُ إِلاَّ بِالْكِتَابِ وَ الْمِيْزَانِ وَ اْلَحَدِيْدِ, كِتَابٌ يَهْدِي بِهِ وَحَدِيْدٌ يَنْصُرُهُ كما قال تعالى (لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ...) فَالْكِتَابُ بِهِ يَقُوْمُ الْعِلْمُ وَ الدِّيْنُ. وَ الْمِيْزَانُ بِهِ تَقُومُ الْحُقُوقُ فِي الْعُقُودِ الْمَالِيَةِ وَ الْقُبُوضِ. وَالْحَدِيْدُ بِهِ تَقُوْمُ الْحُدُوْدُ).
“ Dien sekali-kali tidak mungkin tegak kecuali dengan Al Kitab, Al mizan dan Al hadid. Kitab yang memberi petunjuk dan besi yang menolongnya, sebagaimana firman Allah [QS. Al Hadid :25]. Dengan Al Kitab, tegaklah ilmu dan dien. Dengan al mizan, hak-hak harta akan tegak. Dan dengan hadid, hudud (hukuman pidana Islam) bisa tegak.“8
( وَسُيُوْفُ الْمُسْلِمِيْنَ تَنْصُرُ هَذَا الشَّرْعَ وَ هُوَ الْكِتَابُ وَ السُّنَةُ كَمَا قَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ ( أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه و سلم أَنْ نَضْرِبَ بِهَذَا – السَّيْفِ- مَنْ خَرَجَ عَنْ هَذَا – الْمُصْحَفِ)
“ Pedang-pedang kaum muslimin menolong syariah ini, yaitu Al Kitab dan As Sunah, sebagaimana dikatakan shahabat Jabir,” Rasulullah memerintahkan kami untuk menebas dengan ini –pedang—orang yang keluar (menyeleweng) dari ini –mushaf--.“9
( فَإِنَّ قِوَامَ الدِّيْنِ بِالْكِتَابِ اْلهَادِي وَ السَّيْفِ النَّاصِرِ كَمَا ذَكَرَهُ اللهُ تعالى).
“ Tegaknya dien adalah dengan Al Kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong, sebagaimana firman Allah .” 10
Yang mendorong para ulama salaf menyatakan bahwa thaifah manshurah adalah para ulama (terutama lagi ulama hadist) adalah kondisi zaman mereka, ketika itu semua orang sudah memahami jihad, jihad yang saat itu hukumnya fardhu kifayah telah tertangani dengan baik. Para khalifah setiap tahun mengirim pasukan jihad ke negara-negara kafir demi mendakwahkan Islam. Daerah-daerah perbatasan juga telah dipenuhi dengan kaum muslimin yang melaksanakan ribath. Problem terbesar justru adanya berbagai kelompok sesat dan bid’ah. Maka yang terlihat paling besar peranannya dalam menghadapi kelompok sesat dan bid’ah tersebut adalah para ulama. Adapun hari ini, ketika jihad telah menjadi fardhu ‘ain, jihad terbengkalai dan berbagai kelompok sesat / bid’ah semakin merajalela ; maka baik ulama maupun mujahidin dituntut untuk bekerja secara serius menangani bidang garap yang menjadi tanggung jawabnya. Maka tak diragukan lagi kelompok ulama yang berjihad adalah barisan terdepan thaifah manshurah. Maka boleh dikatakan bahwa thaifah manshurah adalah thaifah yang berjihad di atas manhaj salafu sholih, manhaj ahlu sunah wal jama’ah. Wallahu A’lam bish Shawab.

[2]- Beberapa Penjelasan Sifat Jihad Thaifah Manshurah :
[a]- Thaifah manshurah akan tetap ada dan eksis sampai hari kiamat.
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ ... حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ ".
Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menang di atas kebenaran…sampai datangnya keputusan Allah Ta’ala.
وفي رواية : لَنْ يَزَالَ قَوْمٌ، مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ ... حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ.
Akan senantiasa ada sebuah kaum dari umatku yang menang di atas kebenaran…sampai datang kepada mereka keputusan Allah Ta’ala.
وفي رواية: لَنْ يَزَالَ قَوْمٌ، مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ... حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ.
وفي رواية: حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ.
وفي رواية: إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
وفي رواية: حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ.
Sampai terjadinya kiamat…sampai hari kiamat…sampai kelompok terakhir mereka memerangi Al Masih Dajjal
قوله : لاَ يَزَالُ اللهُ يَغْرِسُ فِي هَذَا الدِّيْنِ غَرْساً يَسْتَعْمِلُهُمْ فِي طَاعَتِهِ.
Allah Ta’ala akan senantiasa menanam untuk dien ini seseorang yang Allah pekerhjakan dalam rangka ketaatan kepada-Nya.
[b]- Jihad akan tetap berlangsung sampai hari kiamat. Baik bersama pemimpin Islam yang adil maupun dzalim, baik ada khalifah maupun tidak ada khalifah.
قال : اَلْخَيْلُ مَعْقُودٌ بِنَوَاصِيْهَا اْلخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؛ اْلأَجْرُ وَالْغَنِيْمَةُ.
وقال : إِنَّ الْهِجْرَةَ لاَ تَنْقَطِعُ مَا كَانَ اْلجِهَادُ.
وفي رواية: لاَ تَنْقَطِعُ اْلهِجْرَةُ مَا جُوْهِدَ الْعَدُوُّ.
قال: لاَ تَنْقَطِعَ الْهِجْرَةُ حَتىَّ تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلاَ تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Pada ubun-ubun kuda tertambat kebaikan sampai hari kiamat ; pahala dan ghanimah.
Hijrah tidak akan terputus selama masih ada jihad.
Hijrah tidak akan terputus selama masih ada musuh yang diperangi.
Hijrah tidak akan terputus sampai terputusnya taubat, sedang taubat tidak akan terputus sampai matahari terbit dari arah barat.
[c]- Selalu beri’dad mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin.
[d]- Jihad yang ikhlas demi menegakkan kalimat Allah Ta’ala semata.
[e]- Taat menjalankan perintah Allah Ta’ala, beramar makruf dan nahi mungkar.

وقال : إِنَّ اْلإِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْباً، وَسَيَعُودُ غَرِيْباً كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ" قِيْلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسَ.
و في رواية: نَاسٌ صَالِحُوْنَ قَلِيْلٌ فِي نَاسٍ سُوْءٍ كَثِيْرٍ، وَمَنْ يَعْصِيْهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيْعُهُمْ
“ Islam itu berawal dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awal kehadirannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing. Para shahabat bertanya,” Siapakah mereka, wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab,” Orang-orang yang tetap baik ketika masyarakat sudah rusak.” Dalam riwayat lain,” Orang-orang sholih yang jumlahnya sedikit di tengah masyarakat yang rusak. Orang yang bermaksiat di antara mereka lebih banyak dari orang-orang yang taat.”
[f]- Selalu meraih kemenangan atas musuh-musuhnya. Di antara mereka ada yang meraih kemenangan yang terlihat secara indrawi seperti kemenangan telak di medan perang, atau meraih kekuasaan. Di antara mereka ada juga yang meraih kemenangan mental, meski ia tertawan musuh namun mentalnya menunjukkan ketegaran dan keistiqamahan di atas kebenaran yang diperjuangkan.
[g]- Berjihad melalui tandzim jihad yang rapi.
Memang operasi jihad yang dilakukan seorang diri itu tergolong jihad yang dibenarkan dan sah yang mengantarkan pelakunya kepada mati syahid, namun bukan berarti mengabaikan manajement sebuah peperangan yang telah dikendalikan oleh sebuah organisasi. Karena Allah pun telah menyebutkan pentingnya pasukan jihad yang teratur dan terkendali. Dalam firmannya;

" إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ “

“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” [QS. Ash Shaf :4].
Urgensi dan tuntutan berjihad melalui tandzim yang rapi (termasuk melakukan operasi jihad dengan izin pemimpin tandzim—ed) ini bisa dilihat dari dua sisi;
Pertama, Realitas kontemporer : karena tuntutan kondisi kaum muslimien yang mengharuskan untuk mengambil semua sebab timbulnya kekuatan, kekokohan dan keteguhan.
Sesungguhnya kekuatan musuh-musuh Islam hari ini --– baik skala nasional, regional maupun internasional--- telah secara maksimal menghadapi kaum muslimien dengan membekali dirinya dengan berbagai sebab kekuatan ; organisasi yang rapi dan terprogram, persiapan militer yang tangguh, persiapan politik, ekonomi, media massa dan segala persiapan lain yang mendukung kemenangan mereka dalam memerangi mujahidin.
Mereka bahu membahu dalam menyatukan langkah memerangi mujahidin dengan sandi operasi “perang melawan terorisme”. Sebagaimana dilansir harian Republika (Sabtu, 12/1/2002) Komite Anti Terorisme PBB (CTC PBB) telah menerima komitmen 117 negara anggota yang bersedia dan berusaha memerangi segala bentuk terorisme internasional di negara masing-masing. Menurut ketua CTC PBB, Duta Besar Inggris untuk PBB, Jeremy Greenstock, pasca serangan jihad mubaraok 11 September di New York dan Washington, PBB telah melakukan berbagai upaya untuk memformat komitmen internasional untuk memerangi terorisme. Dalam waktu 90 hari, 95 % negara anggota PBB telah menyatakan dirinya siap dalam aksi penumpasan terhadap terorisme internasional ini.
Siapapun tentu bisa dengan jelas membaca ; perang yang mereka lancarkan ini sebenarnya adalah perang melawan kekuatan Islam (mujahidin), terbukti dengan praktek nyata yang membidik kekuatan mujidihin di seluruh dunia. Undang-undang anti terorisme, perjanjian ekstradisi internasional, agresi militer ke Afghanistan, pemburuan mujahidin di seluruh dunia dan bukti-bukti konkrit lainnya dengan jelas menunjukkan kerja sama dan konspirasi kekuatan kafir global ; yahudi, nasrani, musyrikin dan komunis untuk menghancurkan kekuatan mujahidin.
Sangat disayangkan bila kaum muslimien justru menghadapi persekutuan musuh yang sangat kuat ini dengan sebab-sebab yang lemah dan kalah; gerakan yang cenderung sendiri-sendiri tanpa organisasi dan perencanaan matang, atau mental sufistis yang salah dalam tawakkal !!! Kekuatan hanya bisa dihadapi oleh kekuatan, tandzim hanya bisa dihadapi oleh tandzim dan besi hanya dikalahkan oleh besi. Karena itu, tandzim jihad merupakan sebuah kewajiban demi menghadapi musuh yang tertata rapi dan tangguh, dan kaedah ushuliyah menyatakan :
مَالاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“ Kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sarana, maka sarana tersebut hukumnya juga wajib.”
Allah Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. JIka kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” [QS. Al Anfaal : 73].
وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“ Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berpecah belah), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” [QS. Al Anfaal :46].
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” [QS. Al Maidah ;2].
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً وَلاَ تَفَرَّقُوا
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَ إِيَّاكُمْ وَ اْلفُرْقَةَ, فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَ هُوَ مِنَ اْلإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ وَمَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيُلْزِمِ الْجَمَاعَةَ
وقال : يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ.
وقال : اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَاْلفُرْقَةُ عَذَابٌ.
“ Sesungguhnya Allah ridha jika kalian berpegang teguh dengan tali-Nya dan tidak berpecah belah.”
“ Hendaknya kalian mengikuti Aljama’ah dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya syaithon itu bersama satu orang, dan dia lebih jauh dari dua orang. Barang siapa yang menginginkan intinya surga hendaknya mengikuti Al jama’ah.”
“ Tangan Allah Ta’ala bersama jama’ah.”
“ Jama’ah adalah rahmat dan berpecah belah adalah adzab.”
Kedua : perintah syar’i. Allah Ta’ala telah memerintahkan kaum muslimin agar bersiap-siap dan menempuh segala sebab datangnya kekuatan untuk memberikan rasa takut pada orang-orang kafir, murtad dan munafik.
[*]- Allah berfirman ;
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَتَعْلَمُونَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَاتُنْفِقُوا مِن شَىْءٍ فِي سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَتُظْلَمُونَ

“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (61) Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al Anfal :60].
Berdasar ayat ini, wajib kepada kaum muslimien untuk menempuh semua sebab kekuatan dan kemenangan baik materi maupun ruhani (mental, maknawi), sehingga dapat menakuti musuh-musuh kaum muslimin. Di antara sebab kekuatan dan kemenangan adalah ; terorganisir, perencanaan, kepemimpinan dan ketaatan, yang mana jihad tidak berjalan dengan benar tanpa ada unsure tersebut dan unsure tersebut termasuk permulaan yang dlorury untuk I’dad yang sesuai dengan syar’i.
[*]- Allah Ta’ala juga berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ.

“ Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.” [QS. An Nisa’ :59].

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ.

“ Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).” [QS. An Nisa’ :83].
Allah Ta’ala memerintahkan kaum muslimin untuk mentaati para pemegang urusan mereka, baik ulama ---urusan syar’I--- maupun umara’ ---urusan dunia, perang-. Perintah ini berarti juga perintah untuk mengangkat pemimpin dan mentaati mereka. Dalam disiplin ilmu ushul fiqih, hal ini disebut dengan isyaratu nash. Maka urusan jihad sebagai sebuah urusan penting dalam dien juga harus dikerjakan lewat kepemimpinan seorang imam (khlaifah saat khilafah masih tegak) atau amir (pimpinan) organisasi jihad ketika khilafah tidak ada.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
وَكُلُّ مَنْ كَانَ مَتْبُوعًا فَإِنَّهُ مِنْ أُولِي اْلأَمْرِ، وَعَلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ هَؤُلاَءِ أَنْ يَأْمُرَ بِمَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَيَنْهَى عَمَّا نَهَى عَنْهُ، وَعَلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِمَّنْ عَلَيْهِ طَاعَتُهُ أَنْ يُطِيْعَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ، وَلاَ يُطِيْعُهُ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ
“ Setiap orang yang diikuti adalah ulil amri. Maka hendaklah setiap ulil amri memerintahkan dengan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan melarang dari apa yang dilarang Allah Ta’ala. Hendaknya setiap orang yang wajib taat kepada ulil amri tersebut untuk mentaatinya selama dalam ketaatan kepada Allah dan tidak mentaatinya selama dalam kemaksiatan kepada Allah.”
[*]- Rasulullah bersabda :
عن عبد الله بن عمر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:«لا يَحِلُّ لِثَلاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِفَلَاةٍ مِنَ الأَرْضِ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ» و عند أبي هريرة (إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ)
Dari Abdullah bin Amru bahwasanya Rasulullah bersabda,” Tidak halal bagi tiga orang berada di suatu daerah yang kosong (padang pasir) kecuali mereka harus mengangkat salah satu sebagai amir (pemimpin) mereka.”
عن أبي سعيد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إِذَا خَرَجَ ثَلاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ»
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwasanya Rasulullah bersabda,” Jika tiga orang keluar dalam safar hendaklah mereka mengangkat salah satu sebagai pemimpin.”
Imam Syaukani menerangkan makna hadits ini :
وَفِيْهَا دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّهُ يُشْرَعُ لِكُلِّ عَدَدٍ بَلَغَ ثَلاَثَةً فَصَاعِدًا أَنْ يُؤَمِّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ لأَِنَّ فِي ذَلِكَ السَّلاَمَةَ مِنَ الْخِلاَفِ الَّذِي يُؤَدِّي إِلَى التَّلاَفِ فَمَعَ عَدَمِ التَّأْمِيْرِ يَسْتَبِدُّ كُلُّ وَاحِدٍ بِرَأْيِهِ وَيَفْعَلُ مَا يُطَابِقُ هَوَاهَ فَيَهْلِكُوْنَ، وَمَعَ التَّأْمِيْرِ يَقِلُّ اْلاِخْتِلاَفُ وَتَجْتَمِعُ الْكَلِمَةُ وَإِذَا شُرِعَ هَذَا لِثَلاَثَةٍ يَكُونُونَ فِي فَلاَةٍ مِنَ اْلأَرْضِ أَوْ يُسَافِرُونَ فَشَرْعِيَتُهُ لِعَدَدٍ أَكْثَرَ يَسْكُنُوْنَ الْقُرَى وَاْلأَمْصَارَ وَيَحْتَاجُونَ لِدَفْعِ التَّظَالُمِ وَفَصْلِ التَّخَاصُمِ أَوْلَى وَأَحْرَى وَفيِ ذَلِكَ دَلِيْلٌ لِقَوْلِ مَنْ قَالَ إِنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ نَصْبُ اْلأَئِمَّةِ وَالْوُلاَةِ وَالْحُكَّامِ
“ Hadits-hadits ini menyebutkan disyariatkannya bagi setiap kelompok yang terdiri dari tiga orang atau lebih untuk mengangkat salah seorang mereka sebagai pemimpin karena hal itu membawa keselamatan bagi mereka dari perselisihan yang menyebabkan kehancuran. Dengan tidak adanya kepemimpinan, setiap orang akan memaksakan pendapatnya dan berbuat sesuai hawa nafsunya sendiri sehingga mereka akan binasa. Dengan adanya kepemimpinan ; perselisihan akan sedikit dan tercapailah kesepakatan (persatuan). Jika kepemimpinan ini diperintahkan atas tiga orang yang berada di daerah kosong (padang pasir) atau sedang melakukan safar ; maka perintah untuk mengangkat pemimpin atas kelompok yang terdiri dari lebih dari tiga orang yang tinggal di desa-desa dan kota-kota dan dituntut untuk menunaikan hak-hak dan mencegah kedzaliman di antara sesama mereka ; hukumnya lebih wajib lagi.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
يَجِبُ أَنْ يُعْرَفَ أَنَّ وِلاَيَةَ أَمْرِ النَّاسِ مِنْ أَعْظَمِ وَاجِبَاتِ الدٍّيْنِ بَلْ لاَ قِيَامَ لِلدَّيْنِ وَلاَ لِلدُّنْيَا إِلاَّ بِهَا. فَإْنَّ بَنِي آدَمَ لاَ تَتِمُّ مَصْلَحَتُهُمْ إِلاَّ بِاْلاِجْتِمَاعِ لحِاَجَةِ بَعْضِهِمْ إِلَى بَعْضٍ وَلاَبُدَّ لَهُمْ عِنْدَ اْلاِجْتِمَاعِ مِنْ رَأْسٍ حَتَّى قَالَ النبي صلى الله عليه وسلم : «إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمروا أحدهم» رواه أبو داود من حديث أبي سعيد وأبي هريرة.. وروى الإمام أحمد في المسند عن عبد الله بن عمرو، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لا يَحِلُّ لِثَلاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِفَلاةٍ مِنَ الأَرْضِ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ» فَأَوْجَبَ صلى الله عليه وسلم تَأْمِيْرَ الْوَاحِدِ فِي اْلاِجْتِمَاعِ اْلقَلِيْلِ الْعَارِضِ فِي السَّفَرِ، تَنْبِيْهًا بِذَلِكَ عَلىَ سَائِرِ أَنْوَاعِ اْلاِجْتِمَاعِ. وَلأَِنَّ اللهَ تعالى أَوْجَبَ اْلأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَلاَ يَتِمُّ ذَلِكَ إِلَّا بِقُوَّةٍ وَإِمَارَةٍ. وَكَذَلِكَ سَائِرُ مَا أَوْجَبَهُ مِنَ الْجِهَادِ وَالْعَدْلِ وَإِقَامَةِ الْحَجِّ وَالْجُمَعِ وَاْلأَعْيَادِ وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ. وَإِقَامَةِ اْلُحُدودِ لاَ تَتِمُّ إِلاَّ بِالْقُوَّةِ وَاْلإِمَارَةِ ـ إلى قوله ـ فَاْلوَاجِبُ اتِّخَاذُ اْلإِمَارَةِ دِيْنًا وَقُرْبَةً يَتَقَرَّبُ بِهَا إِلَى اللهِ، فَإِنَّ التَّقَرُّبَ إِلَيْهِ فِيْهَا بِطَاعَتِهِ وَطَاعَةِ رَسُوْلِهِ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ وإنما يفسد فيها حال أكثر الناس لابتغاء الرياسة أو المال بها. وقد روى كعب بن مالك عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : «مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلا فِي زَرِيبَةِ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ» قال الترمذي حديث حسن صحيح ، فأخبر أن حرص المرء على المال والرياسة يفسد دينه مثل أو أكثر من فساد الذئبين الجائعين لزريبة الغنم]
“ Harus diketahui bahwa mengendalikan urusan manusia termasuk kewajiban dien yang paling agung, bahkan dien dan dunia tidak akan tegak tanpa adanya kepemimpinan. Kemaslahatan manusia tidak akan sempurna kecuali dengan berkumpul (berorganisasi) di antara mereka, karena satu sama lain saling membutuhkan, dan setiap perkumpulan harus ada pemimpinnya sebagaimana sabda Rasulullah…(beliau menyebutkan hadits-hadits di atas—ed). Rasulullah mewajibkan mengangkat seorang pemimpin dalam sebuah perkumpulan paling kecil (3 orang-ed) dan paling sebentar dalam perjalanan, untuk mengingatkan wajibnya mengangkat pemimpin untuk seluruh perkumpulan lainnya. Allah ta’ala juga telah mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar, dan hal itu tidak mungkin sempurna kecuali dengan imarah (kepemimpinan) dan kekuatan. Demikian juga halnya dengan seluruh perintah lain yang Allah wajibkan seperti jihad, menegakkan keadilan, haji, menegakkan sholat Jum’at, menegakkan sholat ied dan menolong orang-orang yang terdzalimi. Maka yang awajib adalah menjadikan kepemimpinan sebagai sebuah dien (ajaran dien), qurbah (sarana mendekatkan diri kepada Allah), karena mendekatkan diri kepada Allah dalam kepemimpinan dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya merupakan bentuk mendekarkan diri yang paling utama.”
عن تميم الداري قال: تَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ زَمَنَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ (يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ اْلأَرْضَ اْلأَرْضَ إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ أَلاَ مَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى فِقْهٍ كَانَ ذَلِكَ خَيْرًا لَهُ، وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ ذَلِكَ هَلاَكاً لَهُ وَلِمَنِ اتَّبَعَهُ)

Imam Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dari Tamim Ad Daari,” Masyarakat berlomba-lomba meninggikan bangunan pada masa Umar, maka ia berkata,” Wahai penduduk arab, jagalah tanah kalian, jagalah tanah kalian. Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. Barang siapa diangkat menjadi pemimpin suatu kaum karena keilmuannya ; maka itu lebih baik baginya. Namun barang siapa diangkat menjadi pemimpin suatu kaum bukan karena keilmuannya ; maka itu kehancuran baginya dan bagi yang ia pimpin.”
Perkataan shahabat Umar ini menunjukkan wajibnya berjama’ah, berkepemimpinan dan ketaatan kepada pemimpin dalam rangka menegakkan syariat Islam. Rasululah juga bersabda :
[*] Rasulullah bersabda ;
عَنِ الْحَارِثِ بْنِ الْحَارِثِ اْلأَشْعَرِي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال «إِنَّ اللهَ أَمَرَ يَحْيَ بْنَ زَكَرِيَا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهِنَّ وَأَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ اللَّهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ بِالْجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَالْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ»
Dari Harits bin Harits al Asy’ari bahwasanya Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya Allah telah memerintahkan lima hal kepada nabi Yahya bin Zakariya untuk dikerjakan …dan aku memerintahkan kalian dengan lima hal yang Allah perintahkan kepadaku yaitu; al jama’ah, mendengar, ta’at, hijrah dan berjihad di jalan Allah Ta’ala.”
[*] Sabda Rasulullah :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ  يَقُوْلُ: لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى اْلحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ  فَيَقُولُ أَمِيْرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُولُ لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ.

Dari Jabir bin Abdullah ia mendengar Rasulullah bersabda,” Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka meraih kemenangan sampai hari kiamat. Nabi Isa bin Maryam ‘alaihi salam turun (dari langit), maka amir (pemimpin) kelompok tersebut berkata kepadanya,” Silahkan mengimami kami sholat.” Nabi Isa menjawab,” Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah umara’ (pemimpin) atas sebagian yang lain sebagai bentuk penghormatan Allah kepada umat Islam ini.”
Hadits ini menunjukkan bahwa thaifah manshurah yang berperang di atas kebenaran sampai kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal adalah kelompok yang tertandzim rapi, dengan seorang amir. Kepemimpinan kelompok ini disahkan Rasulullah dengan sabda beliau “maka amir (pemimpin) kelompok tersebut berkata kepadanya ”, juga berdasar perkataan nabi Isa “Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah umara’ (pemimpin) atas sebagian yang lain .“
Kepemimpinan thaifah manshurah ini tidak terkhusus untuk kelompok terakhir (imam Mahdi dan nabi Isa) yang bertempur melawan Dajjal semata, namun juga berlaku untuk seluruh thaifah manshurah sejak zaman nubuwah sampai hari kiamat, berdasar penisbahan amir kepada kelompok (amiiruhum) “maka amir (pemimpin) kelompok tersebut” dan penyebutan sifat thaifah yang berkesinambungan (laa tazaalu) “akan senantiasa”. Dalam hadits–hadits lain seperti hadits shahabat Hudzaifah bin Yaman dijelaskan bahwa umat Islam akan mengalami masa tidak mempunyai khilafah. Tidak adanya khilafah yang disertai sahnya kepemimpinan umara’ thaifah manshurah ini (padahal ia bukan khalifah) menunjukkan bahwa kepemimpinan umara’ tandzim jihad adalah sah secara syar’i.
Dalam hadits ini juga disebutkan cara pengangkatan umara’ thaifah manshurah melalui perkataan nabi Isa “sesungguhnya sebagian kalian adalah umara’ (pemimpin) atas sebagian yang lain sebagai bentuk penghormatan Allah kepada umat Islam ini. “ Yaitu thaifah manshurah mengangkat sebagian mereka sebagai amir (pemimpin). Ini sebuah bentuk penghormatan Allah Ta’ala kepada umat Islam. Hal ini berlaku sejak zaman nubuwah sampai zaman imam Mahdi dan nabi Isa yang merupakan thaifah manshurah terakhir. Ini sama persis dengan peristiwa perang Mu’tah. Ketika ketiga komandan yang ditunjuk Rasulullah (Zaid bin Haritsah-Ja’far bin abi Thalib-Abdulllah bin Rawahah) terbunuh, para shahabat sepakat mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan perang thaifah manshurah, padahal ia tidak ditunjuk oleh Rasulullah. Ketika pulang ke Madinah, Rasulullah merestui mereka dan menggelari shahabat Khalid sebagai saifullah.
Imam Ibnu hajar berkata :
فِيْهِ جَوَازُ التَّأَمُّرِ فِي الْحَرْبِ بِغَيْرِ تَأْمِيْرٍ، قَالَ الطَّحَاوِي: هَذاَ أَصْلٌ يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ أَنْ يُقَدِّمُوا رَجُلاً إِذَا غَابَ اْلإِمَامُ يَقُوْمُ مَقَامَهُ إِلَى أَنْ يَحْضُرَ.

“ Hadits ini menunjukkan bolehnya menganggkat komandan perang meski tidak diangkat (ditunjuk) oleh khalifah. Imam Ath Thahawi mengatakan,” Hadits ini menjadi dasar bahwa kaum muslimin harus mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai komandan yang menggantikan posisi khalifah sampai khalifah datang.”
Bila menganggkat komandan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada khalifah dengan alasan kondisi genting dan jauhnya khalifah dari pasukan diperbolehkan, maka tentunya mengangkat komandan jihad di saat tidak ada khhalifah lebih boleh lagi.
[*] Sabda Rasulullah :
عَنْ بَشَرِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ مَالِكٍ ـ مِنْ رَهْطِهِ ـ قَالَ: بَعَثَ النَّبِيُّ  سَرِيَّةً فَسَلَحَتْ رَجُلاً مِنْهُمْ سَيْفاً، فَلَمَّا رَجَعَ قَالَ: لَوْ رَأَيْتَ مَا لاَمَنَا رَسُولُ اللهِ  قَالَ:" أَعَجَزْتُمْ إِذْ بَعَثْتُ رَجُلاً مِنْكُمْ فَلَمْ يَمْضِ لأَِمْرِي، أَنْ تَجْعَلُوا مَكَانَهُ مَنْ يَمْضِي لِأَمْرِي؟!.

Dari Uqbah bin Malik bahwasanya Rasululah nabi mengutus sebuah pasukan perang kemudian pasukan ini mempersenjatai salah seorang di antara mereka dengan pedang. Ketika pulang, Uqbah berkata,” Seandainya anda melihat ketika Rasulullah mencela habis-habisan kami. Beliau bersabda,” Apakah kalian tidak bisa mengangkat salah seorang di antara kalian sebagai pemimpin ketika pemimpin yang kutunjuk tidak menjalankan perintahku ?”
Hadits ini menunjukkan, ketika seorang komandan pasukan yang ditunjuk oleh imam tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya, pasukan berhak mengangkat seorang di antara mereka yang mempunyai kemampuan memimpin tugas sebagai komandan baru, tanpa mesti harus menunggu pengangkatan komandan baru dari imam. Jika demikian halnya dengan pasukan jihad yang diberangkatkan oleh imam, bukankah dengan pasukan jihad di zaman tidak ada imam lebih berhak lagi ?
Imamul Haramain Al Juwaini mengatakan :
وَقَدْ قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: لَوْ خَلاَ الزَّمَانُ عَنِ السُّلْطَانِ فَحَقٌّ عَلَى قُطَانِ كُلِّ بَلْدَةٍ وَسُكَانِ كُلِّ قَرْيَةٍ أَنْ يُقَدِّمُوا مِنْ ذَوِي اْلأَحْلاَمِ وَالنُّهَى، وَذَوِي الْعُقُوْلِ وَالْحِجَا مَنْ يَلْتَزِمُونَ امْتِثَالَ إِشَارَتِهِ وَأَوَامِرِهِ، وَيَنْتَهُونَ عَنْ مَنَاهِيهِ وَمَزَاجِرِهِ، فَإِنَّهُمْ لَوْ لَمْ يَفْعَلُوا ذَلِكَ، تَرَدَّدُوا عِنْدَ إِلْمَامِ الْمُهِمَّاتِ، وَتَبَلَّدُوا عِنْدَ إِظْلاَمِ الْوَاقِعَاتِ.
Sebagian ulama telah mengatakan,” Jika suatu masa vacuum dari seorang imam, maka menjadi kewajiban penduduk setiap daerah untuk mengangkat seorang imam dari kalangan orang yang berkemampuan ; mereka melaksanakan arahan dan perintahnya serta menjauhi larangannya. Jika mereka tidak melakukan hal itu, mereka akan ragu-ragu dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban penting dan kebingungan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi.” [Ghulam Abdu Rabbihi].
Wallahu A’lam Bish Shawab.

Lima Prinsip Untuk Meraih Kemenangan


'Alamah Syaikh Abdul-Qadir bin Abdul-Aziz fakkallahu asrahu

Lima Prinsip Untuk Meraih Kemenangan

Yaitu :
Pertama ; Sesungguhnya kemenangan itu hanya di Tangan Alloh saja.
Kedua ; Sesungguhnya Alloh menjanjikan kemenangan kepada hamba-hambaNya yang beriman terhadap musuh-musuh mereka di dunia.
Ketiga ; Sesungguhnya janji ini diberikan kepada mereka yang sempurna imannya, dan setiap orang mendapatkan bagian dari janji ini sesuai dengan kadar imannya masing-masing.
Keempat ; Sesungguhnya tidak terealisasinya janji ini menunjukkan tidak terpenuhinya syarat-syarat keimanan (untuk meraih kemenangan-pent.).
Kelima adalah ; Jika janji ini tidak terealisasi maka seseorang tidak akan berhak mendapatkannya kecuali jika dia menyempurnakan syarat-syarat untuk mendapatkan janji ini. Penjabaran dari prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut :

Yang pertama : Sesungguhnya kemenangan itu hanya di Tangan Alloh saja, hal berdasarkan firman Alloh :

وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ

Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah (QS. Ali Imron:126 dan Surat Al-Anfal: 10)

Dalam ayat ini terdapat aqwaa asaaliibi an-hashri (uslub pembatasan yang paling kuat) yaitu an-nafyu (kalimat negatif atau peniadaan, yaitu(ما) yang diikuti setelahnya dengan pengecualian yaitu (إلا) . Pemahaman semacam ini juga dapat disimpulkan dari firman Alloh:

إِنْ يَنْصُرْكُمْ اللَّهُ فَلا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ

Jika Allah menolong kalian, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kalian; dan jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi pertolongan), maka siapakah yang dapat menolong kalian (selain) dari Allah sesudah itu . (QS. Ali Imron:160)

Ketika pemahaman semacam ini hilang dari benak para sahabat rodliyallohu ‘anhum pada waktu perang Hunain, dan mereka merasa bangga dengan jumlah mereka yang banyak, maka mereka ditimpa kekalahan sehingga mereka memahami kembali bahwasanya jumlah dan sarana itu tidak bermanfaat sama sekali kecuali atas izin Alloh. Alloh berfirman:

لَقَدْ نَصَرَكُمْ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمْ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ ثُمَّ أَنزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. Kemudian Allah memberi ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada oang-orang yang beriman, dan Allah telah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikian pembalasas kepada orang-orang yang kafir. (QS. At-TAubah: 25-26)

Alloh mengingatkan mereka bahwasanya kemenangan mereka pada banyak medan perang itu bukanlah karena jumlah mereka yang banyak yang mereka banggakan, dan bahwasanya ketika mereka berbangga dan mengandalkan jumlah yang banyak, jumlah itu tidak bermanfaat bagi mereka dan merekapun ditimpa kekalahan. Kemudian Alloh memenangkan mereka setelah mereka mengalami kekalahan karena Alloh hendak menjelaskan kepada mereka bahwa kemenangan itu dari sisi Alloh bukan karena jumlah yang banyak yang tidak ada manfaatnya. Maka dengan kekalahan itu Alloh dapat mengembalikan mereka kepada pemahaman yang hilang dari sebagian orang ketika itu. Yaitu pemahaman

وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ

Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah.

Prinsip yang kedua: Sesungguhnya Alloh menjanjikan kemenangan kepada hamba-hambaNya yang beriman terhadap musuh-musuh mereka di dunia. Sebuah janji yang benar yang tidak ada keraguan padanya, dan ini merupakan sunnah qodariyah yang tidak akan luput.
Alloh berfirman:


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانتَقَمْنَا مِنْ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. 30: 47)

Dan Alloh berfirman:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. (QS. Al-An’am: 34)

لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّه

Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah

Maksudnya adalah kalimat-kalimat qodariyah Nya yang pasti terjadi dengan firman Alloh:

كُنْ فيكون

“Jadilah, maka jadilah ia.”

Di antara kalimat-kalimat qodariyah ini adalah janji Alloh untuk menolong orang-orang beriman:

حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا

Sampai datang pertolongan kami kepada mereka.

Janji kemenangan ini adalah di dunia bukan hanya pada hari kiamat semata, sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat terdahulu. Juga berdasarkan firman Alloh:

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS. 40:51)

Dan berdasarkan firman Alloh:

فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ

Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. Ash-Shoff:14)

Konsekuensi dari janji qodariy untuk meraih kemenangan ini adalah berupa kokohnya kedudukan di muka bumi --- kekuasaan ---, berdasarkan firman Alloh:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. (QS. An-Nur:55)

Dan berdasarkan firman Alloh:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ وَلَنُسْكِنَنَّكُمْ الأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ

Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka:"Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami".Maka Rabb mereka mewahyukan kepada mereka:"Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zhalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kamu dinegeri-negeri itu sesudah mereka.Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". (QS. Ibrohim: 13-14)

Ayat ini dan ayat dalam surat An-Nur sebelumnya merupakan nash tentang sunnatul istikhlaf al-qodariyah (sunatullah yang berlaku tentang kekuasaan-pent.), dan menjelaskan syarat-syarat agar berhak atas janji itu :

الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal sholih.

Dan:


ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ

Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku

Sedangkan firman Alloh dalam surat An-Nur yang berbunyi:

كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ

Sebagaimana kamijadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka.

Merupakan penguat dan penjelas tentang sunnah qodariyah yang tidak akan pernah meleset ini. Artinya sebagaimana sunnah qodariyah ini berlaku pada orang-orang sebelum kalian, sunnah qodariyah tersebut akan berlaku pula atas kalian jika terpenuhi syarat-syaratnya.

Prinsip Ketiga ; Sesungguhnya janji ini diberikan kepada orang yang sempurna imannya, berdasarkan firman Alloh :

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. 30:47)

Seorang hamba akan mendapatkan bagian dari kemenangan itu sesuai dengan kadar imannya. Semakin bertambah iman seseorang, semakin banyak ia mendapatkan bagian dari kemenangan yang merupakan al-wa’du al-qodariy ini, dan apabila imannya berkurang akan berkurang pula kemenangan yang ia dapatkan.
Prinsip ini berdasarkan kaidah yang menyatakan bahwa iman itu berbilang, dan bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Dan ini merupakan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, berdasarkan sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam:

الإيمان بضع وستون أو بضع وسبعون شعبة، فأعلاها شهادة أن لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق

Iman itu ada lebih dari 60 atau 70 cabang. Yang paling tinggi adalah syahadat laa ilaaha illallooh, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Huroiroh)

Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda:

بَيْنَا أنا نائم رأيت الناسَ يُعْرَضون عَلَيَّ وعليهم قُمُصٌ، منها ما يبلغ الثُّدِيَّ، ومنها ما دون ذلك. وعُرِضَ عَلَيَّ عمر بن الخطاب وعليه قميص يَجُرُّه، قالوا فما أَوَّلت ذلك يا رسول الله؟ قال: الدينَ

“Ketika saya tidur, saya bermimpi manusia dinampakkan kepadaku sedangkan mereka mengenakan pakaian. Di antara mereka ada yang mengenakan pakaian sampai dada dan ada yang lebih rendah lagi. Dan Umar Ibnul Khothob dinampakkan kepadaku dengan mengenakan pakaian yang ia seret (menutupi seluruh tubuh dan berlebihan sehingga menjuntai di tanah).” Para sahabat bertanya: “Engkau takwilkan apa hal itu wahai Rosululloh?” Beliau menjawab: “Dien.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori dari Abu Sa’iid).

Al-Bukhori mengatakan pada awal Kitabul Iman dalam kitab Shohihnya: “Iman itu mencakup perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.” Imam Ibnu Hajar berkata: “Dan begitulah yang dinukil oleh Abu Al-Qosim Al-Lalika’iy dalam kitab As-Sunnah dari Asy-Syafi’iy, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rohawaih, Abu ‘Ubaid dan imam-imam yang lainnya. Dan diriwayatkan dengan sanad yang shohih bahwasanya Al-Bukhori berkata: ‘Saya telah bertemu dengan lebih dari seribu ulama’ dari berbagai daerah dan tidak saya dapati satu orangpun yang menyelisihi pendapat bahwa iman itu mencakup perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.’ “ (Fat-hul Bariy I/47)
Saya katakan: Apabila bertambah iman seorang hamba maka akan bertambah kemenangan yang ia dapatkan dari al-wa’du al-qodary, dan begitu sebaliknya. Dalam kaitannya dengan jihad kami katakan bahwa kemenangan itu tergantung dengan dua syarat: Syarat umum dan syarat khusus.
Adapun syarat umum adalah; I’dad imaniy yaitu dengan cara terus menambah cabang iman baik berupa amalan hati maupun amalah dzohir, baik secara ilmiyah maupun amaliyah supaya ia menjadi orang yang layak untuk mendapatkan janji yang tersebut dalam firman Alloh:

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan kami berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. 30:47)

Sedangkan syarat khususnya adalah I’dad maddiy dengan cara mengumpulkan senjata, mengobarkan semangat kaum muslimin untuk berperang dan berinfaq, dan juga mencakup semua bentuk tadrib askari (latihan militer). Alloh berfirman:

وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لا يُعْجِزُونَ وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfal:59-60)

Dalam ayat ini Alloh menjelaskan bahwa Dia itu mencakupi (kekuasaannya-pent.) orang-orang kafir dan berkuasa atas mereka. Mereka tidak dapat lolos dariNya. Namun demikian Alloh memerintahkan kita --- meskipun Allah Maha Kuasa ----- agar melaksanakan i’dadul quwwah dalam berbagai bentuknya dan agar kita bersungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan dalam melaksanakan i’dad ini yang merupakan syarat untuk mendapatkan janji ilahiy untuk memenangkan orang-orang beriman. Karena dunia ini merupakan tempat ujian, segala urusan di dunia ini berjalan sesuai dengan hukum sebab-musabab. Alloh menguji orang beriman dengan orang kafir untuk membuktikan kejujuran imannya, apakah dia akan memerangi orang kafir tersebut dan mengadakan persiapan untuk memeranginya sesuai dengan perintah Alloh atau tidak? Alloh juga menguji orang kafir dengan orang beriman, apakah dia akan menyambut dakwah untuk beriman atau dia menolak sehingga memeranginya? Tentang ujian kedua belah fihak ini Alloh berfirman:

ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. (QS. Muhammad: 4)

Termasuk di antara cakupan i’dad maddiy adalah menyatukan barisan kaum muslimin untuk menghadapi musuh mereka. Alloh berfirman:

وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا

Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. (QS. Al-Anfal:46)

Alloh dalam ayat ini menjadikan pertikaian antara kaum muslimin itu merupakan penyebab kegagalan, bahkan merupakan penyebab kegagalan yang paling besar. Hal itu dinyatakan Alloh melalui nash Al-Qur’an, sebagaimana Alloh menjadikan kemenangan itu sebagai buah dari sikap kaum muslimin yang saling memberikan wala’nya antara satu dengan yang lainnya dalam firmanNya:

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْ الْغَالِبُونَ

Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. (QS. Al-Maidah:56)

Dan tidak diragukan lagibahwa I’dad maddiy itu merupakan cabang iman karena ia merupakan salah satu bentuk sambutan terhadap perintah Alloh dalam ayat;

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka dengan segala kekuatan semampu kalian.

Namun permasalahan ini kami bahas secara tersendiri karena pentingnya masalah ini. Dengan demikian hubungan i’dad maddiy dengan i’dad imaniy adalah hubungan permasalahan khusus dengan permasalahan umum.

Prinsip Keempat ; Sesungguhnya tidak terrealisasinya janji qodariy yang berupa pertolongan Alloh untuk orang-orang yang beriman ini menunjukkan tidak terpenuhinya syarat-syaratnya. Yaitu karena hamba tersebut kurang maksimal dalam melaksanakan dua bentuk i’dad tersebut, yaitu i’dad imaniy dan i’dad maddiy atau salah satu di antara keduanya.
Tidak terealisasinya janji ini artinya adalah orang-orang kafir menang atas kaum muslimin, dan negaranya dikuasai oleh orang-orang kafir. Semua ini disebabkan oleh lemahnya iman, maksiat dan dosa. Alloh berfirman :

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An-Nisa’:79)

Alloh berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syuro: 30)

Alloh berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, pada diri mereka sendiri, (QS. Al-Anfal: 53)

Imam Ibnu Katsir berkata: “Alloh memberitahukan tentang kesempurnaan keadilanNya dalam hukum-Nya dengan (menjelaskan) bahwa Ia tidak akan merubah sebuah nikmat yang Ia anugrahkan kepada seseorang kecuali jika dia melakukan dosa.”
Alloh berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus: 44)

Sunnah qodariyah ini tidak pilih kasih kepada seorangpun, meskipun terhadap orang yang paling baik sekalipun. Di antara contohnya adalah kekalahan, luka-luka dan pembunuhan yang menimpa para sahabat ketika perang Uhud yang diakibatkan oleh maksiat sebagian dari mereka terhadap perintah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dari peristiwa ini dapat dipahami bahwa kemaksiyatan yang dilakukan oleh sebagian orang dalam sebuah amal jama’iy akan membahayakan semua anggota. Alloh berfirman tetang apa yang menimpa para sahabat pada perang Uhud;

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata:"Dari mana datangnya (kekalahan) ini" Katakanlah:"Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". (QS. Ali Imron:165)

(Lihat tafsir Adlwaa’ul Bayan karangan Asy-Syinqiithiy III/152-156)
Berkuasanya musuh terhadap kaum muslimin merupakan ‘uqubah qodariyah (hukuman secara taqdir) terhadap kaum muslimin lantaran kemaksiatan yang mereka lakukan. Ini berlaku baik atas musuh dari kalangan manusia, maupun musuh dari kalangan jin. Sebagaimana firman Alloh:

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَانِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zukhruf: 36)

Dengan kemaksiatan yang ia lakukan, seseorang telah membuka peluang kepada syetan (untuk menguasainya) sehingga mengakibatkan ia dikalahkan oleh musuhnya dari kalangan manusia, sebagaimana firman Alloh:

إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمْ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau). (QS. Ali Imron:155)

Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa sesungguhnya penyebab kekalahan kaum muslimin itu adalah penyebab intern (yang berasal dari diri mereka sendiri). Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Tsauban rodliyallohu ‘anhu; Sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الأَحْمَرَ وَالأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لأُمَّتِي أَنْ لا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya Alloh menciutkan bumi untukku sehingga aku dapat melihat dari belahan timur sampai barat, dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan meliputi semua yang diciutkan kepadaku. Dan aku diberi dua harta pusaka, merah dan putih. Dan aku memohon kepada Robbku agar umatku tidak dimusnahkan dengan lanrtaran paceklik yang menyeluruh dan agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari golongan selain mereka sehingga mereka menjarah wilayah mereka. Dan sesungguhnya Robbku mengatakan kepadaku; Wahai Muhammad Sesungguhnya Aku telah menetapkan suatu ketetapan yang tidak bisa ditolak, dan Aku telah berikan kepada umatmu yaitu Aku tidak akan memusnahkan mereka dengan lantaran paceklik yang meluas dan Aku tidak akan menguasakan musuh yang berasal dari luar golongan mereka terhadap mereka yang akan menjarah wilayah mereka meskipun semua bangsa dari berbagai penjuru dunia berkumpul mengeroyok mereka, sampai ummatmu sebagiannya menghancurkan dan menawan sebagian yang lainnya.”

Hadits ini menerangkan bahwa musuh yang kafir (dari luar golongan mereka) tidak akan dapat menguasai kaum muslimin kecuali jika mereka telah melakukan kerusakan sampai pada batas-batas tertentu. Hadits ini merupakan nash yang menunjukkan bahwa sebenarnya sebab kekalahan kaum muslimin itu adalah faktor intern (sebab yang berasal dari diri mereka sendiri).
Dari sini dapat kita fahami kesalahan orang yang mengatakan bahwa kekalahan dan kelemahan kaum muslimin itu disebabkan oleh makar dan konspirasi orang-orang kafir. Sebagaimana pendapat beberapa penulis yang menggambarkan kehebatan orang-orang Yahudi dan konspirasi syetan mereka dan menganggap semua kerusakan itu terpulang kepada mereka. Padahal sebenarnya hakekat yang harus difahami setiap muslim adalah sesungguhnya segala musibah yang menimpa kaum muslimin itu yang paling bertanggung jawab adalah kaum muslimin itu sendiri, berdasarkan firman Alloh:

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An-Nisa’: 79)
Dan karena Alloh telah memberitakan kepada kita sesungguhnya makar orang-orang kafir itu lemah di hadapan orang-orang yang sempurna imannya, Alloh berfirman:

لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمْ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لا يُنْصَرُونَ

Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari adzaa (gangguan-gangguan celaan) saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (QS. Ali Imron:111)

Yang dimaksud dengan adzaa (gangguan) adalah bahaya yang ringan. Hal ini dijelaskan dengan dikecualikannya dari bahaya secara umum. Kemudian kemenangan akhir itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa, dan Alloh berfirman:

فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. An-Nisa’:76)

Ayat ini merupakan nash yang menetapkan atas lemahnya konspirasi dan kekuasaan mereka. Dan Alloh berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لا مَوْلَى لَهُمْ

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung" (QS. Muhammad: 11)

Dengan demikian, kekalahan kaum muslimin itu pada awalnya berasal dari diri mereka sendiri sebelum berasal dari musuh mereka. Dengan kemaksiatan yang dilakukan, kaum muslimin telah membukakan peluang kepada musuh mereka untuk berkuasa. Prinsip yang keempat ini hendaknya dijadikan tolok ukur untuk introspeksi oleh setiap individu, dan perkumpulan Islam. Hendaknya mereka mengembalikan semua permasalahan mereka atas dasar bahwa segala apa yang menimpa mereka itu merupakan akibat dari dosa mereka. Introspeksi ini wajib dilakukan berdasarkan firman Alloh:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)

Juga berdasarkan firman Alloh:

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ الْعَذَابِ الأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As-Sajdah: 21)

Perhatikanlah perkataan para pengikut Nabi terdahulu, agar engkau memahami bahwa prinsip ini merupakan ketetapan dalam seluruh syari’at, karena ketika terkena musibah di jalan Alloh mereka memahami bahwa musibah itu akibat dosa-dosa mereka. Mereka bersegera untuk istighfar dan taubah. Alloh berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan:"Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-berlebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Ali Imron: 146-147)

Inilah yang dilakukan oleh ash-haabul jannah (para pemilik kebun yang kebunnya dihancurkan oleh Allah). Ketika kebun mereka hancur, mereka mengerti bahwa hal itu akibat dari dosa-dosa mereka, maka mereka bertaubat. Alloh berfirman:

قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلا تُسَبِّحُونَ قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ قَالُوا يَاوَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka:"Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Rabbmu)" Mereka mengucapkan:"Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim". Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela. Mereka berkata:"Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampui batas". Mudah-mudahan Rabb kita memberi ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita. (QS. Al-Qolam: 28-32)

Prinsip kelima ; Jika janji ini tidak terealisasi, maka seseorang tidak akan berhak mendapatkannya kecuali jika dia merubah keadaannya dengan menyempurnakan syarat-syarat untuk mendapatkan janji ini. Alloh berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ro’du: 11)

Ini merupakan sunnah qodariyah yang tidak akan pernah berubah. Hal ini menuntut seorang hamba harus segera memperbaiki dirinya supaya Alloh mengentaskannya dari bencana kemudian menggantikannya dengan kenikmatan. Apabila dia tetap saja bermaksiat kemudian berharap bencana itu sirna, maka harapannya itu tidak akan pernah terwujud. Bila dalam prinsip keempat diterangkan bahwa penyebab utama kegagalan kaum muslimin adalah berasal dari dirinya sendiri, maka prinsip kelima ini menjelaskan bahwa untuk merubah kegagalan ini juga harus dimulai dari dirinya sendiri.

حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka.

Lima prinsip tentang kemenangan dan kekalahan ini seharusnya tidak dilupakan oleh kaum muslimin khususnya para ‘amilin (para pejuang) di medan dakwah dan jihad.
Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan prinsip ini secara panjang lebar --- meskipun beliau tidak menyatakan secara tegas --- dalam kitabnya Al-Jawaabu Al-Kafiy Liman Sa’ala ‘An Ad-Dawaa’ Asy-Syafiy, saat menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh dosa terhadap individu dan bangsa. Dalam kitabnya yang berjudul Ighotsatu Al-Lahfaan Min Mashooyidi Asy-Syaithon beliau juga menulis beberapa pasal yang bagus (II/188-208 cet. Darul Kutub Al- ‘Ilmiyah 1407 H), yang menerangkan syarat-syarat terealisasinya sunnah qodariyah kemenangan kaum muslimin, sebab kemenangan itu tidak didapatkan dan apa hikmah dibalik itu semua? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga membahas dalam kitabnya yang berjudul Al-Hasanah Wa As-Sayyi’ah. Beliau menjelaskan permasalahan ini di sela-sela penafsiran firman Alloh:

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنْ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An-Nisa’: 79)

Saya ajak setiap muslim, khususnya para ‘amilin (pejuang, aktivis Islam) agar membaca dan merenungkan kitab-kitab tersebut karena ia menjelaskan prinsip-prinsip yang telah saya sebutkan di atas, suatu hal yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim.
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan (Ighotsatu Al-Lahfaan hal. II/193-195): “Sesungguhnya Alloh subhanahu wa ta’ala menjamin akan menolong dienNya, golonganNya dan para waliNya yang melaksanakan dienNya secara ilmu dan amal. Alloh tidak menjamin akan menolong kebatilan meskipun pelakunya berkeyakinan bahwa dia di atas kebenaran. Begitu pula dengan al-‘izzah (kemuliaan) dan al-‘uluw (ketinggian derajat), keduanya hanya dapat diraih oleh orang yang beriman sesuai dengan ajaran yang diajarkan para Rosul yang diutus oleh Alloh dan kitab yang diturunkanNya, yang mencakup ilmu, amal dan haal (kondisi). Alloh berfirman:

وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron: 139)

Maka seorang akan mendapatkan ketinggian sesuai dengan kadar imannya. Alloh berfirman:

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

Dan kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min. (QS. Al-Munafiqun: 8)

Seorang hamba akan mendapatkan jatah izzah sesuai dengan kadar iman yang ada padanya. Jika ia kehilangan sebagian jatah al-‘uluw dan al-‘izzah, maka itu disebabkan oleh imannya yang kurang, yang mencakup ilmu dan amal, lahir dan batin.
Begitu pula pembelaan Alloh terhadap seorang hamba akan diberikan sesuai dengan kadar imannya. Alloh berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنْ الَّذِينَ آمَنُوا

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. (QS. Al-Hajj: 38)

Apabila pembelaan itu melemah, maka hal itu disebabkan oleh berkurangnya imannya.
Begitu pula al-kifayah (mencukupi kebutuhan) dan al-hasbu (jaminan) yang diberikan Alloh itu sesuai dengan kadar iman yang ada padanya. Alloh berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنْ اتَّبَعَكَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ

Hai Nabi, cukuplah Allah menjadi hasbu bagimu dan bagi orang-orang mu'min yang mengikutimu. (QS. Al-Anfal: 64)

Yang dimaksud dengan sebagai hasbu bagimu dan bagi para pengikutmu adalah sebagai yang mencukupi kebutuhanmu dan mencukupi kebutuhan mereka. Dengan demikian maka jaminan yang diberikan Alloh itu sesuai dengan kadar mereka dalam mengikuti dan mentaati RosulNya, apabila imannya berkurang berkurang pula jaminanNya.
Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah iman itu bertambah dan berkurang.
Begitu pula al-walaayah (pertolongan, perlindungan-pent.) yang diberikan Alloh kepada seorang hamba itu sesuai dengan kadar keimanannya. Alloh berfirman:

وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

Dan Allah adalah Wali semua orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron:68)

Alloh berfirman:

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا

Allah Wali orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqoroh: 257)

Begitu pula al-ma’iyyah al-khoshoh (kebersamaan Alloh yang berupa bantuan dan pembelaan-pent.) hanyalah diberikan kepada orang yang beriman. Sebagaimana firman Alloh:

وَأَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anfal: 19)

Apabila iman itu berkurang dan melemah maka jatah seorang hamba yang berupa al-walaayah dan al-ma’iyyah al-khoshoh dari Alloh sesuai dengan kadar iman padanya. Begitu pula an-nashru (pertolongan) dan at-ta’yiidu (bantuan) yang sempurna, hanya akan diberikan kepada orang yang sempurna imannya. Alloh berfirman:

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS. 40:51)

Alloh berfirman:

فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ

Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. Ash-Shoff:14)

Barangsiapa berkurang imannya, akan berkurang pula jatah dia dari an-nashru (pertolongan) dan at-ta’yid (bantuan). Oleh karena itu, jika seorang hamba tertimpa musibah pada diri, harta, atau berkuasanya musuh atas dirinya, maka hal itu disebabkan oleh maksiat yang dia lakukan, baik berupa meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan yang diharamkan, dan ini merupakan bukti berkurangnya iman.
Dengan demikian hilanglah kerancuan yang dikatakan oleh banyak orang tentang firman Alloh:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا

Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa’:141)

Banyak orang yang mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah Alloh tidak akan membukakan peluang bagi orang kafir untuk mengalahkan kaum muslimin dari sisi hujjah.
Pendapat yang benar adalah, sebenarnya ayat ini sama dengan ayat-ayat lain yang senada dengan ayat ini. Bahwa yang ditutup peluangnya itu adalah bagi orang-orang yang sempurna imannya. Apabila iman itu melemah maka musuh mereka mendapatkan peluang untuk mengalahkan mereka sesuai dengan kadar berkurangnya iman mereka. Mereka telah membuka jalan bagi musuh-musuh mereka untuk menguasai diri mereka karena mereka meninggalkan ketaatan kepada Alloh. Sebenarnya seorang yang beriman itu adalah mulia, menang, dibantu, diberi pertolongan, dicukupi kebutuhannya dan dibela di mana saja dia berada, meskipun orang seluruh dunia berkumpul untuk mencelakakannya, jika ia melaksanakan iman dengan sebenar-benarnya, dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik yang lahir maupun yang batin. Alloh telah berfirman kepada orang-orang beriman:

وَلا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron:139)

Alloh berfirman:

فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ

Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah-(pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad: 35)

Jaminan ini hanya diberikan berdasarkan keimanan dan amalan mereka. Keimanan dan amalan mereka adalah merupakan bagian dari tentara Alloh yang dengannya Alloh menjaga mereka. Alloh tidak memisahkan atau memotong amalan-amalan tersebut dari mereka, sehingga Alloh tidak menerlantarkan merela sebagaimana tentara-tentara yang berupa iman dan amal itu Alloh jauhkan dari orang-orang kafir dan munafik karena memang bukan milik mereka, dan amalan-amalan mereka tidak sesuai dengan perintahNya.”
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Al-Jawaabu Al-Kafiy tentang hukuman-hukuman qodariyah yang diakibatkan dosa;
“ Diantara hukumannya adalah Alloh mencabut dari hati manusia rasa segan kepada-Nya, Ia menjadi remeh di hadapan mereka dan merekapun meremehkan-Nya, sebagaimana mereka juga telah meremehkan perintah-Nya.
Maka, kecintaan manusia kepada seseorang itu sesuai dengan kecintaan orang tersebut kepada Alloh, dan takutnya manusia kepada seorang hamba itu sesuai dengan takutnya hamba tersebut kepada Alloh, dan manusia itu mengagungkan seorang hamba itu sesuai dengan pengagungan hamba tersebut terhadap hurumat (hal-hal yang disucikan-pent.) Alloh. Bagaimana seseorang mengharapkan untuk tidak dilecehkan kehormatan dirinya sedangkan dia melecehkan hurumat Alloh? Bagaimana Alloh tidak menjadikan manusia meremehkan dirinya sedangkan dia meremehkan hak Alloh ? bagaimana manusia tidak meremehkan-Nya sedangkan dia meremehkan kemaksiatan ?”
Alloh telah mengisyaratkan hal ini dalam kitab-Nya ketika menyebutkan hukuman dosa-dosa. Alloh membalikkan dosa-dosa tersebut kepada para pelakunya. Alloh tutup hati mereka. Alloh mengunci hati mereka dengan dosa-dosa mereka, dan Alloh melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan Alloh. Alloh menghinakan mereka sebagaimana mereka menghinakan dien-Nya. Allah menterlantarkan mereka sebagaimana mereka menterlantarkan perintah-Nya. Oleh karena itu, dalam ayat yang menyebutkan bahwa semua makhluq itu bersujud kepada-Nya, Alloh berfirman :

وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ

Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. (QS. Al-Hajj: 18)

Ketika mereka meremehkan sujud kepada Alloh dan tidak mau melakukannya, Alloh hinakan mereka, sehingga tidak ada orang yang memuliakannya setelah Alloh menghinakannya. Dan siapakan yang akan memuliakan orang yang Alloh hinakan? Atau siapakah yang akan menghinakan orang yang Alloh muliakan?” (hal.80-81)
Di halaman lain, beliau mengatakan: “Di antara hukuman dosa-dosa adalah; dosa-dosa itu memusnahkan kenikmatan kemudian menggantikannya dengan bencana. Sehingga tidak ada satu kenikmatan yang hilang dari seorang hamba atau datangnya bencana padanya kecuali disebabkan dosa yang ia kerjakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali Bin Abi Tholib: ‘Tidaklah bencana itu turun kecuali disebabkan oleh dosa dan tidak akan diangkan kecuali dengan taubat." Alloh berfrman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syuro:30)
Dan Alloh berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, pada diri mereka sendiri. (QS. Al-Anfal:53)

Dalam ayat-ayat tersebut Alloh memberitahukan bahwasanya Alloh tidak merubah kenikmatan yang telah Alloh berikan kepada seseorang sehingga orang itu sendiri yang merubahnya. Ia merubah ketaatannya kepada Alloh dengan kemaksiatan, kesyukuran dengan kekafiran dan faktor-faktor yang menyebabkan Alloh ridlo dengan dengan faktor-faktor yang menyebabkan kemurkaan-Nya. Sebagai balasan yang setimpal dengan perbuatannya. Dan Robbmu sama sekali tidaklah berbuat dzolim kepada hamba-Nya. Apabila dia mengubah kemaksiatannya dengan ketaatan, Alloh akan merubah hukuman dengan kesejahteraan dan kehinaan dengan kemuliaan. Alloh berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-ro’du:11)

(Al-Jawabul Kafi hal. 85-86 Darun Nadwah Al-Jadidah, Tahun 1400 H.)
Saya katakan, kutipan-kutipan dari Ibnul Qoyyim ini menjelaskan lima prinsip yang telah saya sebutkan di atas dengan penjelasan yang gamblang. Setelah menjelaskan lima prinsip ini kita bertanya; bagaimana posisi kita --- kaum muslimin --- sekarang?
Jumlah kita lebih dari satu milyar, sedangkan nageri kaum muslimin merupakan negara yang kaya dengan kekayaan alam yang terbentang dari timur sampai barat dan mayoritas berada ditempat-tempat yang strategis di berbagai lintasan laut dan selat. Lalu bagaimana keadaan mereka yang berjumlah satu milyar itu? Di manakah pusat wilayah mereka, dan apa peran mereka di dunia ini?
Bagaimana sebuah bangsa yang berpenduduk tidak lebih dari dua juta jiwa (Israel, pent) dapat berkuasa. Ia menebar kehinaan, kemurkaan dan laknat dalam hitungan yang besar, yaitu bangsa Yahudi. Bagaimana bangsa ini bisa menguasai seratus juta muslim Arab? Bagaimana bangsa itu bisa mewujudkan sebuah negara di jantung negeri kaum muslimin --- saya tidak katakan negeri Islam --- padahal sebelumnya mereka tidak mempunyai satu negeripun?
Padahal kita membaca dalam kitabulloh:

فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Maka perangilah wali-wali syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. An-Nisa’:76)

Kita membaca:

لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلاَّ أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمْ الأَدْبَارَ ثُمَّ لا يُنْصَرُونَ

Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (QS. Ali Imron: 111)

Kita membaca:

وَلَوْ قَاتَلَكُمْ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوَلَّوْا الأَدْبَارَ

Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). (QS. Al-Fath: 22)

Namun kita melihat realita yang kita hadapi bertentangan dengan hal itu. Orang-orang kafir asli maupun para penguasa murtad menimpakan siksaan kepada kaum muslimin. Mereka membunuh kaum laki-laki, menggiring mereka ke dalam sel penjara dan menyiksa mereka. Mereka menawan kaum muslimat dan memperkosa mereka di dalam penjara-penjara thoghut. Ditambah lagi dengan penjarahan dan pengubahan dien, menyebarkan fitnah dan kekejian untuk mencetak generasi yang tidak mempunyai hubungan dengan diennya.
Kita melihat media masa dan kegiatan ilmiyah Islami yang luas, namun tidak memberikan dampak sedikitpun pada kondisi kaum muslimin. Ini disebabkan oleh hilangnya keberkahan ilmu. (Lihat Al-Jawab Al-Kafiy, hal. 60 dan 96). Banyak ilmu dan media massa ini yang tidak digunakan untuk mencari keridloan Alloh. Mereka menggunakannya untuk mendapatkan kepemipinan, harta, pekerjaan atau untuk memperkuat kebatilan penguasa dan memperkokoh tonggak-tonggak kekuasaan orang-orang kafir yang membuat kedzoliman dan menebar kerusakan di seantero negeri ---kecuali segelintir orang-orang yang beriman dan beramal sholih dari kalangan ulama’---.
Lihatlah hari ini, betapa banyak jumlah buku-buku, kaset-kaset tape dan video, koran dan majalah ilmiyah yang diterbitkan –baik yang memuat kebenaran maupun kebatilan ---, muktamar-muktamar Islam, perlombaan-perlombaan, universitas-universitas, pondok-pondok pesantren, radio dan buletin. Oplah dan keberagaman jenisnya sangat banyak, pada masa-masa sebelumnya belum pernah terjadi. Lalu apa yang dihasilkan dari semua ini ?
Saya di sini tidak akan memaparkan kondisi kaum muslimin, karena bahasan masalah ini ada buku-buku khusus yang membahasnya (sebagi contoh adalah kitab Haadliru Al-‘Alami Al-Islami, karangan Ustadz Jamil Al-Mishriy), namun yang saya harapkan di sini adalah hendaknya setiap muslim memahami kaitan lima prinsip tersebut dengan kondisi kita sekarang.
Tidak tercapainya kemenangan dan kemuliaan oleh kaum muslimin saat ini, artinya adalah sangat kurangnya kadar iman mereka, baik di bidang ilmu maupun amal. Alloh berfirman:

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan kami berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. 30:47)

Manakah janji itu ? apakah kita mendapatkannya ? dan siapakah yang disebutkan dalam firman Alloh:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمْ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron: 139)

Inilah prinsip yang ke tiga.
Semua bencana, perpecahan dan kehinaan yang terjadi pada diri kita ini adalah akibat dari dosa-dosa kita, berdasarkan firman Alloh:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Syuro: 30)

Dan berdasarkan firman Alloh:

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An-Nisa’: 79)

Di antara maksiat tersebut adalah qu’uud ‘anil jihaad (meninggalkan jihad). Lebih buruk lagi adalah orang yang menjadikan dalil-dalil syar’i tersebut sebagai alasan untuk membenarkan sikap mereka yang meninggalkan jihad. Dan ini adalah prinsip yang keempat.
Kegagalan kita dalam mendapatkan pertolongan dari Alloh ini serta bencana yang menimpa kita saat ini tidak akan hilang dari kita kecuali jika kita mau merubah diri kita sesuai dengan apa yang dicintai dan diridloi Robb kita, berdasarkan firman Alloh:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ro’du: 11)

Dan ini adalah prinsip yang kelima.
Dari pembahasan di atas dapat kita katakan bahwasanya gerakan-gerakan Islam pada hari ini --- khususnya yang berjuang untuk mengembalikan daulah Islam --- belum memenuhi syarat-syarat untuk meraih kemenangan dan kekuasaan, dengan keragaman dan perbedaan yang sangat bervariatif dalam masalah ini. Ada yang telah memenuhi banyak syarat, ada yang sedikit dan ada yang belum memenuhi sama sekali. Alloh berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus: 44)