Senin, 04 Januari 2010

bagian : 6 Pengamanan Senjata dan Perang Gerilya


Pengamanan Senjata:
2. Penjual dan pembeli (senjata) dalam posisi aman.
3. Menjual senjata yang sudah tidak diperlukan, atau menyimpannya di tempat yang aman.
4. Memeriksa senjata dengan baik sebelum membelinya, kalau bisa mencobanya.
5. Menghapus kode dan nomor senjata.
6. Mencopot magazine dari senjata dan melakukan langkah pengamanan terhadapnya.
7. Memisahkan detonator dari bahan-bahan peledak.
8. Menyimpan senjata di tempat-tempat yang terpisah-pisah.
9. Jangan menyimpannya di tempat yang basah.
10. Meletakkannya sesuai dengan standart penggunaan, supaya tidak rusak.
11. Memetakan lokasi-lokasi yang ada secara detail menggunakan kompas.
12. Lokasinya layak untuk menyembunyikan senjata.
13. Selalu merawat senjata secara rutin.
14. Memindah tempat penyimpanan ketika mulai diketahui atau dicurigai.
15. Menyimpan pada kedalaman 1, 5 meter untuk menghindari alat detector.
16. Menyimpan di tempat yang bisa dijangkau ketika sewaktu-waktu diperlukan.
17. Jangan ada lebih dari satu orang ketika melakukan penyimpanan senjata, kalau bisa. Atau maksimal dua.
18. Selalu bersikap sirri (rahasia) dan kitman (tutup mulut) untuk memudahkan urusan.
Rumus-rumus dalam berinteraksi dengan bahan peledak:
1. Kesalahan pertama adalah kesalahan terakhir.
2. Berinteraksi dengannya secara berhati-hati, tanpa rasa takut, penuh percaya diri, tapi tidak terlalu berlebihan.
3. Jangan meracik bahan peledak berdasarkan informasi yang kurang dan memberikannya kepada orang lain.
4. Berinteraksi dengan bahan peledak seolah-olah dia adalah benda hidup (dengan kelembutan dan kelunakan).
5. Berinteraksi dengannya pada kali kesekian harus sama dengan berinteraksi dengannya pada kali pertama.
6. Mengambil jumlah seminimal mungkin dalam menggunakan bahan peledak.
7. Jangan mengenakannya pada suhu panas, pukulan maupun tekanan.
8. Jangan bersinggungan dengan benda atau materi apapun yang sebelumnya tidak Antum kenali.
9. Memperlakukannya secara hati-hati sebagaimana memperlakukan benda beracun, sebab bahan peledak juga beracun.
10. Sangat dilarang merokok ketika berinteraksi dengan bahan peledak (atas izin Alloh, Muslim yang baik itu tidak merokok).
11. Tingkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap benda-benda yang sensitif.
12. Dilarang berinteraksi dengan bahan peledak ketika pikiran sedang kalut.
Rumus-rumus dalam berinteraksi dengan detonator:
1. Dilarang membawa detonator pada bagian-bagian tubuh yang digunakan untuk bertumpu (bersandar).
2. Jangan memegang detonator pada sepertiga ujungnya.
3. Sangat dilarang menyimpan detonator bersama bahan-bahan peledak.
4. Perhatikanlah jika pada ujung detonator muncul serbuk-serbuk putih atau hijau, karena itu artinya: kalau tidak berbahaya berarti sudah rusak.
5. Perhatikanlah detonator yang pernah terkena pukulan atau terlihat tanda-tanda sudah aus.
6. Jagalah detonator dari kemungkinan terkena pukulan, tekanan, suhu yang panas dan suhu yang dingin.
7. Jangan mengingat kabel detonator listrik atau menariknya.
8. Pisahkanlah ujung-ujung kabel detonator listrik dengan solasi perekat.
9. Jangan memasukkan paku atau benda apapun ke dalam detonator melalui lubang khusus untuk sumbu.
10. Hindarilah menekan detonator dengan gigi, pisau, atau alat lainnya.
Rumus-Rumus Dalam Memindahkan Detonator Dan Bahan-Bahan Peledak:
1. Dilarang menggabungkan bahan peledak dengan detonator ketika pemindahan atau penyimpanan.
2. Detonator harus dipisahkan dari baterai atau sumber energi lainnya ketika sedang dipindahkan.
3. Lakukan packing bahan-bahan yang akan dipindah dengan baik agar bebas getar dan gerak ketika dibawa.
Rumus Pengamanan dalam Memindahkan dan Menanam Bom:
1. Mensurvei dan mempelajari tempat di mana bom akan ditanam, dan menentukan tanggal serta waktu yang tepat untuk meledakkannya.
2. Memilih tempat dan waktu penanamannya secara detail.
3. Memilih wadah tempat menaruh bom yang sesuai dengan tempat penanaman dan lingkungan sekitarnya.
4. Mensimulasikan peledakan tak sesungguhnya di tempat yang akan ditanami, untuk mengetahui adanya penghalang dan menanggulanginya ketika pelaksanaan yang sebenarnya.
5. Mensurveri jalan menuju lokasi dan memilih jalan yang paling aman.
6. Menggunakan hewan sebagai kendaraan atau dengan berjalan kaki untuk melewati pos-pos penjagaan, bisa juga memanfaatkan jalan-jalan yang berlainan arah dengan pos-pos penjagaan yang digunakan aparat.
7. Saran-saran dan petunjuk yang terkait dengan langkah-langkah aktifasi bom tersebut harus ditulis di kertas secara urut berdasarkan nomor, bukan acak, lalu membaca dan menghafalnya dengan baik, lantas selalu mengingat-ingatnya.
8. Memasang bahan peledak secara kuat di dalam wadah yang akan dibawa, caranya dengan memanfaatkan spon (gabus pelampung) atau bunga karang agar bagian-bagian dalam bom itu saling berhubungan erat.
9. Meletakkan bom dalam kendaraan di tempat yang aman (yang paling sedikit kemungkinan terkena panas dan benturan, sulit dilihat orang, dan mudah diselamatkan ketika terjadi hal-hal yang darurat).
10. Memilih waktu yang tepat untuk memindahkan bom serta menjauhi waktu-waktu rawan (seperti saat-saat sudah agak larut malam atau ketika aparat keamanan musuh sedang berpatroli).
11. Memilih kendaraan yang tepat (jauh dari kesan mencurigakan, atau berpeluang dikejar dan diperiksa musuh).
12. Memeriksa tampilan mobil, mesinnya dan keamanannya.
13. Menggunakan sesedikit mungkin orang ketika melakukan pemindahan atau penanaman bom.
14. Memeriksa kembali jalan menuju tempat operasi dan lokasinya sesaat sebelum operasi itu dilaksanakan, untuk menghindari hal-hal yang muncul mendadak.
15. Menggunakan cover buat kendaraan dan ketika menanam bom, serta mengenakan pakaian yang sesuai dengan kendaraan, demikian juga cover dari wadah yang dijadikan tempat menaruh bom.
16. Memakai alat-alat penyamaran ketika pelaksanaan operasi (mengubah sementara warna kulit dengan obat-obat khusus, memakai kaca mata…dsb).
17. Memilih jalan alternatif ketika pergi maupun pulang.
18. Merencanakan langkah ketika tiba-tiba terjadi keadaan darurat.
19. Pelaku (eksekutor) harus orang yang “berdarah dingin” (tenang) dan memiliki kelebihan bisa mengendalikan kegalauan fikiran.
20. Sebaiknya kendaraan yang dipakai bukan kendaraan yang diburu aparat.
21. Wajib melakukan langkah-langkah proteksi seperti yang ada dalam aksi-aksi kriminal (tidak meninggalkan jejak, alat-alat, atau apa saja yang bisa menunjukkan jatidiri eksekutor dan identitasnya, khususnya sidik jari).
22. Bom harus disamarkan sebaik mungkin.
23. Jangan menggerakkan atau mendekati bom ketika kunci pengamannya sudah dibuka.
24. Mobil harus dijauhkan dari lokasi menanam bom, sehingga mobil itu tidak dikait-kaitkan dengannya.
Pengamanan Ketika Tadrib dan Berangkat Menuju jabhah atau Kamp Latihan (Muaskar):
1. Memilih tempat yang tepat dan berpindah-pindah secara berkala.
2. Sebisa mungkin lokasinya jauh dari manusia.
3. Lokasi harus sulit dicapai pendengaran orang lain.
4. Jumlah orang yang berlatih jangan terlalu banyak (3-5 orang saja jika bisa), bisa ditambah disesuaikan dengan situasi.
5. Masing-masing peserta latihan kalau bisa jangan saling membuka diri di depan yang lain, caranya dengan menggunakan penutup wajah.
6. Mudarrib utama sebaiknya jangan terlalu sering melatih secara langsung, dan kalaulah dia yang melatih, sebaiknya ia menggunakan topeng –sebab dalam setiap base camp biasanya ada saja titik lemahnya.
7. Jangan menyisakan bekas ketika meninggalkan lokasi, baik berupa makanan, minuman atau sampah.
8. Mendengar dan taat.
9. Mempraktekkan latihan di beberapa tempat yang hampir sama, jika memungkinkan.
10. Memompa semangat (moral).
11. Menjauhi semua yang mencurigakan (seperti membeli makanan dari daerah terdekat dengan lokasi tadrib dalam jumlah besar, mencuci tali-temali dalam jumlah banyak sehingga menunjukkan bahwa di tempat itu ada banyak orang…dsb. Dua contoh nyata ini telah menimpakan bahaya kepada para ikhwah.)
12. Termasuk hal penting adalah mengubah namamu di tempat di mana Antum melaksanakan tadrib, seperti di Afghanistan, dan tidak menyebutkan negara asal yang sebenarnya, tapi menyebut negara tetangganya. Jika Antum dari Mesir misalnya, maka gantilah dengan Palestina. Jika Tunis, gantilah dengan Libiya. Jika Suriah maka gantilah Yordania, dst. (Intelejen sebuah negara Arab berhasil mengetahui bahwa Abu Fulan –salah seorang warga negaranya— berada di Afghanistan setelah menginterogasi “Zaid”, tapi mereka belum tahu siapa nama sebenarnya dari Abu Fulan ini. Kemudian ketika menginterogasi “Amru”, mereka berpura-pura mengenal siapa itu Abu Fulan lalu mereka mengatakan hanya ingin menguji sejauh mana sikap kooperatif dia terhadap mereka supaya tekanan bisa dikurangi, kemudian mereka memintanya untuk menyebut siapa nama sebenarnya dari Abu Fulan itu, maka Akh Amru pun tertipu, ia sebut nama asli Abu Fulan karena menurut ijtihad dan asumsi dia dirinya tidak mengatakan sesuatu yang berbahaya…Nah, belajar dari kasus ini, maka buatlah nama palsu dan ubahlah negara asalmu meskipun masih satu rumpun. Sebab ikhwah yang berada di satu tempat tadrib bersama Antum meskipun tahu bahwa Antum sebenarnya bukan dari Palestina, namun ketika mereka nanti tertangkap mereka tidak mungkin akan mengatakan: “Hai para petinggi intelejen, menurut kami orang yang kalian tanyakan itu dulu telah menipu kami…” ini tidak akan mungkin terjadi atas izin Alloh).
13. Jangan meninggalkan barang-barang tak perlu yang bisa membahayakan dirimu atau temanmu, di muaskar (seperti nomor telpon, catatan…dsb), apalagi jika tidak ada kode tertentu di dalamnya. Karena puluhan ikhwan yang ada di luar negeri terkena dampak negatifnya disebabkan mereka meremehkan apa yang disebut: “BUKU NOMOR TELPON ABU ZUBAIDAH”, mereka meninggalkan nama-nama dan nomor telpon asli di situ. Alasan mereka: “Kita berada di dalam Negara Islam, untuk apa takut?!!!” Padahal, lain kondisi keamanan ikhwan yang berada di antara pegunungan dan tumpukan senjata dengan ketika ia berada di kota sementara anjing-anjing intelejen berkeliaran di mana-mana untuk mencarinya. Yang jelas, orang yang melaksanakan perintah syar‘i untuk menjaga keamanan tidak akan kendur komitmennya, baik ia berada di Negara Islam atau bukan, walaupun unsur-unsur dari Taliban sampai mempersilahkan mujahid dari Arab untuk singgah dan menyuguhi mereka teh karena saking memuliakannya. Semoga Alloh mengampuni para ikhwan dan sikap meremehkan tersebut.
14. Barangkali sebagian ikhwan membenarkan sikapnya yang tidak terlalu memperhatikan masalah keamanan dengan alasan bahwa ia tidak akan kembali lagi ke negerinya, sehingga buat apa keamanan-keamanan segala…? Namun fakta yang terjadi mematahkan klaim mereka ini, dan itu sudah cukup bagi kita.
15. Hati-hati, hindarilah menyebut nama orang yang Antum kenal di negara asalmu di hadapan ikhwah yang ada di front, atau sebaliknya menyebut orang yang Antum lihat di front di hadapan orang yang ada di luar front. Sebab sudah banyak orang yang terkena dampak bahaya akibat sikap menyepelekan sebagian orang terhadap masalah ini, melebihi bahaya yang ia bayangkan. (Banyak aparat intelejen negara-negara thoghut Arab yang menangkap siapa saja yang memiliki hubungan dengan seorang Mujahid, baik hubungan dekat atau jauh, lalu mereka menimpakan berbagai macam pelecehan kepadanya sebelum akhirnya Alloh menakdirkannya bebas. Maka, bila terdengar berita bahwa si Fulan berada di front, maka ini akan membahayakan keluarga dan orang-orang yang mengenalnya.)
16. Harus dibuat planning sedetail mungkin sebelum berangkat, yang akurat, masuk akal, dan sangat aman. Sebab dikhawatirkan akan terjadi penangkapan tiba-tiba. Sebagai contoh: demi memantapkan planning, memutus jaringan dan mempersempit ruang bahaya, maka ada baiknya Al-Akh pergi untuk melaksanakan umroh atau haji jika memang sebelumnya ia belum pernah menunaikannya. Setelah itu barulah ia memulai aktifitas jihadnya, sehingga ketika mereka menangkap dan menginterogasinya tentang orang-orang yang mengirimnya ke medan jihad dan I‘dad maka ia bisa beralasana bahwa yang mengirimnya adalah orang yang tidak jelas yang bertemu dan berkenalan dengannya ketika umroh. Dengan demikian, sebelumnya Al-Akh harus sudah mengimajinasikan seseorang, bagaimana tingginya, besar badannya, rambutnya, suaranya, warna kulitnya…dst. Lalu dari sana nanti ia membuat dua buah e-mail, kemudian ia mengirim surat dari e-mail satu ke e-mail kedua seolah-olah ia adalah orang yang akan memberangkatkannya…kata-katanya disesuaikan dengan kondisi Al-Akh. Kemudian ketika ia sampai ke tanah airnya, ia kembali mengirim surat melalui e-mail kedua ke e-mail pertama meminta agar segera diberangkatkan, sebab dunia sudah semakin sempit ia rasakan, karena ia gagal dalam studi, atau beralasan membutuhkan uang karena baru saja perdagangannya bangkrut di negerinya (intinya, buatlah kesan seolah-olah Antum keluar negeri karena uang, karena ini akan meringankan tuduhan yang diarahkan intelejen kepada Al-Akh Mujahid). Surat ini harus dibuat seperti ini secara rutin setiap dua bulan, sehingga ketika nanti Al-Akh mengalami apa-apa, tali jaringan bisa diputus dan tidak sampai membahayakan ikhwan yang lain. Kalau ikhwan-ikhwan mau mengkaji ide ini dengan baik, tentu mereka yang sekarang tertangkap di Afghanistan akan banyak merasakan manfaatnya; yaitu menimpakan masalah pengirimannya ke luar negeri kepada orang-orang yang fiktif (sebenarnya tidak ada). Namun, langkah ini harus dirancang sedemikian detail).
17. Bisa juga beralasan bahwa Antum berkenalan dengannya melalui forum diskusi di internet, namun langkah ini harus sudah dipelajari sebelumnya. Sebab intel akan menanyai: “Kapan kamu kenal? Apa nama forum internet itu? Bagaimana kamu bisa mempercayainya? Apa saja yang ia tawarkan kepadamu? Adakah orang lain selainmu? Dst.
18. Jika Al-Akh beralasan pergi ke luar negeri karena uang, sebab orang-orang di negeri tersebut membayar orang-orang yang mau berlatih atau berperang bersama mereka, atau karena lari ke luar negeri karena kegagalan studi atau kegagalan hidup, maka ini terkadang bisa membantu meringankan hukuman Al-Akh ketika ia tertangkap di negeri-negeri thoghut.
19. Jika di kotamu ada orang yang engkau yakin –berdasarkan bukti-bukti akurat— bahwa dia adalah agen intelejen, baik orang itu syaikh atau yang lain, atau ada orang yang mengaku-ngaku bisa memberangkatkan para pemuda ke medan-medan perang, maka Antum sebaiknya datang ke tempat dia selama beberapa waktu tanpa dia tahu siapa nama Antum yang sebenarnya, sehingga ia seperti mengenal sesuatu yang hampa. Nah, jika kemudian nanti Al-Akh ini tertangkap maka ia bisa beralasan bahwa ia mengenal seseorang di majelis Syaikh tadi, akan tetapi ciri-ciri orang tersebut harus sudah ada di kepala seolah-olah ia benar-benar ada. Adapun jika Antum menimpakan urusan ini kepada Syaikh itu sendiri, maka ini tidak berguna sebab negara tahu itu dusta. Sebab kalau negara itu percaya kepada seseorang dengan yakin, tentu tidak akan memberinya kesempatan untuk itu. (Seekor anjing tidak mungkin menggigit ekornya sendiri).
20. Alasan seperti ini terkadang berguna untuk membuat intelejen ragu terhadap nilai manfaat orang yang jadi agennya itu, di dalam diri mereka akan tertanam kekhawatiran jangan-jangan majelis Syaikh ini justeru dimanfaatkan orang-orang jujur untuk menjadi pusat perekrutan para pemuda. (Dan faktanya demikian, para pemuda bisa direkrut melalui majelis-majelis seperti ini jika pelajaran yang disampaikan mantab).
21. Jika situasi keamanan Al-Akh di negerinya sulit, maka ia harus menempuh langkah-langkah keamanan yang menjauhkan keluarganya dari semua informasi tentangnya dan segala aktifitasnya dan lain-lain. (Di Yaman, menjadi hal yang biasa ketika seorang ibu ditinggal anaknya berbulan-bulan untuk melaksanakan I‘dad setelah itu baru pulang. Ini sebelum peristiwa hari Selasa penuh Berkah/ 11 September)
22. Jika Al-Akh mengikuti beberapa materi pelajaran di sebuah Universitas, atau berguru pada seseorang, dan keluarganya mengetahui hal itu, maka tempat ini kemungkinan akan membahayakan ketika keluarga nanti menceritakannya kepada intelejen. Dan banyak kejadian yang membuktikan bahayanya tempat-tempat seperti itu. Oleh karena itu sebelum berangkat, Al-Akh harus menghadiri majelis ilmu yang bermacam-macam hingga jumlah yang sangat banyak. Sehingga ia bisa meyakinkan keluarganya bahwa dirinya sudah tidak terfokus lagi ke satu tempat, atau bisa juga dengan mengaku sedang bermusuhan dengan tempat majelis ilmu ini, atau tidak betah atau rasa simpati terhadapnya sudah berubah, atau alasan-alasan lain yang bisa merealisasikan tujuan tadi. (Mungkin ini bisa makan waktu satu tahun).
23. Membuat pekerjaan fiktif atau membuat kartu fiktif untuk belajar atau yang semisal.
24. Langkah-langkah di atas juga dianjurkan bagi Ikhwan yang hendak pergi menemui relasinya sesama multazimin, sebab mereka lebih rawan terkena bahaya, karena sering sekali seorang ikhwah memiliki satu atau lebih teman yang dikenal oleh keluarganya dan mereka melakukan kontak telpon atau yang semisal dengannya. Oleh karena itu, harus disusun sebuah langkah agar bisa menjauhkan keluarga dari ditanyai oleh anjing-anjing intelejen. (Ingat, kewajiban yang tidak terlaksana selain dengan melakukan suatu hal, maka suatu hal itu hukumnya wajib dipenuhi).
25. Bisa juga Al-akh menampakkan sikap berkurangnya iltizam (komitmen) dia terhadap Islam secara bertahap, sehingga ketika ia menghilang tiba-tiba maka keluarganya tidak mengkaitkan hal itu dengan urusan keislamannya. Namun langkah ini harus dikaji sejauh mana efek ke depan dan bahayanya, sebab terkadang ini malah bisa menjadi bumerang bagi mereka yang keislamannya biasa-biasa saja ketika mereka menganggap Al-Akh ini sebagai panutan.
26. Kendati demikian, menipiskan jenggot adalah hal yang secara umum mesti dilakukan, sebab akhir-akhir ini sangat sulit menyeberangi daerah perbatasan jika mengenakan jenggot yang lebat sesuai sunnah.
27. Keluarga bisa diberitahu setelah pelaksanaan umroh, bahwa dirinya bertemu dengan seseorang yang bisa mengantarkannya ke bumi jihad, setelah itu barulah ia berangkat. (Ikhwan-ikhwan yang menangani pemberangkatan lebih tahu tentang cara yang paling tepat bagi setiap orang sesuai dengan kondisinya, yang kami singgung di sini hanyalah saran berdasarkan pengalaman yang ada).
28. Ketika hal ini disampaikan kepada keluarga, atau ketika suatu hari keluarga tahu bahwa anaknya ini bukan pergi untuk belajar, maka dalam kondisi ini ia harus mengingatkan keluarganya dengan cara yang tepat agar mereka tidak melaporkannya kepada intel. Mungkin bagus juga kalau ia menyampaikan ancaman halus: “Jika kalian melaporkan, maka aku tidak akan pernah pulang.”
29. Keluarga harus diberitahu tentang hakikat intel, sebab banyak sekali keluarga –mungkin karena banyak faktor—yang menganggap aparat intelejen seolah-olah adalah “Tuhan” yang tahu segala hal, sekecil apapun itu, menganggap mereka akan menyelamatkan puteranya –apalagi jika tim penyidik mempermainkan perasaan ayah dan ibunya—, atau menganggap anaknya termasuk orang-orang yang baru berusia baligh dan tidak tahu kemaslahatan dirinya dan merasa mereka sajalah orang yang dewasa dan berpengalaman.
30. Banyak sekali keluarga –karena saking polosnya— malah menjadi sebab anak-anaknya tertangkap, seolah mereka mengatakan: “Biarkan dia terdidik hingga jadi pahlawan sejati, kami lebih tahu kemaslahatannya, dia masih “hijau”,” atau disebabkan rasa percaya yang berlebihan terhadap kebaikan aparat, atau karena ketidak tahuan, atau ketakutan, atau mengira bahwa intel itu tahu segalanya. Oleh karena itu, sejak sekarang harus ada counter informasi secara kontinyu untuk mengembalikan manusia sehingga yakin kepada Robbnya.
31. Selalulah betikkan dalam fikiranmu bahwa apa saja yang ada di muaskar ini akan sampai ke tangan intelejen, cepat atau lambat, dan jika ada ikhwan yang tertangkap pasti dia akan mengakui semuanya. Kemudian, beraktifitaslah berdasarkan prinsip ini (dalam rangka berhati-hati, kita harus melakukan langkah pengamanan yang ekstrim). Negara-negara telah mengorbankan semua yang mereka punya untuk menangkap orang yang pernah ke Afghanistan sebelum invasi Amerika. Mereka berusaha mati-matian untuk mengetahui siapa saja yang pernah berangkat, siapa yang akan berangkat, dan siapa yang membantu proses pemberangkatan. Mereka adakan rapat rutin di kalangan pejabat tinggi lalu mencoba menyusupkan khotib-khotib yang pandai berbicara untuk menyerukan jihad lalu mereka mengirimnya ke Afghanistan dalam rangka melihat siapa saja warganegara tersebut yang ada di sana. Kendati demikian, Alloh memberikan karunia-Nya kepada para ikhwah sehingga mereka bisa membongkar penyusupan ini. Maka dalam situasi seperti ini, yang terbaik adalah hijrah dan tidak usah pulang; karena orang-orang yang akan terkena dampaknya kalau ia pulang banyak sekali, baik dari sisi jumlah maupun posisi yang diduduki. Ini mengingat banyaknya jaringan yang berujung kepada orang-orang yang tadinya tersembunyi.
32. Banyak sekali ikhwah yang bertanggung jawab menangani pemberangkatan menemui berbagai masalah ketika orang yang mereka berangkatkan pulang setelah tadrib. Ada di antara mereka yang terpaksa kembali untuk menunduduki celah yang telah ia buka, dan betapa banyak ikhwah yang tidak bisa menutup celah secara keseluruhan. Walhasil, bahaya dari keberangkatannya untuk tadrib lebih besar ketimbang manfaatnya. (Sering sekali bahwa tidak rugi itu sudah merupakan keberuntungan).
33. Tidak boleh dua orang berangkat di waktu yang bersamaan; sebab terbongkarnya satu orang sering membongkar yang lain.
34. Jangan memberitahu kepada Al-Akh yang akan berangkat tentang semua rute yang akan ditempuh, apapun yang alasannya. Nanti setelah ia berhasil menempuh satu tahapan, barulah ia diberi tahapan berikutnya. Supaya ketika ia tertangkap di salah satu tahapan perjalanan, kemungkinan berbahaya yang disebabkan dari pengakuannya jauh lebih kecil.
35. Barangkali cara paling tepat untuk bekerja di negara-negara yang pengawasan intelejennya ketat (dan sekarang ini mayoritas –bahkan mungkin semua—negara Arab sangat berlaku ketat dan mengekor kepada Amerika) adalah: Penanggung jawab urusan keberangkatan hendaknya tidak diketahui di mana ia tinggal dan berapa nomor telponnya. Ia juga harus selalu menyediakan paspor palsu, barulah setelah itu ia memberangkatkan pemuda yang mau berjihad satu demi satu. Setiap selesai satu, baru berpindah ke yang berikutnya.
36. Pengalaman membuktikan bahwa Umat Islam tidak pernah “mandul”, pengalaman membuktikan bahwa para pemuda yang tadinya engkau lihat bergelimang di dalam kemewahan, begitu ada yang menyeru: “Hayya ‘Alal Jihad…” mereka langsung berlomba-lomba ke sana, sampai-sampai engkau lihat mereka di bumi jihad berubah bak “pendeta” di malam hari dan “pekuda” di siang hari. Banyak sekali orang-orang seperti ini di Universitas-universitas, apalagi di masjid-masjid.
37. Orang yang masih tinggal di tengah keluarganya dan orang-orang yang ia kenal tidak selayaknya mengerti urusan keberangkatanmu menuju bumi jihad. Maka tidak usah menceritakan rencana untuk pergi ke bumi jihad selain orang yang layak untuk itu.
38. Terkadang para pemuda suka menanyakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Maka penanggung jawab harus mengajarinya untuk tidak melakukan sikap ini, karena bisa jadi itu akan menyulitkan penanggung jawab. Misalnya, ketika belum tiba saatnya memberitahu kepada Al-Akh yang baru akan berangkat tentang terbukanya sebuah jalur menuju bumi jihad, mungkin ia akan bertanya: “Apakah Antum tahu jalan?” maka katakan kepadanya: “Kalau ada di antara kita yang tahu, mungkinkah dia masih di sini?” kalau ia terus mendesak, katakan: “Tidak dengarkah jawabanku tadi?” (ini adalah cara membuatnya diam). Dan bagaimanapun tauriyah itu lebih baik daripada jelas-jelas berbohong.
39. Khusus masalah senjata tajam: Bisa saja menggunakan senjata-senjata tajam dari bahan plastik, sebab alat detektor tidak bisa membacanya. Benda-benda dari plastik ini bisa ditaruh di kaos kaki di bagian bahwa sandal atau di samping kaki atau di balik baju. Sarannya: “Jangan gugup (bingung) ketika membawa benda-benda ini, sebab ini bisa menjadi bumerang bagimu.”
MUASKAR KHOFIY (KAMP LATIHAN TERSEMBUNYI) UNTUK MENYIAPKAN MUJAHID:
Kelebihan Muaskar Khofiy:
1. Tidak ada tempat khusus (yang saklek) untuk berlatih.
2. Tidak memerlukan pendanaan yang besar.
3. Tidak memiliki struktur organisasi yang jelas.
Hal-hal yang diperlukan:
1. Qoid (komandan): Yaitu sekelompok orang (bisa 2 atau 3 orang) yang memiliki kelebihan dalam:
- Menjaga rahasia.
- Sabar dan bijak.
- Keahlian dalam berkomunikasi dan intelejen.
- Keahlian tentang pengetahuan berbagai jenis senjata dan penggunaannya.
- Ahli dalam latihan personal militer.
- Bisa memenej anggota.
- Sebelum semua itu: takwa kepada Alloh dan cinta jihad.
2. Para pemuda:
Sebaiknya satu tim tidak lebih dari 5 orang dengan usia yang hampir sama. Ini adalah unsur yang paling sulit dipenuhi, sebab pemilihan mereka harus benar-benar teliti dan rahasia, dan mereka tidak perlu mengetahui berbagai urusan secara detail. Cukuplah mereka tahu alasan mereka bergabung adalah yakin bahwa I‘dad dan jihad adalah fardhu ain, didukung dengan rasa cinta dan semangat untuk berjihad fi sabilillah. Dan harus dibangun hubungan kasih sayang antara mereka dengan jajaran pimpinan, komandan harus menguji mereka secara berkala tentang masalah: menjaga rahasia, kecintaan terhadap jihad, tidak adanya hal yang mencurigakan dalam diri mereka, dan keberanian).
3. Tempat tadrib fisik:
- Tempat-tempat olahraga (untuk meningkatkan kelayakan fisik, belajar teknik beladiri seperti judo dan karate, untuk melatih ketertiban).
- Laut dan pantai (untuk belajar renang dan menyelam).
- Tempat tadrib militer:
- Tadrib tanpa senjata.
- Tadrib bersenjata.
Biasanya dilakukan di padang pasir, atau di antara dua gundukan batu-batu kecil atau di tengah pegunungan dan dua lembah, biasanya diawali dengan berjalan kaki selama satu hingga tiga hari tanpa henti (dilakukan di akhir pekan atau ketika hari libur) tergantung semangat dan kesiapan para pemuda yang ada. Ketika itulah para pemuda belajar bersabar, tabah, bongkar pasang senjata ringan, berjaga di malam hari, menembak, tekhnik-tekhnik melindungi, menyerang dan gempuran mendadak.
4. Referensi Syar‘i:
Jajaran pemimpin harus memiliki referensi syar‘i yang bisa dipercaya dan bisa ditanya tentang berbagai masalah yang dihadapi para pemuda, ia bertugas memberi fatwa kepada mereka dan memahamkan urusan-urusan din kepada mereka, khususnya masalah Jihad, demikian juga hal-hal yang kadang-kadang masih meragukan dalam diri mujahid. Orang seperti ini juga menjadi rujukan ketika akan melaksanakan sebuah operasi (amaliyah) apapun bentuknya, baik di luar atau di dalam negeri.
Taktik Perang Gerilya:
a. Selalu waspada dari pengepungan musuh, dan segera mencari langkah menghindari pecahnya pertempuran ketika muncul tanda-tandanya.
b. Waspada penuh ketika melakukan penyerangan, membuat kegaduhan di arah timur jika hendak menyerang dari barat.
c. Wajib melakukan penyamaran secara total (di semua lini), baik dengan cara menyusup atau berbaur dengan masyarakat setempat.
4. Titik pemberangkatan awal harus terlindungi secara paten, dan secara struktur tempat itu bisa digunakan untuk melindungi wilayah tersebut di saat dibutuhkan. Selain itu, yang lebih penting, wilayah itu harus dilengkapi jalur rahasia untuk mempermudah lari menyelamatkan diri.
5. Awas, jangan meninggalkan bekas apapun ketika berpindah atau berhenti istirahat.
6. Harus menyebar basis-basis kecil yang bagus untuk bersembunyi di sekitar wilayah yang akan diserang sebelum menyerang, fungsi basis-basis ini agar bisa dipakai untuk menyembunyikan mereka yang terluka sebelum dipindah ke tempat yang lebih aman.
7. Untuk mengatasi masalah konsumsi dan logistik, gunakan tempat penyimpanan kecil dan tersembunyi tidak diketahui letaknya selain oleh beberapa orang saja. Setelah itu letakkan barang-barang yang ingin disimpan di dalam plastik, melamin, atau kaca, supaya tidak rusak ketika terkena air atau basah.
8. Berlakukan kerahasiaan secara total, rancanglah langkah pergerakan, titik-titik pemberangkatan cabang dan cadangan di samping yang utama, yang tidak diketahui selain oleh beberapa gelintir orang saja.
9. Jangan menggunakan dan mengulangi model yang sama ketika melakukan operasi yang memiliki taktik berbeda.
10. Dalam perang gerilya, sikap reaksioner dan ngawur sangat tidak dipakai.
11. Mendadak, cepat dan mematikan, adalah perkara-perkara penting dalam perang gerilya.
12. Sebaiknya menyerang musuh ketika dia bergerak, sebab dalam kondisi seperti ini ia lebih mudah dikenai sasaran.
13. Sebaiknya menyerang kamp yang terpisah dari yang lain, sebab ini memiliki dampak psikologis. Apalagi ini bisa memaksa musuh untuk menyebar konsentrasi tentaranya, sehingga logistik dan senjata yang harus dipenuhi bertambah besar jumlahnya.
14. Wajib mengambil senjata dan catatan dari gerilyawan yang terbunuh.
15. Gerilyawan harus mengandalkan skill pribadinya untuk bertahan hidup (survival), mereka berpisah untuk mencari penghidupan dan berkumpul untuk berperang.
Rumus-rumus Umum Bergerak Dalam Perang Kota:
a. Hindarilah bergerak di jalan-jalan, tempat lalu lalang, area-area kosong dan tempat-tempat yang terbuka, sebab itu merupakan “ladang peluru” yang bagus bagi lawan.
b. Memilih jalan yang paling mudah dan terdekat tapi paling aman, yang tidak dikontrol secara penuh oleh musuh.
c. Ketika kita tidak bisa menghindari untuk lewat daerah-daerah yang dikontrol penuh oleh musuh, maka kita harus melewatinya dalam waktu secepat mungkin.
d. Menggunakan asap atau tembakan peluru untuk melindungi pergerakan.
e. Memilih jalan maju yang tidak menghadang arah tembakan peluru perlindungan.
f. Mensterilkan cover terlebih dahulu sebelum berjalan, dan berjalan sambil menempelkan badan di dinding serta bergerak dengan cepat dari satu cover ke cover berikutnya, dari satu pintu rumah ke pintu rumah berikutnya.
g. Memilih waktu yang tepat untuk berpindah, memilih situasi dan kesempatan yang tepat untuk berpindah tempat.
h. Melepaskan tembakan dari belakang cover dengan bahu kanan jika tembakan dikonsentrasikan pada sisi kanan cover, jika sebaliknya maka sebaliknya.
i. Adapun melepaskan tembakan dari atas cover, maka ini sangat sulit sekali kecuali penembak berkamuflase hingga sangat mirip dengan cover dan sulit dibedakan.
j. Ketika sulit memberi tembakan perlindungan kepada tim sementara situasi menuntut harus cepat bergerak menyeberangi jalan atau lintasan tanpa terlebih dahulu mensterilkan bangunan, maka mau tidak mau harus digunakan senjata peluncur, setelah mereka bergerak langsung disusul oleh tim pemantau yang dilengkapi dengan senjata peluncur.
k. Jangan menembak dari tengah-tengah jalan.
l. Berhati-hatilah dengan jebakan tipuan, sebab musuh biasanya memasang jebakan pada pintu, jendela, dan jalan.
Kemudian, ketika memasuki sebuah bangunan di sebuah perumahan, Al-Akh harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir bagian badannya yang terbuka dan melakukan kamuflase. Ia bisa memanfaatkan asap atau kobaran api sebagai penutup, hal ini dimaksudkan agar dia tidak menjadi sasaran empuk bagi lawan.
Orang yang hendak masuk ke suatu bangunan, harus menempuh langkah-langkah berikut:
1. Memilih titik tempat masuk sebelum maju ke bangunan.
2. Menghindari jendela dan pintu, sebab biasanya di situ dipasangi jebakan. Dan biasanya sniper mengarahkan tembakannya ke arah titik-titik ini secara terus menerus untuk menunggu terlihatnya seseorang di sana.
3. Memanfaatkan asap untuk menutup gerak majunya ke arah bangunan.
4. Membuat pintu masuk baru dengan bahan peledak atau peluru anti tank.
5. Memulai masuk dengan terlebih dahulu melempar granat tangan.
6. Masuk ketika granat tangan itu meledak.
7. Ia masuk sambil dilindungi oleh temannya dengan tembakan perlindungan, teman itu melepaskan tembakan ke arah posisi-posisi keberadaan musuh untuk menyibukkan mereka dan memberi kesempatan kepada Al-Akh untuk maju. Bisa juga tembakan diarahkan ke pintu masuk yang akan dilalui Al-Akh dengan syarat ia tidak dijalur tembakan perlindungan.
Kaidah-Kaidah Utama Dalam Membentuk Tim Muqotilah:
1. Menjaga kesatuan jamaah.
2. Memberi kode password kepada masing-masing anggota.
3. Menghindari pertemuan rutin yang mengundang kecurigaan.
4. Menghindari masjid-masjid yang ada mata-mata (pengkhianat) nya.
5. Mencukur jenggot dan menjauhi pakaian Islami (ini berlaku untuk di Lebanon, Tunisia, Aljazair, Palestina, Suriah, Libiya, Mesir dan Maroko).
6. Memiliki (mencari) senjata-senjata ringan.
7. Mempelajari target dan langkah keluar-masuk darinya yang aman.
8. Tidak mengambil resiko terhadap kemungkinan apapun yang tidak diinginkan.
9. Diperlukan sikap tenang, cepat dan ringan dalam bekerja.
10. Tidak gugup ketika terjadi kesalahan, dan selalulah mengingat Alloh dalam hatimu.
11. Yakin akan mendapat kesyahidan setiap saat, dan cinta untuk bertemu Allohk.
12. Menyergap, membunuh dan menembak dari jarak yang jauh.
13. Membuat peredam suara tembakan, membunuh sasaran di malam hari ketika aliran listrik sudah diputus.
14. Tidak menyebarkan rahasia jamaah dan terus berperang sampai mati syahid.
15. Mengikhlaskan amal untuk Alloh dan dengan cara yang syar‘i (bukan bid‘ah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar